Semua Bab Cinta dan Dosa: Bab 31 - Bab 40
80 Bab
31: YES or NO!
“Gak perawan maksud Lo?” Elvano malah menaikan suaranya. Membuat orang-orang sekitar melihat ke arah mereka.“Shutt!” Nayla menutup mulut Elvano dan menatap lelaki itu tajam.“Ya, Sor-ry!”“Gue gak mau mikir kesana, tapi tanda-tandanya tuh kayak iya, Van. Ditambah Kakak gue nangis terus, mungkin dia nyesel!” Nayla menggeleng, tidak ingin memikirkan hal yang buruk-buruk tentang kakaknya.“Tapi, Nay. Melati itu dari dulu kalem orangnya, mana mungkin dia ngelakuin kesalahan kayak gitu. Ditambah Lo bilang, cowoknya ketua OSIS. Tambah gak mungkin mereka ngelakuin kesalahan.”“Itu juga yang buat gue bingung, kalau emang kejadian itu gak bener. Kenapa Kak Melati nangis terus selama seminggu itu? Terus tanda merah itu apa? Gue yakin itu kiss mark.”“Udah, nanti gue nanya ke temen gue yang di SMA Bintang. Kalau emang Maudi itu ketua OSIS, pasti semua orang kenal sama dia.” Elvano bangkit dan menuntun Nayla.“Okay!” Nayla mengangguk dan berjalan beriringan bersama Elvano.Tiba waktunya pulang
Baca selengkapnya
32: Apa ini Cinta?
“Bis, hentikan!” Melati menjauhkan tangan Bisma, yang mulai berani menyentuh daerah sensitifnya.“Setelah satu bulan, aku ingin terus melanjutkan hubungan kita, Mel!” Bisma mengusap lembut pipi kekasihnya dan langsung menghisap kembali leher Melati.Ya, Melati terpaksa memberikan Bisma izin kembali agar mencumbunya. Dia sempat menolak, tapi kembali Bisma mengancamnya. “Bis, Stoph!” Melati kembali memberontak saat Bisma mulai membuka kancing baju seragamnya.“Kamu janji hanya sebatas leher! Udah, Bis.” Melati mendorong tubuh Bisma dengan kekuatan penuh. Menyebabkan lelaki itu terjatuh ke lantai.“Jangan lagi! Aku mohon!” Melati memegangi dadanya dan mulai menangis tersedu. Dia tidak ingin kejadian seminggu yang lalu terulang kembali.Melihat kekasihnya menangis membuat Bisma merasa iba, sejenak dia berpikir untuk tidak melakukannya sekarang. Namun, percakapan teman-temannya di Group membuat Bisma berubah pikiran. Apapun yang terjadi, dia harus memenangkan taruhan.“Mel! Jangan nangis sa
Baca selengkapnya
33: Putus Asa
“Mel? Kamu kenapa gak masuk sekolah lagi hari ini?” Maudi bertanya kepada Melati lewat panggilan telepon, dia merasa ada yang tidak beres dengan gadis itu, baru satu hari masuk sekolah dan hari ini dia memilih untuk tidak masuk.“Kepala aku tiba-tiba pusing, mungkin aku perlu istirahat lagi,” jawab Melati yang sebenarnya posisinya sekarang sedang berada di sebuah danau yang dulu pernah ia singgahi bersama Maudi.“Ya udah, aku nanti jenguk kamu lagi, ya?”“Jangan, aku lagi mau sendiri. Aku mohon!”“Baiklah, semoga cepat sehat. Nanti aku telpon lagi.” Maudi mematikan panggilannya. Dia tahu, bahwa Melati saat ini tidak baik-baik saja, apalagi perempuan itu sedang berada dalam ancaman Bisma. Tugas Maudi sekarang adalah menyelidiki, gambar apa yang Bisma maksud sebagai senjata untuk menekan gadis itu.Sementata Melati hanya menangis tersedu sambil melempar batu-batu kecil ke dalam danau. Pertama kalinya dia berani bolos sekolah dan berbohong kepada orangtuanya.“Maafin Melati, Mah, Pah!” D
Baca selengkapnya
34: Menjaga Jarak
Kali ini, diruang istirahat para pemain basket, semua anggota yang berada di sana tengah berpesta besar. Tersedia beberapa minuman dan makanan dari merk ternama yang ikut mengisi proses latihan mereka.“Bener sih, Lo selalu menang terus taduhan!” Alex menepuk pundak Bisma dengan bangga.“Tapi, ini gila, Man! Cewek Lo baru masuk setelah sakit dan Lo langsung tidurin. Gila, sih. Go-kiilll!” Rexha mengangkat tangan dengan jempol dan kelingking yang dibiarkan tetap pada posisinya, sementata ketiga jadi lainnya dia lipat kebawah.“Dan yang gue denger, Melati kembali gak masuk sekolah kali ini.” Indra ikut menimpali.“Masih ngilu kali, wkwkk!” Rexha dan Alex malah tertawa.Sementara Doni sedari tadi hanya diam menyimak, dia disibukkan dengan fantasi liar yang memenuhi isi pikirannya. Foto-foto yang tadi Bisma tunjukan sebagai bukti persetubuhannya dengan Melati, membuat Doni semakin penasaran dengan gadis itu. “Gimana Bis? Lo mau terima gak uang hadiahnya,” tanya Rexha. Bisma hanya menggel
Baca selengkapnya
35: Orang Asing
Waktu istirahat Melati sengaja mengurung diri di kelas, dia ingin menghindari Bisma untuk sejenak saja.“Tumben kamu gak keluar?” Sekar menghampiri Melati dengan sedikit menyandarkan dirinya ke meja.“Aku hanya lagi pusing aja.” Melati memijit pelipisnya, tanpa sedikitpun menoleh kepada mantan teman terdekatnya.“Tuh pacar kamu nungguin di luar, dia tadi nyuruh aku buat manggil kamu.” Sekar mengungkapkan apa maksud dia menghampiri Melati, dan setelah itu dia berlalu pergi.Melati menghela nafas panjang, dia segera bangkit dari duduknya dan melangkah keluar kelas. “Maaf! Aku tadi pusing lagi.”“Nggak apa-apa, aku tahu kamu lagi pusing. Ini aku anterin makanan buat kamu.” Bisma menyodorkan kotak yang berisi nasi beserta lauknya kepada Melati, persis seperti waktu itu. “Itu dari Mommy aku, dia bilang kangen sama kamu.”Melati hanya mengangguk lemah dan menerima pemberian Bisma. Bila mengingat Ibu Bisma dia seperti perempuan baik-baik.Oh, ya, Melati melupakan satu hal, bukankah sewaktu B
Baca selengkapnya
36: Frustasi
Melati menghela nafasnya panjang. “Kamu temannya Bisma, kan?”“Ya! Gue Doni.” Doni mendudukkan dirinya di kursi yang berada tak jauh dari tempat tidur Melati.“Gue gak nyangka, cewek polos kayak Lo, yang katanya pinter, berprestasi, dan kebanggaan banyak guru. Ternyata … dengan mudah tidur dengan laki-laki yang bahkan bukan suaminya.”Melati menatap ke arah Doni tajam, kepalanya kembali berdenyut. Dan kali ini jantung kembali berdegup dengan kencang. “Ma … ma-maksud kamu apa?”“Gue udah tahu tentang apa yang Lo lakuin sama Bisma tiga hari yang lalu.”Melati menggeleng, kenapa Bisma bisa melanggar janjinya lagi. “Aku gak ngerti maksud kamu.”“Oh, ternyata kamu masih pura-pura. Aku punya fotonya, dan bahkan bukan hanya aku yang memiliki itu.”“PERGI!” Melati berteriak, otaknya kembali berputar dengan hebat. Dia tidak mau lagi mendengar ancaman.“Akhirnya kamu mengakui itu. Kamu itu bodoh, Mel!” Doni berdiri dari duduknya dan kembali menghampiri Melati.“Mau-maunya diajak tidur sama Bism
Baca selengkapnya
37: Jangan Lakukan itu!
Melati menatap sorot mata itu, seseorang yang sedang menatapnya dengan penuh tanda tanya. “Jangan pergi. Aku takut!”Jika tadi Melati meminta pergi, setelah menyadari bahwa yang mendekapnya adalah Maudi, dia malah mengeratkan pelukannya.Gadis itu menangis sambil memegang kuat pinggang Maudi, “Aku takut, Kak. Aku takut,” lirihnya sambil terus menangis.“Kamu kenapa? Ada masalah apa sama Doni, tadi aku lihat dia pergi dari ruangan ini.” Maudi mengusap lembut kepala Melati.Sementara Melati dia hanya menggeleng sambil terus menumpahkan segala sedihnya kepada Maudi, jika sebelumnya dia takut akan ancaman Bisma. Sekarang tidak lagi, menurut ataupun tidak sama saja, sama-sama telah diketahui oleh orang lain.“Aku gak sanggup hidup.” Maudi tercengang mendengar pernyataan Melati, apa Bisma telah berhasil menekan mentalnya. Ini benar-benar tidak bisa dimaafkan. “Ada aku disini, aku sudah janji untuk lindung kamu. Maafin aku yang udah gagal jaga kamu.”“Nggak! Aku gak kuat, Kak! Aku takut!” M
Baca selengkapnya
38. Terlalu Lemah!
“Dokter! Dokter tolong teman saya!” Maudi yang baru sampai ke rumah sakit segera membopong tubuh Melati yang berlumuran darah.Terlihat para petugas langsung menyambutnya dengan membawa banker dan segera membantu Maudi untuk menidurkan Melati. “Ini …. ” Salah satu petugas menatap Maudi, dikarenakan melihat perempuan itu hanya ditutupi oleh selimut yang sudah berlumuran darah. “Dia teman saya, saya menolongnya saat hendak dilecehkan oleh seseorang. Tapi, dia merasa malu dan nekat memukulkan guci ke kepalanya.” Maudi terpaksa menjelaskan keadaan yang sebenarnya, dikarenakan melihat raut para petugas yang mencurigainya. “Baiklah, kami akan melakukan visum juga kepada korban. Dan anda juga harus melakukan visum.”Maudi mengangguk, jika sudah masuk rumah sakit sulit untuk orang-orang percaya padanya. Tetapi yang terpenting, Melati bisa segera ditolong dan diobati itu merupakan hal yang baik.Selama Melati ditangani di IGD, Maudi menjalani proses Visum dan berkata kepada dokter agar t
Baca selengkapnya
39. Ada Apa Dengan Melati?
“Kak Melati dimana?” Nayla menghampiri Muasin yang sudah menunggu kedatangannya. “Kenapa dia?” Sekarang giliran Raka yang bertanya. “Melati sedang depresi, dia nekat memukul guci ke kepalanya.” Maudi menunduk, jawaban ini tidak akan meloloskannya dari pertanyaan lain. “Kok bisa? Lo apain Kakak Gue? Atau ini perbuatan orang yang satu lagi, si Bisma itu?” cerca Nayla.Maudi menggeleng, dia memilih duduk dibangku. Bagaimana cara dia bisa mengungkapkan semua kebenaran? Ini adalah hal yang tidak mungkin. “Apa Melati masih berhubungan sama Bisma?” tanya Raka, yang dibalas anggukan oleh Maudi. “Bisma yang ada di belakang semua ini?” Raka menarik kerah baju Maudi dan menatapnya tajam. “Gue mohon jangan perpanjang kasus ini, kita fokus dulu ke kesembuhan Melati.” Maudi berdiri dan sedikit mengintip ke arah dalam. “Kenapa Lo selalu lindungi dia? Lo saudaranya kan?” Raka menekan suaranya.Pernyataan itu membuat Nayla menggeleng, apa selama ini Kakaknya dipermainkan? Ternyata lelaki baik
Baca selengkapnya
40. Tekanan Batin
“Melati! Ini Mamah, Nak?” Dewi memeluk anaknya yang masih terus berontak, dia tidak sanggup menahan air matanya. Sedari tadi, perempuan yang sudah membesar kan Melati itu tak hentinya menangis.“PERGI! KAMU JAHAT, KAMU HANYA BISA MENGANCAM HIDUPKU. PERGI!” Melati memukuli kepalanya, hingga membuat luka yang baru tadi dijahit sedikit terbuka. Darah pun merembes dari perban yang menutupi luka itu.“Dokter tolong!” Nayla memohon saat melihat dokter datang bersama Maudi. Tanpa menunggu lama, Dokter itu menyuntikan obat bius dan membuat Melati kembali tertidur.“Kalian bisa keluar dulu, kami perlu memeriksa luka jahitannya kembali.” Dokter kembali memeriksa Melati, dan pintu ruangan kembali ditutup oleh para perawat.Dewi menangis dengan Nayla yang terus memeluknya, “Bagaimana cara Mamah menjelaskan kepada Papamu, Nay?”Dewi menggelang, Anton pasti akan menyalahkan dirinya akan hal ini. “Bahkan kondisi Kakak kamu saja sangat memprihatinkan seperti itu.”“Sini Lo!” Maudi yang semula duduk be
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status