Widia bertekad untuk menyelesaikan sendiri. Sudah pasti dia tidak akan menerima lamaran Gavin, tetapi Kakek malah tidak memperbolehkannya keluar, bahkan mengurungnya di dalam rumah.'Nggak bisa, aku harus melakukan sesuatu.'Widia menelepon Tania dan meminta sahabatnya datang menemuinya. Siapa tahu Tania punya cara untuk membantunya kabur dari Keluarga Lianto?Baginya, selain Tobi, orang yang paling dia percayai adalah Tania.Tak lama kemudian, Tania pun sampai di rumahnya. Lantaran beralasan ingin membujuk Widia, barulah Tania diperbolehkan masuk.Mendengar Widia ingin melarikan diri karena lamaran Gavin, dia pun berpura-pura memikirkan cara. Namun setelah berpikir sejenak, dia masih belum menemukan solusi yang tepat.Terakhir, mereka malah mengobrol.Tania lebih cerdik sekarang. Dia tidak lagi menjelek-jelekkan Tobi di hadapan Widia. Dia hanya memuji Keluarga Gumilar dan Gavin, serta membuat perbandingan.Namun, Widia menyadari Tania lebih mendukung dirinya menikah dengan Gavin. Hal
Semua orang mulai curiga, jangan-jangan dulu Susan sengaja menyembunyikan kecantikannya?Ternyata tebakan mereka tidak salah.Susan sadar sebagai seorang penjual, dia akan menghadapi berbagai macam orang.Memang benar, kecantikan termasuk sebuah keberuntungan, tetapi sifatnya yang sulit menerima aturan tak tertulis di lingkungan kerja, justru akan mendatangkan bahaya.Karena itulah, dia tidak perlu ambil pusing untuk berdandan secantik mungkin, bahkan terkadang dia sengaja membuat dirinya terlihat jelek.Namun, berbeda halnya dengan sekarang. Saat ini, dia akan berkencan dengan Kak Tobi, tentu saja dia harus tampil sempurna.Keduanya pun masuk ke dalam mobil. Hanya berselang sepuluh menit setelah mereka berangkat, ponsel Susan berdering. Ternyata ibunya Susan meneleponnya."Susan, sudah pulang kerja belum? Kami semua sudah sampai dan menunggumu.""Ya, aku barusan pulang kerja. Tunggu aku setengah jam lagi." Setelah dihitung-hitung, seharusnya setengah jam mereka bisa sampai ke restoran
Ibunya Susan berjalan tergesa-gesa sambil berteriak, "Susan, ada apa denganmu? Kenapa lambat sekali?""Lambat di mananya? Aku sudah berusaha secepat mungkin.""Bu, kenalkan, ini pacarku, Tobi." Susan langsung memperkenalkan Tobi kepada ibunya.Apa?Pacar?Ibunya Susan tercengang. Putrinya benar-benar membawa pacarnya ke sini.Sebelumnya, saat ibunya menyuruh Susan kencan buta, putrinya menolak dan mengatakan dia sudah punya pacar.Ibunya Susan langsung menyuruhnya membawa pacarnya ke sini.Namun, siapa sangka, putrinya benar-benar membawa pacar ke sini.Dia terhenyak kembali. Tanpa menoleh sedikit pun ke arah Tobi, dia langsung memarahi putrinya, "Susan, apa yang kamu lakukan? Sejak kapan kamu punya pacar?""Kami baru resmi pacaran beberapa hari yang lalu, aku baru saja berencana untuk memberitahumu." Susan takut ketahuan oleh ibunya, jadi dia sengaja mengatakan mereka baru menjalin hubungan beberapa hari yang lalu."Nggak bisa!"Ibunya Susan keberatan, "Aku nggak setuju. Segera akhiri
Tak disangka, Tuan Josef malah berkata, "Bibi, yang datang semua adalah tamu, biarlah dia ikut bergabung."Karena jaraknya tidak terlalu jauh, Josef bisa mendengarnya, bahkan bisa menebak situasinya. Ekspresi wajahnya tiba-tiba berubah masam.Namun, dia tidak memperlihatkannya secara langsung. Diam-diam dia berpikir dalam hatinya.'Asalkan bocah ini nggak menyentuh Susan, aku masih bisa melepaskannya. Kalau nggak, aku pasti akan memberi pelajaran pada bocah miskin ini.'Melihat Tuan Josef telah angkat bicara, ibunya Susan pun tidak mengusir Tobi lagi. Dia hanya menatap tajam Tobi dan memperingatkannya, "Nak, sebaiknya jaga ucapanmu baik-baik. Kalau nggak, aku juga nggak akan segan-segan lagi."Tobi mengangkat bahu tak berdaya, lalu mengikuti mereka.Ibunya Susan buru-buru memperkenalkan putrinya, memuji betapa luar biasa putrinya. Sebaliknya, dia mengatakan Tobi hanya rekan putrinya yang kebetulan bertemu dengannya.Namun, Susan langsung berkata, "Kak Tobi bukan hanya rekanku, Ayah, ke
"Hah? Ini rokok khusus yang diisap oleh tokoh-tokoh besar di Jatra?" ucap ibunya Susan terkejut sembari menyerahkan rokok itu kepada Josef dengan gemetar."Ya, rokok Danhil memang rokok langka dan nggak pernah dijual untuk kalangan luar. Bahkan, orang kaya pun nggak bisa membelinya. Hanya saja, ini sama sekali bukan rokok Danhil yang asli."Josef tidak mengamati rokok itu dengan cermat, lantaran dia sendiri belum pernah mencoba rokok itu, jadi bagaimana dia bisa membedakannya?"Palsu?"Mendengar itu, ibunya Susan langsung memarahinya, "Nak, apa kamu begitu tak tahu malu? Beraninya kamu memberi kami rokok palsu, apalagi di pertemuan pertama seperti ini?""Kamu kira bisa membodohi kami? Seandainya Tuan Josef nggak di sini, mungkin kami sudah ditipu olehmu.""Apa kamu masih mau bilang kamu itu tuan muda di Jatra? Oh ya, margamu Yudistira, 'kan? Jangan-jangan kamu mau bilang kamu itu tuan muda dari Keluarga Yudistira?"Ibunya Susan emosi.Dia tidak tahu kalau kata-kata yang diucapkannya se
Ibunya Susan terlihat cemas, apalagi ini satu-satunya peluang untuk mendapat menantu kaya. Dia bergegas berdiri dan memarahi putrinya, "Cepat berdiri, tuangkan anggur untuk Tuan Josef, lalu minta maaf kepadanya!"Josef tampak tidak senang. Awalnya, dia mengira malam ini akan dilewati dengan santai dan bahagia. Dia juga sangat yakin wanita cantik ini pasti akan jatuh di tangannya malam ini.Tak disangka, gadis ini begitu sulit ditaklukkan. Dia bukan hanya membawa pacarnya ke sini, bahkan mengabaikan rayuan manisnya. Berani sekali dia tidak sopan kepadanya. Benar-benar cari masalah.Kali ini, dia tak kuasa menahan amarahnya lagi.Meski Josef bukan keturunan langsung dari Keluarga Saswito, setidaknya dia juga memiliki hubungan kekerabatan dengan Keluarga Saswito.Mana mungkin dia membiarkan orang kelas bawah begitu tidak sopan kepadanya?Ibunya Susan menyadari wajah Tuan Josef yang berubah. Dia kembali memarahi putrinya, "Susan, kenapa hanya diam saja? Cepat minta maaf kepada Tuan Josef."
Melihat putrinya tidak menanggapi Josef, ibunya Susan kembali mengomelinya, "Susan, apa lagi yang kamu pertimbangkan?""Tobi hanya seorang karyawan biasa yang ditakdirkan menjadi pencari nafkah sepanjang hidupnya. Kalau kamu bersama dengan pria seperti itu, kalian nggak akan pernah bisa maju.""Sebaliknya, Tuan Josef itu tuan muda berbakat dari Keluarga Saswito. Bukan hanya hebat, dia juga punya kepribadian yang baik. Wanita yang bisa menikah dengannya pasti akan sangat beruntung."Mendengar pujian itu, Josef makin bangga.Menggunakan reputasi Keluarga Saswito memang menguntungkannya. Meskipun dia bukan keturunan langsung Keluarga Saswito, dia juga termasuk kerabat dan punya hubungan darah dengan Keluarga Saswito.Ada sedikit keraguan di hati ayahnya Susan. Sebenarnya dia tidak begitu menyukai Josef, apalagi melihat Josef yang terang-terangan mengancam. Seandainya putrinya menikahinya, mungkin kehidupannya juga tidak akan seindah itu.Terlebih lagi, putra konglomerat yang modelnya sepe
Josef tampak bangga, lalu memandang Tobi dengan tatapan mengejek. 'Bocah ini baru teringat dengan identitasku sebagai tuan muda dari Keluarga Saswito? Dia pasti ketakutan. Sebentar lagi, dia pasti akan berlutut dan memohon ampun.'"Terlambat?""Nggak terlambat sedikit pun!"Tobi tersenyum, lalu berkata, "Kebetulan aku juga kenal salah seorang tuan muda dari Keluarga Saswito. Apa kamu kenal dia?""Panjat sosial?""Tobi, di saat kamu mau mati, kamu masih melakukan ini? Asal kamu tahu, tak peduli siapa yang datang hari ini, nyawamu sudah berakhir. Koneksi yang kamu punya itu pun nggak ada gunanya lagi."Beraninya bajingan ini merebut hati wanita yang disukainya? Bahkan, wanita itu rela berkorban untuknya, bagaimana Josef sanggup menerimanya?Tobi terdiam. Melihat tatapan yang lainnya, bahkan Susan sendiri juga beranggapan dirinya sedang panjat sosial, dia langsung berkata, "Jujur saja, aku kenal Yudi, tuan muda dari Keluarga Saswito. Kamu tahu dia?"Yudi?Bukankah itu putra sulung dari Ke