Karena tubuhnya terasa gerah, Brian pun mengajak Suzy mandi bersamanya di bawah guyuran air shower yang dingin. Wanita itu bergidik kedinginan, tetapi Brian membiarkannya dan menyabuni tubuh polos berlekuk-lekuk erotis di hadapannya setiap inchi dengan telaten. Aroma tubuh Suzy pun menjadi semerbak bunga-bunga seperti cairan body wash yang dipakai Brian.
"Sudah harum sekarang," gumam Brian lalu melumat buah dada yang menyembul menggoda matanya sedari tadi. Suzy memekik tertahan dengan napas terengah saat tubuhnya dijamah intim oleh suaminya.
"Mass—" Suzy merasa limbung dan berpegangan erat ke badan kekar Brian.
Kemudian Brian mengambilkan dua handuk bersih untuk dirinya dan Suzy untuk mengeringkan tubuh mereka. Setelah itu handuk itu diambilnya lagi dan ditaruh di meja wastafel.
Hasrat Brian tak tertahankan lagi untuk melebur bersama wanita cantik nan sexy yang telah dibayarnya lunas senilai 1 milyar rupiah sore tadi. Dia menarik tangan Suzy yang melangkah keluar dari kamar mandi. Mereka berdua pun menuju ke pembaringan dengan empat tiang di masing sudut ranjang yang ada di tengah kamar luas itu.
Sedikit nampak kuno, pikir Suzy saat mengamati model ranjang milik suami barunya. Namun, dia lebih tergelitik dengan apa yang akan dilakukan pria tersebut kepadanya.
"AAARRGHH!" pekik Suzy terkejut ketika tubuhnya dibanting Brian di atas kasur lalu ditindih oleh badan besar pria itu.
Tak ada selembar kain pun yang tersisa menutup tubuhnya hingga Suzy merasa sangat malu saat ini. Dia menggigit bibir bawahnya karena cemas. Namun, Brian menatap wajahnya dari jarak dekat dan ibu jari besar itu mengusap-usap puncak buah dada Suzy yang segera bereaksi mengeras oleh hasrat spontannya yang bergulung-gulung laksana ombak.
"Aahh ... Mass," desahnya tak tahan sekaligus tak tahu harus bagaimana.
"Apa, Cantikku? Enak ya?" sahut Brian lalu melarikan tangannya turun ke pusar lalu ke bawahnya lagi dan mulai menyentuh dengan ringan berulang kali bagian sensitif yang cepat menjadi basah ... basah sekali.
Brian pun berbisik, "Kamu sudah siap buatku, Suzy Sayang. Lebarkan pahamu dan rileks saja. Malam belum juga tiba ... aku akan membawamu ke puncak surga dunia!"
Dengan patuh wanita muda itu melakukan perintah Brian lalu menunggu apa yang akan terjadi. Namun, bukan seperti yang dia duga bahwa miliknya akan diterobos oleh benda panjang tumpul milik suaminya. Tidak secepat itu.
Memang Brian berlutut di hadapannya, tetapi ia lalu membenamkan wajahnya ke ceruk di antara pangkal paha Suzy. Suara seruputan berisik dari mulut Brian yang mengisap cairan cinta dari istrinya membuat wajah Suzy merona oleh gairah sekaligus rasa malu.
'Ohh ... enak bangethh, astaga! Baru kali ini aku diginiin sama cowok,' batin Suzy yang sebelumnya belum pernah terjamah oleh seorang pria pun. Ini adalah pengalaman pertamanya.
Setelah puas, Brian pun mengangkat wajahnya lalu melirik ke arah Suzy yang tersipu malu. "Kamu kalem banget ya, Sayang. Apa boleh aku request?" ujar Brian.
"Emm ... request? Mau minta apa, Mas Brian?" sahut Suzy penasaran.
"Kamu belajar buat muasin aku dan jangan malu-malu lagi setelah ini. Aku lebih suka istri yang aktif di ranjang. Maksudku yang inisiatif gitu, nggak semua harus aku yang mulai ngajakin buat berhubungan. Bayangin aja dengan uang 1 milyar kamu bisa dapat apa saja di real life, jadi kasih aku servis yang oke dong!" terang Brian dengan jelas seperti ketika dia memberikan presentasi ke klien-klien pentingnya.
Mendengar penjelasan Brian maka Suzy pun mengangguk-angguk seolah mengerti dengan keinginan suaminya. "Siap, Mas. Nanti Suzy belajar dari internet cara memuaskan laki-laki seperti apa," jawabnya lugu.
Brian tak sanggup menahan tawanya yang membahana. Dia pun berbaring di samping Suzy lalu membelai-belai jagoannya dengan telapak tangan kanannya, sementara tangan kirinya berada di bawah kepalanya. "Coba kamu ciumin dan belai pake lidah kamu nih, Suz!" perintahnya.
Perlahan Suzy beranjak ke hadapan Brian yang melebarkan kedua paha berbulu lebatnya. Dengan bertekad, ia pun merundukkan kepalanya dan mulai memanjakan bagian pribadi pria itu dengan tangan dan mulutnya.
Brian menggeram maskulin menahan gelora gairahnya yang dinyalakan dengan ahli oleh pemula seperti Suzy Malika. Dia tak menyangka sepintar itu istri kontraknya menyenangkan dirinya. "Good job, Suzy. Itu enak banget ... cukup!" ujar Brian lalu membanting tubuh ramping nan molek tersebut ke atas ranjang.
Dia mengangkat kedua betis mulus Suzy ke bahunya kanan kiri dan menghujaninya dengan kecupan sembari tak melepaskan tatapannya dari wajah Suzy yang sepertinya horny berat. Kemudian Brian mendorong panggulnya kuat dan cepat tanpa keraguan hingga selaput tipis yang menjadi segel keperawanan istrinya terkoyak.
"Aauww!" Suzy menangis terisak karena rasa sakit yang seakan mencabik tubuhnya secepat kilat. Ada rasa kehilangan di dalam dadanya.
Dengan lembut Brian menghadiahkan ciuman ke bibir Suzy. Begitu dalam dan seolah mengobati rasa sakit yang diderita wanita perawan itu barusan. "Kamu milikku untuk yang pertama kalinya, Suzy Malika. Ini momen yang istimewa bagi kita. Aku nggak pernah menyangka bahwa di kota metropolitan sekotor Jakarta ini, masih ada perawan cantik yang tersisa. Itu pun kutemukan di tempat hiburan malam. Sungguh beruntung sekali, pria brengsek ini!" tutur Brian jujur menilai istri bayarannya.
Dia menghapus bulir air mata yang luruh dari sudut mata Suzy sembari tersenyum tulus. "Sekarang saatnya membuatmu jadi ketagihan dengan betapa nikmatnya bercinta itu, Sayang!" bujuk Brian.
Dimulai dengan hentakan pinggul yang perlahan lalu disusul dengan yang lebih cepat lagi. Brian membuat Suzy melayang-layang dalam kenikmatan. Desahan dari bibir ranum itu terdengar jelas.
Namun, Brian berhenti bergerak. "Katakan padaku apa kau ingin lanjut atau cukup, Sayang!"
"Lanjuttt Mass ... lagiii aaahh ... mmmhh," sahut Suzy yang sudah keenakan dan tak ingin berhenti.
Senyum kemenangan terukir di wajah Brian. Dia sengaja melakukannya untuk mengetahui apa yang ia rasakan sama dengan yang Suzy rasakan. Sebenarnya milik wanita itu masih sangat sempit menggigit, tentu saja karena dia bercinta dengan perawan.
"Enak ya, Suz?" goda Brian yang mendapat anggukan malu-malu dari Suzy.
"Bilang yang kenceng, 'aku suka dikawinin sama kamu, Mas Brian Ganteng!'. Ayo—aku baru lanjut," perintah Brian dengan sengaja.
Dengan wajah yang merona Suzy mengikuti kehendak suaminya. Dia berkata, "Aku suka dikawinin sama kamu, Mas Brian Ganteng. Terusin dong, Sayang!"
Perkataan Suzy itu seolah menyiram bensin ke api yang tengah menyala. Brian pun memacu tubuhnya dengan kencang hingga istrinya menggapai puncak kenikmatannya terlebih dahulu. Cairan kewanitaannya meluap-luap membasahi seprai putih yang ternoda darah perawan di bawahnya.
Brian pun terus melaju kencang dalam gairah liarnya, staminanya seolah tak kunjung habis dan dia merubah posisi mereka dengan Suzy menungging membelakanginya. Jagoan miliknya merangsek masuk dari belakang dan bergerak cepat keluar masuk liang sempit istrinya.
Rasanya Suzy nyaris pingsan karena keperkasaan pria itu. Tubuhnya yang lunglai didekap dari belakang oleh lengan kekar Brian sambil terus dihajar dalam kenikmatan ragawi yang memabukkan.
"Mass kamu kuat bangetthh!" desah Suzy merem melek meresapi inti tubuh feminin miliknya dikuasai dengan gagah perkasa oleh suaminya.
Telapak tangan Brian meremas bulatan padat yang terguncang-guncang oleh desakan tubuh kekarnya. Bibirnya membuat bekas-bekas kepemilikan merah di sepanjang garis leher dan bahu Suzy, sangat banyak hingga tak terhitung jumlahnya. Dia sangat bernapsu kali ini berbeda dengan pengalaman sebelum-sebelumnya.
"Perawanku memang beda, sangat nikmat dan memesona!" bisik Brian di tepi telinga Suzy.
"Congrats buat wisuda loe ya, Lily!" ucap Thalita sembari cipika cipiki dengan kakak angkatannya yang sudah lulus dan diwisuda tadi siang.Lily Pranata pun tertawa riang dan membalas, "Thank you, Tha. Loe juga kuliah yang rajin biar cepet wisuda. Oya kalo mau minum pesen aja, gue yang traktir pokoknya. Bilang ke bartendernya, lo temennya Lily pasti paham buat add order loe ke bill gue, oke? Have fun ya!""Siplah. Gue ke bar dulu deh kalo gitu. Sampai nanti ya!" pamit Thalita lalu melangkah ringan menuju ke meja bar melingkar di salah satu sudut ruangan Herofah Bar and Discotique. Lampu sorot diskotek berpendar di atas lantai dansa menimbulkan efek gemerlap yang meriah seiring musik DJ yang rancak. Para pengunjung pria dan wanita tumpah ruah berjoged ajojing di lantai dansa. Gadis itu memesan segelas Long Island lalu meminumnya sekaligus sampai habis dan berlanjut ke Whiskey Smash. Bartendernya pandai meracik koktail yang enak menurut Thalita. Dia memesan segelas minuman lagi yaitu M
"AAARRGGHH!" Geraman maskulin di puncak kenikmatan surga dunia itu terdengar menggema di dalam kamar hotel deluxe executive itu untuk kesekian kalinya.Perawan yang digarap oleh Indra Gustavo sejak beberapa jam lalu sudah hilang kesadaran. Sebagian karena kelelahan melayaninya selain alasan di bawah efek mabuk minuman keras yang ditenggaknya di diskotek tadi malam."Buseett, gue kenapa kayak keranjingan begini sih ngawinin perem!" ucap Indra lebih kepada dirinya sendiri.Peluhnya bercucuran di sekujur tubuhnya yang kekar berotot hasil bentukan di gym. Dia bukanlah kuli melainkan eksekutif muda perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi bangunan dan properti berkelas nasional.Akhirnya Indra melenggang menuju ke kamar mandi hotel untuk membilas sisa kepenatan pasca bergumul bersama Thalita Teja Kusuma. Begitu mendengar nama belakang gadis itu dan konfirmasi bahwa dia adalah adik Brian, rival bisnisnya. Indra makin bersemangat untuk mengerjai perempuan cantik itu. Pucuk di cinta ula
"Pokoknya loe mesti nikah sama gue hari ini, Tha!" desak Indra Gustavo masih mendekap tubuh polos yang baru saja digumulinya di atas ranjang. Hari sudah pagi jelang siang, tetapi kedua anak manusia itu abai akan aktivitas rutin mereka masing-masing. Thalita bolos kuliah dan belum pulang ke rumahnya sejak semalam, sedangkan Indra tidak berangkat ke kantornya juga. Namun, bukan masalah bagi Indra karena dia sendiri bos di tempat kerjanya. Perusahaan kontraktor dan properti itu milik keluarga Gustavo yang diwariskan mutlak kepadanya karena dia anak tunggal tanpa saudara kandung."Loe ini beneran sedeng deh, Ndra!" tukas Thalita yang sontak mendapat jitakan di kepalanya oleh kepalan tangan Indra."Jangan asal panggil gue pake nama! Loe tuh jauh lebih muda dibanding gue keleus. Panggil Mas Indra Sayaaang gitu kek!" tegur Indra sambil mencubiti pipi Thalita dengan gemas hingga jadi kemerahan.Wajah Thalita mencebik menatap pria itu. "Emang loe siapa gue kok ngatur-ngatur?!" tolaknya judes.
Malam pertama yang tak terlupakan bagi Suzy Malika juga membuat tubuhnya serasa tak memiliki tenaga untuk bangun dari ranjang ketika pagi tiba. Semalam-malaman suaminya bercinta seperti banteng lepas yang terus menerus menyeruduknya tiada henti. Sepasang mata cokelat keemasan itu memang terbuka, tetapi ia hanya bisa berbaring lemas memandangi sosok maskulin di sebelahnya yang masih terlelap tanpa busana di bawah selimut dengan lengan kekar yang memeluknya.Ketika Suzy bergerak pelan, suaminya pun terbangun dari tidurnya. Brian menguap dengan kelopak mata yang berat. Ia pun berkata, "Pagi, Sayang. Sudah bangun duluan rupanya! Apa kau lapar?""Selamat pagi, Mas Brian. Iya sih ... Suzy lapar," jawab wanita itu jujur. Siapa yang tidak akan merasa lapar bila dihajar di atas ranjang semalaman?Stamina Brian begitu prima, dia bangkit dari ranjang lalu berjalan menuju ke meja kerjanya di dekat jendela kamar tidurnya. Dia menelepon ke bagian dapur rumahnya dengan pesawat telepon, "Halo, Chef
"Suzy, lusa kita akan terbang ke Bali. Kan ini weekend, jalan ke mall aja yuk. Aku mau beliin kamu perhiasan mewah dan asesoris branded buat memoles penampilan kamu," ujar Brian sambil menikmati rib eye steak brown sauce di piringnya.Sedikit kebingungan Suzy akhirnya harus jujur kepada Brian, "Mas, sebenarnya aku masih punya jadwal perform di The Glam Expat Club untuk nanti malam dan besok malam juga lho. Gimana ya?""Batalkan semua jadwal manggung kamu, Suz. Pekerjaanku jauh lebih berharga nilainya. Apa kamu ada nomor kontak manager night club tempat kamu kerja?" ujar Brian meletakkan pisau dan garpunya di piringnya."Aku ambil ponselku di tas dulu ya, Mas!" pamit Suzy lalu beranjak menuju ke sofa dimana tas kuliahnya tergeletak. Ketika dia membuka layar ponselnya ada puluhan missed call sejak semalam. Dia lupa bahwa seharusnya dia tampil semalam untuk menggantikan rekannya yang jatuh sakit.Dia pun bergegas kembali ke meja makan lalu duduk di samping Brian. "Aduh, Mas, aku pasti di
Senyuman lebar tersungging di wajah Brian yang bercambang tipis saat dia melihat penampilan Suzy Malika dalam gaun selutut berkerah sabrina yang dibelikan oleh asisten pribadinya pagi ini."Cantik! Aku suka wanita yang anggun, Suz. Yuk kita berangkat sebelum tambah siang," ujar Brian seraya mengulurkan lengan ke istri kontraknya.Pasangan pengantin baru itu pun menuruni tangga dari lantai 2. Pak Seno telah menunggu di mobil sedan Maybach hitam yang akan mengantarkan mereka ke mall. Awalnya Suzy dan Brian duduk dengan jarak setengah meter di bangku belakang, tetapi itu tak berlangsung lama karena tangan Brian segera meraih lekuk pinggang wanita sexy itu hingga menempel ke tubuhnya. "Suz, ingat 'kan pesanku?" ucapnya lalu berbisik di tepi daun telinga istrinya, "yang mesra biar semua percaya kita pengantin baru!""Ehh ... iya, Mas. Maaf, masih belum terbiasa—"Namun, Brian tak menginginkan alasan apa pun. Dia melumat habis bibir berlipstick merah jambu itu dengan penuh napsu. Setelah m
Pesawat yang membawa Brian, Suzy, dan Hendrawan mendarat di Bandara Ngurah Rai pada pukul 16.00 WITA. Kedatangan mereka dijemput oleh bawahan Mr. Rodrigo Albruch. Koper-koper mereka dimasukkan ke bagian belakang mobil Alphard hitam dan mereka pun naik ke mobil tersebut untuk diantar ke resort pribadi milik tycoon asal Italia itu."Sudah pernah berkunjung ke Bali 'kan, Suzy Sayang?" tanya Brian berusaha mencairkan suasana sekaligus berlatih kemesraan bersama istri bayarannya."Baru kali ini aku mengunjungi Pulau Bali, Mas. Selama ini memang sibuk sekolah dan kerja. Tradisinya masih kental sekali terlihat ya di sini," jawab Suzy dengan senormal mungkin. Brian pun menyahut, "Wah, berarti kita perlu jalan-jalan nanti ya buat melihat-lihat pantai yang indah. Menonton tari Kecak saat matahari terbenam itu sangat seru. Mungkin besok sore ya kuajakin ke salah satu pantai buat nonton pertunjukan itu!""Wow, asik! Aku pasti suka banget, Mas. Aku memang penggemar segala jenis seni pertunjukan,
"Sayang, kamu sudah siap belum?" seru Brian dari kamar tidur setelah mengenakan baju santai tapi sopan untuk makan malam bersama klien exclusivenya.Setelah memakai make up natural di wajahnya, Suzy pun keluar dari kamar mandi dan menghampiri Brian. "Sudah kok Mas. Ini aku pakai sandal cantik aja ya, nggak usah sepatu high heels?" jawabnya sedikit salah tingkah diamati begitu intens oleh suaminya dengan tatapan berbinar nakal.Sebuah ciuman bibir yang dalam memagut bibir Suzy hingga napasnya terengah saat ciuman itu usai. Wajahnya pun menghangat, tersipu malu ketika ibu jari tangan Brian membelai bibir bawahnya."Boleh, Suz. Kamu cantik mau pakai apa pun. Yuk kita berangkat sekarang dari pada aku mendadak ganas sama kamu," ajak Brian seraya melingkarkan lengannya mesra di pinggang istrinya meninggalkan paviliun mewah itu.Malam musim panas di Ubud, Bali bertabur bintang yang nampak jelas di angkasa. Pasangan pengantin baru itu mengobrol sambil tertawa cekikikan bersama melewati jalan