Share

88. Suami Pelarian (Bab Terakhir)

(Tiga tahun kemudian)

"Tangkap, anak-anak!"

"Ayo, Dik! Lari!"

"Ahahaha! Kakak!!!"

Teriakan dan jeritan tawa khas bocah yang sanggup memekakkan telinga, membuat suasana di halaman belakang rumah mertuaku begitu ramai. Berisik, sekaligus menghangatkan hati.

Yudistira, suami yang amat kucintai, bermain tangkap bola dengan kedua anak kami, Dias dan Nara.

Meskipun keduanya mewarisi wajah sang ayah, sifat mereka sangat berbeda. Nara pemberani, cerewet, dan berjiwa pemimpin, cocok banget dengan suasana hati yang kurasakan ketika aku hamil. Sedangkan Dias lebih tenang, dan mudah tersentuh, cocok juga dengan pembawaanku yang suka mewek saat mengandungnya.

Kupandang mereka bertiga penuh sayang. "Lucu banget, ya, cucu-cucu Mama," celetuk ibu mertuaku yang tiba-tiba berdiri di sampingku.

"Anak Mama lebih lucu, Ma," sahutku sambil cengengesan. Kan, suamiku memang lucu.

Sesaat Mama Ani terbengong, lalu dia memukulku main-main. "Baguslah, kalau kamu masih menganggap anak Mama yang paling luc
Teha

Dengan ini novel Suami Pelarian dinyatakan tamat, ya. Terima kasih kepada semua yang telah membaca. Jangan lupa komentar, kritik, dan saran Anda, sangat saya hargai. Sampai jumpa di cerita saya yang lainnya. Salam hangat, Teha ^^

| Like
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Teha
terima kasih banyak, kak riana, sudah membaca sampai tamat.
goodnovel comment avatar
Riana Tepuna
ceritanya menarik perhatian suka ceritanya terbaiklah
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status