Share

Terjerat Cinta Sang Tuan Muda
Terjerat Cinta Sang Tuan Muda
Author: Any Anthika

Bab 1. Putus Cinta

"Kinan, dengar dulu penjelasanku!" Terdengar seorang pria berteriak pada seorang gadis.

Kinanti mengepalkan tangannya kuat-kuat. Dia berusaha menahan air matanya mati-matian. Langkahnya setengah berlari keluar dari sebuah cafe, dikejar oleh seorang pria tampan berkemeja merah marun. 

Apa yang dilihatnya beberapa saat lalu bagai sebilah pisau yang menghujam tepat di jantungnya. Dia melihat Doni pacarnya sedang bermesraan dengan seorang wanita. 

"Kinan, tunggu!" Doni meraih lengan Kinan, memaksa gadis itu untuk berhenti. 

"Aku bisa jelasin!" 

"Apa yang mesti dijelasin, Don? Sudah jelas-jelas kamu mengkhianati aku!" Suara Kinan bergetar karena menahan tangis.

 

"Dia cuma teman, Kinan. Sumpah!" 

"Teman? Teman tapi pake acara ciuman? Begitu caramu memperlakukan seorang teman, Don?" Kinan tidak percaya jika Doni masih berusaha mengelak. Padahal, dia jelas-jelas memergoki Doni dan wanita itu tadi sedang melakukan adegan mesra. 

Doni yang frustasi mengacak rambutnya dengan kasar. "Okay, okay ... aku ngaku, Sayang. Aku khilaf. Aku minta maaf. Maafkan aku ya?"

Kinan menggeleng. Ini bukan pertama kalinya ia memergoki Doni bermesraan dengan wanita lain. Dan selama ini Kinan selalu memaafkannya. Namun untuk kali ini, dia sudah tidak sanggup lagi untuk bertahan.

 "Aku nggak bisa, Don. Aku capek."

"Terus kamu maunya gimana? Aku bersujud di kaki kamu, gitu?"

"Aku mau kita putus!" 

Sepasang mata Doni tampak membesar. Dia mendekatkan wajahnya ke arah Kinan. 

"Kamu jangan bercanda, Kinan? Aku sayang banget sama kamu." 

Kinan kembali menggeleng. Tekadnya sudah bulat. Kali ini, dia akan mengakhiri hubungannya dengan Doni. 

"Kinan, please," bujuk Doni. Wajah tampannya memelas. 

Namun Kinan tidak akan goyah lagi. Meskipun hatinya seperti tersayat-sayat sembilu. Keputusan ini adalah yang terbaik. Dia tidak sanggup jika terus-terusan disakiti seperti ini.

Doni tersenyum sinis. "Okay, kalau itu mau kamu." Dia mengibaskan tangan dengan kesal. 

"Kamu tahu, Kinan. Semua ini salahmu!"

Kinan terperangah, tidak percaya pada apa yang baru saja didengarnya.

 "Salahku?" Kinan bertanya, sambil menghapus air mata di pipinya dengan kasar.

"Iya, salahmu. Kamu sok suci. Aku lelaki normal, Kinan. Tiga tahun kita pacaran, kamu selalu menolak tidur denganku. Aku juga butuh sentuhan perempuan. Dan aku nggak pernah bisa dapat itu dari kamu!"

Kembali Kinan terperangah. Lagi-lagi ucapan Doni membuatnya terkejut, dia tidak percaya. Selama berhubungan dengan Doni, ia memang memiliki prinsip untuk menyerahkan mahkotanya yang paling berharga hanya saat mereka sudah menikah nanti. Dia berpikir Doni sangat menghormati prinsipnya itu. Rupanya, justru itulah yang dijadikan alasan Doni untuk lari ke pelukan wanita lain.

Kinan berusaha menenangkan diri. Hancur, sakit dan terpuruk rasanya dengan semua ini. Ia mantap memutar langkah meninggalkan Doni, lelaki yang pernah sangat ia cintai itu.  Lalu meninggalkan semua kenangan yang pernah ada diantara mereka. 

Kinan masuk ke dalam kamar kos sempit yang sudah tiga tahun ia sewa. Rasanya, masalah datang bertubi-tubi menghampirinya. 

Seminggu lalu, dia terkena pengurangan karyawan di panti jompo tempatnya bekerja. Sekarang, ia malah kehilangan kekasihnya.

Tetapi, hidup harus terus berjalan.

Saat sedang meratapi nasib sialnya, ponsel di saku Kinan bergetar. Ada notifikasi pesan surat elektronik dari alamat sebuah agen penyalur kerja.

Rupanya Tuhan masih berbelas kasihan padanya. Di dalam surat itu Kinan membaca, bahwa dirinya diterima kerja di rumah seorang wanita tua kaya bernama Rose Adiwiguna. 

Kinan tersenyum gembira. Di kota ini, siapa yang tidak tahu keluarga Adiwiguna. Keluarga konglomerat yang memiliki kerajaan bisnis di seluruh penjuru negeri. 

Meskipun Kinan masih muda dan pernah putus Pendis, tapi pengalamannya bekerja di panti jompo, sepertinya menjadi pertimbangan agen penyalur kerja untuk memberi Kinan pekerjaan dengan gaji yang cukup besar itu

Dan pada akhir, Kinan menjalani langkah-langkahnya dengan mantap sebelum memasuki rumah keluarga Adi Wiguna.

Setelah satu minggu melakukan pelatihan, tibalah saatnya Kinan membereskan semua barang-barangnya dari kos dan pindah ke rumah mewah yang berada di kawasan elite itu.

Nyonya Rose adalah wanita yang sangat baik dan ramah. Umurnya hampir sembilan puluh tahun, namun tampak masih segar meskipun sehari-hari ia harus duduk kursi roda. Wanita lanjut usia itu menderita penyakit jantung koroner dan juga diabetes. 

Tugas Kinan adalah merawat dan mengurus segala sesuatu yang dibutuhkan oleh Nyonya Rose. 

Rumah keluarga Adiwiguna begitu besar dan berhalaman depan serta belakang yang luas. 

Bagi Kinan, ini adalah pertama kalinya ia tinggal di rumah sebesar itu, meskipun untuk bekerja. Ia merasa senang, apalagi dua orang asisten rumah tangga, Bi Imah dan Atun, menyambutnya dengan ramah.

"Mbak Kinan belum ketemu sama Tuan Muda, ya?" Atun menyeletuk, pada jam istirahat siang, saat Kinan ingin mengisi perut di dapur.

"Tuan Muda?" tanya Kinan heran. Ia tidak tahu ada anggota keluarga lain selain Nyonya Rose yang tinggal di rumah ini. Yang ia tahu, putri dan menantu wanita itu tinggal di luar negeri.

"Tuan Muda Shaka. Cucunya Nyonya. Kan tinggal di sini juga. Pulang hari ini dari luar kota."

"Oh, iya belum." 

Atun memperhatikan Kinan sejenak, kemudian berbisik, "Umurnya sudah dewasa, tapi belum juga menikah. Mungkin karena dia playboy dan kebanyakan pacar, jadi dia bingung mau nikahi yang mana. Hati-hati, Mbak Kinan kan cantik. Pasti digodain nanti."

Kinan tertawa renyah. "Bisa aja kamu, Tun. Nggak mungkinlah, aku bukan levelnya pasti."

"Ih, lihat saja nanti."

"Memangnya kamu pernah digodain, Tun?" tanya Kinan sambil mengunyah sepotong daging. 

Atun meloloskan tawanya. Wanita berkulit hitam manis itu menggeleng. "Ya, enggak mungkin, Mbak. Memangnya tampangku cukup cantik untuk dapat perhatian anak konglomerat?" Ia menunjuk wajahnya sendiri. 

Memang tidak bisa dikatakan cantik. Dikategorikan manis pun masih jauh, dengan giginya yang sedikit tonggos dan wajahnya yang berjerawat. Kinan mengerucutkan bibir. Ia tidak ingin membahas penampilan seseorang. Rasanya tidak etis saja.

Belum selesai Kinan menghabiskan makanannya, alat nurse call di kantong seragamnya berbunyi. Ia buru-buru menyelesaikan makan siang dan bergegas ke lantai atas menuju kamar Nyonya Rose.

"Iya, Nyonya," ucapnya begitu sampai di kamar Nyonya Rose yang luas. Wanita itu tampak sedang berusaha untuk bangkit dari pembaringannya. Kinan buru-buru membantunya berdiri dan mendudukkan wanita itu ke kursi roda.

"Antar aku jalan-jalan di taman belakang, ya?" pinta Nyonya Rose.

"Bukannya ini waktunya Nyonya tidur siang?" Kinan mengingatkan.

"Aku tidak mengantuk. Lagi pula aku sedang menunggu cucuku, Shaka, pulang."

Kinan tentu tidak dapat menolak permintaan wanita itu. Ia pun mendorong kursi roda Nyonya Rose keluar kamar, lalu menuruni tangga yang sudah didesain khusus untuk dilewati kursi roda. Kinan membawa Nyonya Rose ke taman belakang.

Mereka berjalan-jalan di pinggir kolam renang. Taman belakang rumah itu begitu luas. Ada tempat landai yang ditumbuhi rerumputan pendek nan hijau, tampak begitu asri dengan beberapa pohon cemara yang tinggi.

"Ah, itu dia cucuku Shaka!" seru Nyonya Rose riang, membuat pandangan mata Kinan seketika tertuju ke arah jari wanita itu menunjuk.

Sosok yang baru saja muncul itu berjalan ke arah mereka. Seorang pemuda tampan berpenampilan rapi, dengan senyum lebar yang manis.

Shaka Adiwiguna.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Abigail Briel
ngebayangin visualnya shaka pasti ganteng
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status