Menjadi istri pengganti adalah hal yang tidak pernah terpikirkan oleh seorang wanita cantik bernama Larisa Maheswari (20th). Menikah dengan laki-laki yang sama sekali belum pernah ia temui sebelumnya bagaikan mimpi buruk baginya. Namun, karena ancaman dari ibunya membuat Risa terpaksa menerima pernikahan itu. Adi Chandra Winata. Pria yang terkenal kasar dan arogan yang sangat mencintai kekasihnya. Namun, sayangnya sang kekasih justru melarikan diri tepat di hari pernikahan mereka akan dilangsungkan. Demi menjaga nama baik dan reputasinya sebagai seorang pengusaha ternama, maka dengan sangat terpaksa Adi menerima wanita lain sebagai pengganti calon istrinya yang telah pergi. Tidak ada cara lain selain menerima pernikahannya dengan Risa, tapi dalam hatinya ia berjanji akan membuat wanita itu menderita dan menyesal karena telah menjadi istrinya. Akankah pernikahan mereka berakhir dengan kebahagiaan? Apakah kebencian dalam diri Adi akan berubah menjadi cinta? Mampukah Risa memenangkan hati suaminya? Baca cerita selengkapnya hanya di: Takdir Istri Pengganti.
Lihat lebih banyakRisa keluar dari kamar mandi dan melihat Adi duduk di sofa dengan kedua tangan dijadikan penopang wajahnya. Tatapannya terlihat kosong, bahkan laki-laki itu sampai tidak menyadari jika istrinya sudah keluar dari kamar mandi. Terlihat jelas bahwa saat ini dia sedang banyak masalah. “Kamu mandi dulu sana! Setelah itu kita shalat supaya pikiran kamu lebih tenang,” ujar Risa membuyarkan lamunan Adi. “Kamu sudah selesai, Sayang? Maaf ya, aku jadi melamun. Ya sudah, aku mandi dan ambil air wudhu sebentar.” Adi masuk ke kamar mandi dengan langkah gontai, ada rasa bersalah yang ia rasakan terhadap istrinya. “Ya Allah, apapun masalah yang sedang ia hadapi saat ini, aku mohon permudahkanlah!” ucap Risa penuh harap. Kriet! Suara pintu kamar mandi terbuka, Adi keluar dari sana dengan handuk melilit dari tubuhnya. Wajahnya sudah terlihat lebih segar setelah mandi dan berwudhu. “Sebentar ya, Sayang. Aku ganti baju dulu,” ucap Adi sembari melangkah menuju tempat tidur. Pakaian gantinya sudah d
“Thanks, Rik. Semua informasi lo hari ini sangat berarti buat gue. Dengan mengetahui semua ini, gue jadi tahu harus melakukan apa. Gue akan selalu butuh bantuan lo dan juga anak-anak buah lo itu,” ujar Adi seraya menepuk pundak Erik. Ia sangat bersyukur punya sahabat seperti Erik yang selalu setia membantunya dalam menyelesaikan masalah. Peran seorang Erik dalam kehidupan Adi tidak kalah penting dari Yogi, jika Yogi selalu bisa menyelesaikan masalah di kantor, maka Erik berperan penting dalam membantu menyelidiki sesuatu dan memberi pelajaran kepada musuh-musuhnya. “Santai saja, Bro. Lo kayak sama siapa aja, gue akan selalu ada buat lo. Jangan sungkan!” ujar Erik. “Oke, thanks! Ya sudah, gue pulang, ya. Kalau ada apa-apa hubungi gue,” kata Adi sembari berdiri tempat duduknya. “Siap, Bro. Lo hati-hati, salam untuk Nyonya Adi. Bilang saja dari pengagum rahasia,” ujar Erik dengan senyum mengejek. Sementara Adi menggerutu kesal karena hari ini kedua sahabatnya membuat hatinya dongkol
Melihat raut wajah suaminya berubah setelah mendapat telepon dari Erik, Risa pun merasa ada sesuatu yang mengganjal di hatinya dan berharap itu bukan hal yang buruk. “Kenapa? Ada masalah?” tanya Risa dengan lembut. “Nggak tahu, Sayang. Erik juga tidak menjelaskan apa-apa,” sahut Adi seraya mengusap wajahnya dengan sedikit kasar. “Kalian mau ketemuan?” tanya Risa lagi. “Iya, Sayang. Erik ngajak ketemuan di café biasa tempat kami berkumpul sama teman-teman yang lain,” jelas Adi. Ia juga berharap kabar buruk yang akan Erik katakan tidak ada sangkut paut dengan dirinya “Ya sudah, kamu hati-hati. Apa pun masalahnya, semoga dapat terselesaikan dengan cara baik-baik, jika masih bisa dihindarkan janganlah menggunakan kekerasan!” ujar Risa memperingatkan. “Oke, Sayang. Kamu nggak apa-apa, ‘kan, aku tinggal? Aku hanya pergi sebentar,” kata Adi. “Seperti mau pergi jauh saja, di rumah ini ‘kan, banyak orang. Kamu pergi saja, semoga masalahnya cepat selesai. Aku hanya bisa mendoakan,
“Terima kasih, Sayang.” Adi tersenyum kecil karena merasa bahagia bisa minum langsung dari tangan istrinya. Risa mengangguk pelan lalu menoleh ke arah jam dinding, mendapati waktu telah menunjukkan pukul 19:10 WIB. “Lebih baik aku shalat dulu,” ucap Risa seraya beranjak dari sofa, berjalan menuju kamar mandi untuk berwudhu. Adi segera menyusul istrinya karena sudah tahu apa yang harus ia lakukan. Tak lama kemudian, mereka berdua keluar dari kamar mandi secara bersamaan lalu melaksanakan ibadah seperti biasanya. Tak lupa pula setelah shalat isya, Adi keluar dari kamar untuk membuatkan susu dan juga memberikan vitamin penguat kandungan untuk istrinya. Malam ini ia benar-benar menjadi suami dan calon ayah yang siaga. Risa duduk di atas tempat tidur dengan bersandar pada sandaran ranjang tersebut, kakinya berselonjor untuk mengurangi rasa penat. Adi ikut naik dan mendekati wanita itu, membelai rambut istrinya yang tergerai indah. Aroma vanila menyeruak masuk ke rongga penciuma
Suara adzan maghrib telah berkumandang. Seruan bagi seluruh umat muslim di seluruh penjuru dunia untuk segera menunaikan kewajiban menghadap Sang Pencipta.Risa dan Adi juga sudah bersiap-siap untuk melaksanakan kewajiban mereka. Sebelum shalat, Risa sudah menyiapkan semua keperluan untuk dirinya dan juga sang suami.“Kamu sudah siap?” tanya Risa seraya menoleh ke arah Adi yang sudah berdiri di sampingnya.“Yes, My Wife,” sahut Adi sambil membenarkan pecinya. “Ayo, kita mulai!” serunya dengan semangat.Risa tersenyum melihat suaminya tampak bersemangat untuk melaksanakan ibadah, meskipun belum bisa bertindak sebagai imam karena bacaan ayat-ayat suci al-qur’an yang ia ucapkan belum begitu fasih.Setelah selesai beribadah, Adi membawa Risa duduk di sofa yang ada di kamar itu. Menggenggam erat tangan istrinya, lalu menatap wanita itu dengan lekat.“Sayang, aku boleh bertanya sama kamu?” tanya Adi tanpa mengalihkan pandangannya dari dua bola mata indah milik Risa.“Kenapa harus minta izin
Tok, tok, tok!“Assalamu’alaikum, Ma. Risa bisa minta waktu Mama sebentar?” tanya Risa dari luar kamar ibu Airin.“Wa’alaikum salam,” sahut ibu Airin seraya membukakan pintu kamar.“Maaf, Ma. Risa ganggu Mama, nggak?” tanya Risa lgi.“Nggak, Sayang. Mama memang mau keluar dari kamar, ada apa?” tanya ibu Airin seraya menatap Risa.“Hm, Risa mau bicara sesuatu sama Mama,” ujar Risa.“Oke, kamu mau kita bicara di mana? Di kamar Mama atau di tempat lain?” tanya ibu Airin lagi.“Kita bicara di taman aja, ya, Ma. Sambil menunggu waktu magrib tiba,” ujar Risa, Ibu Airin pun menyetujuinya.Mereka bertiga berjalan keluar dari rumah menuju taman yang terletak di samping rumah. Duduk di taman ditemani secangkir teh dan cemilan yang telah disediakan oleh asisten rumah tangga, menambah suasana sore hari menjadi lebih indah dan penuh kehangatan.“Sayang … ayo, cepat kasih tahu siapa orang yang akan menerima hadiah dari kamu itu. Jangan bikin aku penasaran, awas saja jika itu laki-laki. Akan aku han
Awalnya ia ingin masuk ke kamar. Namun, saat mendengar Risa berbicara dengan seseorang, Adi mengurungkan niatnya karena penasaran siapa yang tengah menghubungi istrinya. Ia juga ingin tahu apa yang sedang dibicarakan istrinya bersama seseorang di telepon.Setelah mendengar Risa menyebut nama Anita, ia sedikit lega ternyata bukan laki-laki lawan bicara istrinya. Namun, di beberapa detik kemudian Adi sedikit kaget saat Risa menyebut nama Reyhan, laki-laki yang ia anggap sebagai saingan karena masih menyimpan perasaan terhadap istrinya.“Kenapa ada nama Dokter Modus itu juga yang dia sebut?” gumam Adi sangat pelan. Ia kembali menguping pembicaraan istrinya bersama seseorang ia yakini adalah dokter Anita.“Anita, aku tidak bisa mencegah Kak Rey untuk mencintaiku karena itu soal hati seseorang. Tapi kamu tenang saja, aku akan bantu kamu. Semoga Kak Rey bisa membalas perasaan kamu, aku senang banget karena kamu mau cerita sama aku. Kak Rey berhak bahagia, Nit. Aku yakin kamu bisa membahagia
Kriet!Suara pintu kamar dibuka, Adi masuk ke kamar dan melihat istrinya duduk di atas tempat tidur dengan kepala ditenggelamkan di antara kedua lututnya. Menyembunyikan butiran bening yang keluar dari pelupuk netra coklat yang bulat.“Sayang … hei, kamu jangan sedih lagi, ya. Ini susunya diminum dulu,” ujar Adi sambil berjongkok dengan sebelah tangan yang memegang segelas susu khusus ibu hamil dan satu lagi membelai lembut kepala istrinya.Risa mendongakkan menatap suaminya, kemudian mengulas senyum meski air mata masih saja menetes di pipinya yang mulus. Sungguh, Adi tidak suka dengan keadaan ini. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri, tidak akan membiarkan air mata wanita itu jatuh lagi. Tetapi kenyataanya, hari ini mata indah itu kembali menangis bahkan sudah terlihat membengkak.“Terima kasih,” ucap Risa sembari meraih gelas susu yang ada di tangan suaminya.Pintu kamar kembali dibuka oleh seseorang, Adi menoleh ke arah pintu dan melihat kedua orang tuanya tengah berdiri di sana
Bu Yulia bertengkar hebat dengan Pak Mahes waktu itu. Karena ia ketahuan telah berselingkuh di belakang suaminya, ia mencoba berkilah dan tidak mengakui perbuatannya, tetapi Santos datang ke rumah itu dan mengakui semuanya. Makanya pada hari itu terjadi keributan yang membuat nyawa Pak Mahes melayang di tangan laki-laki selingkuhan istrinya.“Jadi, itu alasan kamu mencabut tuntutan terhadap saya?” tanya pak Arya. Sekarang ia jadi mengerti kenapa selama ini Bu Yulia tidak pernah membencinya, meski ia sudah ditetapkan sebagai tersangka atas pembunuhan Pak Mahes.“Risa, maafkan Mama. Kamu orang yang sangat baik, kamu pasti mau memaafkan Mama. Mama tahu kamu memiliki hati yang begitu lembut seperti almarhum papa kamu, kamu pasti tidak akan tega jika Mama berada di penjara,” ujar Bu Yulia dengan memohon.“Tapi hari ini hati itu sudah mati, Ma. Dulu, Mama adalah segalanya bagi Risa. Mama seperti rembulan yang selalu menerangiku di kala malam, Mama adalah matahari yang memberikan kehangatan
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.