Arion mengecek berkas yang di bawa Andre padanya. Mereka berada di ruang tengah. Projek yang sedang berjalan di Malaysia memberikan perkembangan yang pesat. Mood Arion sangat baik hari ini.
Andre menautkan alisnya melihat pemandangan di depannya. Thalita berbaring sambil membaca novel di sofa. Di bawah Arion duduk dengan meja yang berserak. Luar biasa Arion bisa bekerja di bawah.
"Sulaiman mengambil bagiannya dengan baik,” ucap Arion. Dia tidak menemukan sesuatu yang salah dalam berkas.
Andre mengangguk, matanya masih risih memandangi sepasang suami istri itu. Andre tidak akan bertanya apa pun. Dia sedang berfikir untuk memfoto mereka dan memberikan pada Fara. Gadis itu akan mempercayainya. Andre tersenyum picik membayangkan wajah Fara. Tunggu kenapa dia membayangkan Fara?
"Kenapa kau tersenyum seperti itu? Ada yang salah?" tan
Thalita membuka matanya terlihat seorang laki-laki tertidur pulas. Jemarinya menyentuh rambut laki-laki itu. Perasaan aneh bergejolak. Baru kali ini dia menyisir laki-laki itu dengan pandangan lembut. Rambutnya yang biasa rapih kini berantakan. Dia menuruni tangannya meraba kening, mata, hidung, bibirnya dan turun ke dadanya yang bidang. Sekarang semua itu miliknya. Thalita menarik selimutnya menutupi seluruh tubuhnya. Dia tersipu malu saat menyadari tidak ada sehelai benang pun dalam tubuhnya. Dia turun dari tempat tidur pelan mengutip baju-baju yang berantakan. Asataga... kamar mereka seperti kapal pecah. Mereka melakukan hubungan selayaknya suami istri. Seharusnya sudah sejak dahulu. Thalita merona mengingatnya. Berulang kali Arion membisikan kata cinta di telinganya. Bisika
Thalita merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Setelah seharian dia memakai high'hels mundar mandir sambil tersenyum meladeni para pembeli. Hari ini di toko banyak pengunjung. "Suami macem apa seharian enggak ada kasih kabar sama istrinya!" Thalita melirik jam dinding pukul 10 biasanya pukul 8 Arion sudah pulang. Sudah terbiasa di rumah seorang diri, Thalita tidak takut lagi untuk mundar-mandir tengah malam. Sebentar ke kamar terus berpindah ke dapur ngutak-atik kompor lalu pindah ke ruang tv. Tangannya berulang kali mengganti Chanel TV.Tidak lama kemudian suara pintu terbuka. "Thalita." Arion kaget istrinya sudah ada di depannya melipat tangan ke depan dada dengan tatapan tajam. "Kenapa berdiri di situ? Wajahmu mengerikan.” Arion melepaskan jas hitamnya. &nb
Ost Perfect - Ed SheeranKita makan malam di luar Isi pesan Arion membuat Thalita tidak sabaran. Bahkan dia berdandan ria hanya untuk makan malam bersama Arion. Memikirkan dulu ia menolak laki-laki itu dan sekarang ajakan Arion membuatnya kegirangan. "Pakaianmu seperti ini?" protes Andre saat Thalita membuka pintu. Dimana Arion? Kenapa harus Andre yang menjemput, Thalita mengerutkan keningnya melihat Andre di depan pintu. Andre memperhatikan pakaian Thalita dari atas sampai bawah. Tatapan wajahnya sangat sinis. Thalita hanya mengenakan kaus biasa dan celana jeans. Andre mendengus. Percuma saja wajah cantik tapi tidak berpenampilan menarik. Itu akan mengurangi nilainya. "Kenapa? Ada yang salah." Thalita merasa risih dengan p
HmmhmmTangannya menarik ujung sepray dengan wajah yang sudah berpeluh. Nafasnya sesak tidak bisa menghirup udara.Mata Thalita terbuka, kemudian menarik napas, "Arion." Thalita mengusap keningnya yang sudah basah. Matanya melirik bantal di sampingnya.Arion belum pulang.Dia melihat cincin di jari manisnya. Sudah lama tidak mimpi buruk. Di saat seperti ini dia ingin dipeluk Arion. Jam dinding masih pukul 2 subuh.Thalita pergi ke dapur mengambil botol air mineral di kulkas. Sekali teguk sebotol habis dia minum.Brubrukk brukkk!Suara keras dari arah pintu. Buru-buru Thalita membuka pintu.ArionBiasanya Arion tidak pernah seperti ini. Dia tahu pasword pintu apartment mereka. Thalita ragu-ragu saat membuka pintu."Lama bener buka pintunya!" teriak Arion dengan aroma alkohol di tubuhnya. Matanya merah, lang
"Mau makan atau mau mandi dulu," ucap Thalita yang sudah berdiri di depan Arion. Sedari tadi Arion diajak bicara tidak ada jawaban. Thalita mengeluh perlahan. Lebih baik dia dibentak dan dikasih tahu apa salahnya. Seperti ini ia merasa terombang-ambing. "Kau tidak perlu pura-pura jadi istri yang baik ternyata diluar kau jalan dengan laki-laki lain," ucapnya sinis. "Pantesan kau ingin kerja diluar," tambah Arion. "Oh...Tadi enggak sengaja ketemu di jalan," kata Thalita tersenyum. Arion buang muka. "Gimana waktu pulang ke rumah orangtuamu? Kau belum cerita," tanya Thalita yang yang penasaran. Semanjak pulang dari sana Arion berbeda. "Kenapa? Kau sekarang berharap jadi bagian keluargaku." Arion menyeringai tanda menge
Arion duduk di sofa dengan suara muzik yang keras dan minuman alkohol di atas meja. Matanya hampa melihat gelas yang berisi warna bening di tangannya. Setelah rasa bersalah telah melukai Thalita. Arion mendatangi teman-temannya di club malam. Dulu mereka memang sering berkumpul di club malam. Tapi, setelah pernikahannya dengan Thalita dan setelah Thalita menerimanya sebagai suami. Arion selalu ingin cepat-cepat pulang melihat istrinya. "Menjauh bitch!” suara Arion pelan tapi cukup membuat gadis yang memegang pahanya menjauh. "Arion, dia hanya bermaksud menemanimu. Kau datang ke sini untuk mencari hiburan, kan?" ucap Deva sambil tersenyum. Tidak ada rasa bersalah sedikit pun saat dia tahu pelaku itu adalah istri Arion. Dia hanya memberikan berkas-berkas yang ingin diketahui Arion. "Minum saja minumanmu sialan
"Hoii..Melamun. Kerasuk saiton baru tahu rasa," tegur Renata mendapati Thalita terbengong saat memegang baju yang akan dihanger. "Kau saitonnya." Thalita mengelus dada. "Oiii..Napa mukamu nih macem kelebihan blus on." Renata memperhatikan wajah Thalita kemudian menyentuhnya. "Auu..." rintih Thalita. "Siapa yang buat? Suami misteriusmu. Kau hanya tinggal dengannya. Kau punya musuh? Pasti suamimu." Renata menodong Thalita. "Dia enggak sengaja Ree. Kami lagi main di tempat tidur. Tahulah pengantin baru," bohongnya. "Alamak... Ganas juga suamimu." Renata berdecak kagum.Thalita tersenyum kecil. Begitulah Renata kalau sudah menjurus bagian dewasa. Thalita takut menceritakan masalahnya. Renata mengambil baju hendak menghange
Thalita terbangun saat mendengar suara pintu terbuka. Dia bangkit duduk sofa. Tangannya mengucek matanya yang masih belum mengantuk. Suara tv masih menyala. "Udah pulang," sapa Thalita pada Arion.Langkah Arion terhenti menatap istrinya, "Kenapa tidur di situ?" "Aku menunggumu.” Thalita berdiri mendekati Arion. Suaminya membuang wajahnya. Dalam hati berfikir selama dia tidak pulang, apakah Thalita menunggunya selalu seperti itu di sofa. "Udah makan?" "Lain kali tidak usah menungguku. Urus saja urusanmu." Arion melangkah ke kamar sambil membuka jasnya. Hatinya kembali perih mendengar ucapan itu. Beberapa hari Arion tidak pulang sudah membuatnya khawatir. Apakah dia harus menyerah.