TIDAK ADA NAMAKU(Aku Tidak Terdaftar di Acara Piknik RT)"Mbok, Antok tidak setuju Siti pergi sama dia. Simbok tahu 'kan berita Siti di luar seperti apa." Mas Antok yang sedari tadi diam, sekarang bersuara. "Aduh, Mas. Mana mungkin Simbok melarang. Simbok juga senang lah kalau Siti dikasih uang banyak. Makanya Simbok mendukung perbuatan Siti yang kotor itu." Mbak Tiwi sebelas duabelas sama Rini."Sit, berangkatlah! Zizah biar sama Simbok.""Iya, Mbok." Aku segera berpamitan pada Simbok dan Mas Antok serta Mbak Tiwi. Meski mereka tidak menggubris sama sekali. "Assalamu'alaikum," ucap Aarav sebelum akhirnya keluar.Rini dan ibu-ibu yang sedari tadi menguping. Mereka langsung menyebar ketika kami sudah sampai di ambang pintu. Aku menghentikan langkah menatap Rini dan ibu-ibu semua. "Astaga, sekarang sudah berani terang-terangan dia. Bahkan simboknya mendukung," ucap Rini pelan, tapi jelas di telingaku.Silahkan kalian mau bicara apa saja tentangku. Karena sebentar lagi, kebenaran ak
TIDAK ADA NAMAKU(Aku Tidak Terdaftar di Acara Piknik RT)Berdiri di depan jendela kamar yang sengaja kubuka. Menatap gelap malam, merasakan dinginnya hembusan angin. "Sit, boleh Simbok masuk?" Aku mengalihkan pandangan ke arah pintu. "Masuk saja, Mbok." "Ada apa, Sit? Dari pulang kerja, kamu langsung masuk kamar. Apa karena Rini dan ibu-ibu tadi?" "Siti sudah tidak kaget dengan mereka, Mbok.""Lantas, apa yang membuatmu sedih?"Menghembuskan napas panjang. Tidak tahu harus mulai dari mana cerita sama simbok. "Tadi bagaimana? Kamu sudah bicara sama Pak Baskoro? Dia mau membantu meluruskan permasalahan yang sedang kamu hadapi 'kan?"Aku hanya menggelengkan kepala. "Maksudnya, Pak Baskoro tidak mau membantu? Kenapa?""Bukan tidak mau membantu, Mbok. Tapi Siti belum cerita sama beliau.""Kamu tidak cerita?""Mbok, kalau besok Siti harus angkat kaki dari RT 01, Simbok jangan sedih, ya. Simbok harus tetap bertahan di sini. Biar ditemani Zizah.""Kok kamu bicara seperti itu, Sit? Mema
TIDAK ADA NAMAKU(Aku Tidak Terdaftar di Acara Piknik RT)"Saya tidak akan mengajukan pertanyaan mau atau tidak atas keinginan saya tersebut pada kamu, Siti. Tapi saya mohon, beri kesempatan untuk Aarav mengenal kamu lebih.""Maaf, Pak. Saya belum ada keinginan membuka hati untuk pria manapun. Saat ini mau fokus kerja, membahagiakan anak dan juga orang tua.""Baiklah. Saya tidak mungkin memaksa. Kalau kamu memang tidak bisa." Meski tersenyum, tapi sangat jelas guratan kesedihan di raut wajah Pak Baskoro. Terdengar ribut-ribut di depan rumah yang membuat kami diam sejenak. Aku dan simbok beranjak dari tempat duduk untuk melihat ke depan."Orangnya di dalam Pak RT, Bu RT."Asataga … mereka lagi. Rasanya habis sudah kesabaranku menghadapi mereka. "Ada apa? Benar-benar tidak punya kerjaan, ya, kalian ini. Saya juga punya batas kesabaran.""Kenapa? Kamu mau marah? Kami 'kan hanya ingin RT 01 bersih dari perbuatan kotor seperti yang kamu lakukan. Nanti bisa bawa sial." Rini mulai menjadi
TIDAK ADA NAMAKU(Aku Tidak Terdaftar di Acara Piknik RT)POV Rini"Mas … Mas Agus," teriakku ketika sudah sampai di rumah.Amarahku semakin memuncak ketika melihat Mas Agus enak-enakan masih mendengkur. Orang ini. Lama-lama bikin mu*k saja. Kerjaannya cuma makan dan tidur. Aku menuju kamar mandi mengambil air satu gayung. "Banguuuun." Menyiram kepala Mas Agus."Riniiii. Apa-apaan kamu. Kur*ng aj*r sama suami." Mas Agus bangun sembari mengusap wajahnya yang basah."Kamu itu yang kur*ng aj*r. Gara-gara foto tidak jelas itu. Aku kena masalah besar."Masalah besar apa?" tanya'nya santai."Aku dipermalukan di depan Pak RT, Bu RT dan juga ibu-ibu lain oleh mantan kamu itu.""Masa' kamu kalah lagi sama dia. Balas, dong. Gantian h*j*r. Begini," Mas Agus berlagak bak pendekar memberi contoh gerakan mirip orang kesurupan."Balas-balas. Kamu tahu, siapa pria yang ada di foto itu.""Ya mana aku tahu. Yang pasti pelanggannya Ning.""Dia pemilik perusahaan Wijaya Angkasa."Mas Agus langsung melo
TIDAK ADA NAMAKU(Aku Tidak Terdaftar di Acara Piknik RT)Bukan mau suudzon, tapi kenapa aku merasa kedatangan Rini dan Mas Agus ada sesuatu yang tidak baik. Mengamati kantong plastik berisi baso yang diberikan Rini."Kenapa, Sit?""Siti merasa aneh dengan kedatangan mereka yang tiba-tiba nengokin Zizah, Mbok. Padahal setelah bercerai, Mas Agus tidak pernah peduli pada anaknya 'kan.""Mungkin karena masalah kemarin, Rini jadi sadar, Sit. Terus dia mau membuka lembaran baru pada keluarga kita.""Semoga saja memang begitu, Mbok."Aku langsung membuka baso tersebut ketika sudah berada di dalam. Kalau dingin nanti kurang enak."Bapak beliin kita baso, ya, Mak?""Iya, Zah. Ayo dimakan!" Menyodorkan mangkok berisi baso dengan mie campur. "Ini punya Simbok. Zizah makan dulu sama Mbah. Emak mau ganti baju." Pulang jualan cilok, aku lebih sering mandi di rumah Bu Anggit. Sekalian mengembalikan gerobak. Sampai rumah tinggal ganti baju.Selesai ganti baju, aku keluar kamar untuk makan bersama s
TIDAK ADA NAMAKU(Aku Tidak Terdaftar di Acara Piknik RT)POV Aarav"Apa, Yah? Ayah mau melamar Siti untuk Aarav? Tidak mungkin.""Kenapa tidak mungkin, Rav? Ayah hanya ingin kamu mendapat pendamping yang tepat.""Bukannya Ayah yang suka sama Siti, karena wajahnya mirip Mama."Kalau tahu Ayah mau membicarakan hal konyol seperti ini. Mendingan tadi tidak usah pulang. Ada-ada saja. Tidak ada angin, tidak ada hujan, bilang mau melamar perempuan untukku yang bertemu saja baru sekali. Itupun sekedar tahu nama. Sudah."Ayah memang suka sama Siti, tapi bukan suka seperti yang kamu pikir. Ayah sudah tahu siapa dia. Makanya Ayah yakin, Siti adalah pendamping yang tepat untuk kamu."Aku hanya bisa tertawa menanggapi ucapan ayah tersebut. "Memangnya jaman Siti Nurbaya." Aku beranjak pergi."Aarav. Mau ke mana kamu?""Cari hiburan, Yah," jawabku tanpa menoleh.Sampai kapanpun, perempuan yang ada di hatiku hanya Mama seorang. Tidak akan pernah terbagi untuk perempuan lain.—-------------"Mas Aara
TIDAK ADA NAMAKU(Aku Tidak Terdaftar di Acara Piknik RT)POV RINI"Mas Agussssss," teriakku persis di telinganya."Astaga, ada apa lagi, Sayang. Kupingku sakitt, tahu." Mas Agus mengusap telinganya. "Si Siti tidak apa-apa. Dia sehat-sehat saja. Tadi aku ketemu di jalan saat dia mau ke pasar.""Kalah lagi, ya. Sudahlah, Sayang. Biarin saja. Masih mending kamu dimaafkan dan tidak jadi mencium kakinya."Kedua tanganku mengepal. "Apa kamu bilang, Mas? Coba ulangi lagi!" "Ti-tidak ngomong apa-apa." Mas Agus menutup bibir sembari menggelengkan kepala. Aku tidak akan berhenti sebelum melihat Siti menderita.—--------------TingNotif pesan masuk dari Bu RT.[Mbak Rini, kita diundang oleh Pak Baskoro di acara ulang tahun putranya. Warga RT 01 semua diundang. Sudah disediakan mobil juga untuk datang ke sana. Mbak Rini ikut 'kan?] Isi pesan yang di atasnya ada sebuah gambar undangan. Aarav Rais Wijaya? Aarav … Aarav. Aku seperti pernah dengar nama ini, tapi di mana? Mencoba mengingat-ingat
TIDAK ADA NAMAKU(Aku Tidak Terdaftar di Acara Piknik RT)"Maaf kalau saya tidak sopan." Aarav melepas tanganku sesaat setelah selesai bicara. Pesta yang seharusnya menjadi kebahagiaan untuk Pak Baskoro dan Aarav justru kacau karena ulah Rini. Bukan aku malu atas ucapannya, karena memang yang dibilang adalah benar. Tapi … dia lebih mempermalukan Pak Baskoro dan Aarav di depan banyak orang."Apa perlu diseret keluar perempuan itu, Sit?" bisik Pak Baskoro.Menggeleng pelan. Urusan Rini lebih baik aku selesaikan saat pulang nanti. Sekarang aku tidak ingin pesta ini tambah berantakan lagi karena mengurus satu orang tersebut."Maaf, kehadiran saya hanya bikin malu Pak Baskoro.""Bikin malu? Apa yang mesti membuat saya malu? Ucapan perempuan itu? Lupakan hal tersebut. Sekarang kita nikmati pesta ini."-Dengan percaya diri, Rini mengikuti acara sampai selesai. Sedangkan Mas Agus, aku tidak melihat dia lagi setelah tadi meninggalkan acara."Jangan, Mbok!" Aku menahan simbok ketika beliau m