Share

Ternyata Sang Pewaris
Ternyata Sang Pewaris
Penulis: Kina nak kuningan

1. Menantu yang dipandang hina.

Felix adalah menantu Keluarga Edoardo. Dia menikahi Naya, Putri semata wayang Tuan Edoardo, Pemilik Perusahaan tempat Felix bekerja.

Kehadirannya dalam rumah ini tidak diinginkan, terlebih oleh ayah Naya. Karena Felix hanyalah seorang karyawan biasanya.

Edoardo begitu membenci Felix yang tanpa restu telah membuat sertifikat Pernikahan dengan Naya.

Jika di pikir, itu semua itu bukan keinginan Felix, karena ada siang itu, Naya yang memaksa Felix untuk menikah di biro urusan Sipil dan pulang ke rumah dengan sudah membawa sertifikat pernikahan mereka yang Naya tunjukan pada kedua orang tuanya.

Satu bulan berlalu begitu terasa dingin bagi Felix, saat dia harus tinggal satu atap dengan orang-orang yang terus menghinanya. Tetapi dia bertahan demi Naya, istri tercintanya.

Setiap hari dia harus bangun pagi-pagi buta untuk menyapu dan mengepel lantai, lalu setelah semua pekerjaan yang dijadwalkan oleh Nyonya Edoardo untuknya selesai, dia akan bergegas kembali ke kamar dan bersiap pergi ke tempat pekerjaannya.

Tapi pagi ini, 

Selesai menyapu, Felix mulai mengambil kain pel. Langkahnya di hadang oleh Tuan Edoardo.

"Menantu Sampah, kesini kamu!"

Panggilan itu sudah menjadi hal biasa bagi Felix, jadi dia tidak tersinggung. Dia mengangguk patuh dan segera menghampiri sang mertua.

"Ayah. Ada apa?"

Cih!

Tuan Edoardo meludah,"Siapa suruh memanggilku Ayah?"

"Maaf. Kalau begitu, ada apa Tuan?" Felix menunduk.

"Mulai hari ini  jangan pergi ke perusahaan. Kamu hanya membuatku malu! Semua orang sudah mendengar tentang kamu yang telah menikahi Putriku diam-diam. Jika ingin hidup lebih lama, lebih baik jangan tampakkan wajah pecundang kamu itu di perusahaan lagi!"

Saat ini Felix memberanikan diri untuk mendongak, "Jadi aku dipecat Tuan?"

Tuan Edoardo kembali meludah, "Ya!"

Hanya satu kata itu saja dari Tuan Edoardo lalu pergi tanpa sedikit pun melihat Felix yang sebenarnya masih ingin bersuara.

Felix paham, sudah pasti sang mertua malu karena berita tentang pernikahannya telah tersebar.

Felix kembali ke kamar, dia melihat Naya masih menggeliat di atas tempat tidur.

Kulitnya seputih salju dan ada bekas merah sisa tadi malam begitu jelas di bagian dadanya yang terlihat terbuka karena gaun tidurnya tidak melekat dengan sempurna.

Felix tersenyum, menikmati indahnya sosok wanita yang begitu mencintainya itu. Sebab itulah, Felix bisa menahan sakit seperti apapun demi sosok itu.

Naya membuka mata perlahan, pertama dilihatnya adalah suaminya yang masih berdiri menatapnya.

Lalu dia melirik jam. Sudah pukul Tujuh.

"Felix. Kamu belum mandi?" Naya segera bangun dan menghampiri Felix lalu memeluknya.

"Sudah. Apa kamu ingin mandi? Aku akan menyiapkan air hangat untukmu."

"Tidak perlu. Aku bisa sendiri. Bersiaplah dan pergi. Jangan membuat Ayah marah karena kamu terlambat."

Mendengar istrinya berkata demikian, Felix memutar tubuhnya. Dia melepaskan pelukan Naya dan menatap wajah istrinya.

"Naya. Aku ingin mencari pekerjaan yang lain."

Naya mendongak, dia bisa melihat kegelisahan dalam mata suaminya, dia tidak bisa dibohongi.

"Felix. Ada apa?"

"Tidak ada. Aku hanya, merasa perlu mencari pekerjaan lain dan hidup mandiri."

Naya menggelengkan kepalanya. "Aku tidak percaya."

Naya tidak semudah itu percaya. Selama ini, dia tahu jika Felix sangat menyukai pekerjaannya dan Felix pernah berkata jika bekerja di Perusahaan ayahnya adalah melalui perjuangan berat.

Tidak mungkin Felix akan melepaskannya begitu saja jika tanpa alasan.

"Felix. Apa ayah memecatmu?"

Felix terdiam, dia tidak menjawab pertanyaan Naya.

"Felix, aku bertanya! Jika benar aku bisa membantumu bicara pada ayah."

"Naya. Itu tidak perlu. Aku sebenarnya sudah mengatur ingin berhenti dari dulu, dan mencari pekerjaan yang lain. Jadi biarkan aku berusaha. Dan berjanjilah, jika aku berhasil menemukan tempat baru yang bisa menerima kita, kamu bersedia ikut denganku. Jangan pergi dariku, apapun alasannya."

Mendengar ucapan Felix, Naya langsung memeluknya. Naya menangis sesenggukan.

"Aku berjanji. Aku berjanji akan mengikutiku, kemanapun kamu pergi. Maafkan aku, karena aku. Kamu harus melalui banyak kesulitan."

******

Felix menggelengkan kepalanya, lalu menangkupkan kedua telapak tangannya pada pipi sang Istri.

"Tidak. Aku mencintaimu Naya. Kamu adalah kekuatanku. Jadi aku tidak pernah merasa kesulitan. Sudah jangan menangis."

Felix mengusap lembut air mata Naya.

Bagaimana Felix bisa merasa kesulitan? Sedangkan Naya yang menjadi kekuatannya sampai detik ini. Itu semua sangat benar. Selama ini, Felix bertahan disini hanya untuk Naya. Wanita yang benar-benar tulus mencintai dan menerimanya.

"Baiklah kalau begitu. Pergilah mandi, aku juga harus bersiap."

Naya mengangguk patuh, dia tidak ingin membuat suaminya bersedih jika membantah. Sungguh Naya sangat ingin menjaga perasaan Felix. Karena dia sangat tahu, jika hanya dirinya yang bisa mengerti Felix di rumah ini.

Ketika Naya masuk kamar mandi, Felix bersiap, menyiapkan berkas dan pergi tanpa menunggu Naya selesai. Dia tahu, Naya akan sulit melepasnya, jika melihat dia pergi.

Saat Naya keluar dari kamar mandi, dia tidak lagi melihat Felix. Lalu melirik tas kerja Felix sudah tidak ada. Naya hanya bisa menekan kesedihan dalam hatinya, Felix menderita karena keegoisan.

Ya. Naya harus tahu apa alasanya Ayahnya memecat Felix. Padahal Felix sendiri selalu bekerja dengan baik tidak pernah membuat kesalahan. Memikirkan itu, Naya mengambil keputusan untuk berbicara pada ayahnya. Setidaknya dia harus tahu, apa alasan ayahnya memecat Felix dari pekerjaan.

Waktu sarapan telah tiba. Naya turun setelah berpakaian rapih.

"Ayah. Ibu." dia menyapa kedua orang tuanya. Meskipun mereka tidak menjawab, karena akhir akhir ini setelah Naya membawa Felix masuk rumah ini, mereka menyalahkan Naya.

Sapa Naya setelah itu Naya duduk di kursi yang berhadapan dengan Bundanya. Naya tidak peduli, dia menarik kursi dan duduk berhadap

Sarapan pagi bertiga ini berjalan dengan tenang, meski biasanya akan dilewati berempat.

Tidak ada satu pun yang menanyakan keberadaan Felix. Sebegitu tidak dianggap kah Felix dimata mereka?

 Sepertinya, Ayah dan Ibu Naya tidak perduli. Meskipun tanpa Felix disini.

Hati Naya merasa sedih melihat kenyataan ini, jika kedua orang tuanya, tetap tak menyukai suaminya.

"Ayah, Naya ingin bicara." 

Dengan hati hati Naya bersuara.

Edoardo melirik sekilas lalu kembali menyantap sarapanya.

"Apa?" jawabnya dingin.

"Kenapa Ayah pecat Felix?"

Trang!

Edoardo menyimpan sendoknya dengan kasar, setelah mendengar pertanyaan Naya.

Matanya menatap Naya tajam.

"Oh. Jadi si miskin laki laki sampah itu sudah mengadu padamu!?"

Naya menggeleng." Tidak bukan seperti itu."

"Baguslah. Jika kamu sudah mengetahuinya. Laki laki sampah seperti dia tidak pantas ada di perusahanku. Hanya membuatku malu saja!"

"Tapi tidak seharusnya Ayah memecat Felix! Dia masuk ke perusahan berkat kerja kerasnya. Lagipula dia bekerja dengan baik selama ini. Pekerjaannya  tidak ada Hubungannya dengan Naya!"  Naya, mengumpulkan keberanian untuk protes dengan keputusan ayahnya. Naya tidak terima Ayahnya memperlakukan suaminya seperti itu.

"Apa peduliku!" 

Edoardo langsung pergi dari meja makan tanpa mempedulikan Naya yang masih ingin berbicara.

Di sisi lain,

Seharian, Felix sudah berkeliling mencari pekerjaan, namun sampai hari sudah mulai beranjak gelap tidak ada satupun yang menerimanya. 

Saat hari menjelang malam Felix masih menyusuri jalan. Langkahnya terhenti saat dering ponsel menyadarkannya dari lamunan.

Felix tersenyum saat melihat nama di layar ponselnya.

Naya. Istri tercintanya yang menelpon.

Felix menepi duduk di halte yang tidak jauh dari tempatnya berdiri saat ini.

"Felix. Kamu dimana? Kenapa sudah malam begini belum juga pulang?" terdengar suara Naya begitu khawatir.

"Maaf. Sepertinya malam ini aku tidak akan pulang. Aku belum mendapat pekerjaan. Tidak apa kan, Kalau sementara waktu kita komunikasi lewat telepon dulu sampai aku mendapatkan pekerjaan baru."

Felix berkata dengan lembut, dia tidak ingin membuat Naya semakin khawatir memikirkannya.

Hening, tidak ada jawaban dari sebrang.

"Hallo sayang Naya kamu masih disana?"

"Aku disini Felix. Baiklah kamu hati-hati. Jangan terjadi apa-apa pada dirimu, jika sampai itu terjadi, aku akan marah." 

Nada bicara Naya kali ini terdengar bergetar, menandakan dia sedang menahan air mata.

Sejak memutuskan menikah dengan Naya memang baru kali ini Felix pergi meninggalkan Naya.

Setelah sambungan telepon terputus Felix kembali melanjutkan perjalanan.

Felix terus berjalan meskipun tanpa tujuan pasti, kemana kakinya akan membawanya melangkah.

Ketika Felix melangkah dengan merenung, tiba-tiba dari arah berlawanan.

Tiiiiinnnnn!

Brak!

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nasir Muhammad
romantis banget
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status