Semua Bab Cinta dan Dosa: Bab 41 - Bab 50
80 Bab
41. Dua Sahabat
“Gimana keadaannya?” Maudi menatap Bisma tajam. “Peduli apa Lo sama dia? Bukannya Lo sendiri hanya tertarik menjadikan dia sebagai taruhan.”Maudi membalikan badannya, menatap foto-foto yang ditempel di dinding. Terlihat disana ada foto mereka berdua sejak kecil, hingga sekarang, dan juga foto Melati saat bersama Maudi di salah satu Mall. “Kenapa Lo setega ini sama sahabat sekaligus saudara Lo sendiri, Bis?”“Bahkan gadis yang Gue sayang aja harus Lo buat menderita.”“Gue Cinta sama dia!”“Cinta Lo bilang? Dengan menekan mental dia dan hampir merenggut kesucian dia, itu Lo bilang cinta?” Rasanya Maudi sudah muak mendengar kata Cinta dari Bisma. Seorang lelaki yang selalu dengan mudah mengatakan cinta kepada gadis.“Karena, Gue gak mau dia mikirin Lo terus. Dia hanya untuk Gu!”Maudi menatap Bisma, “Apa Lo bakal tetap cinta sama dia setelah melihat keadaan dia sekarang?”“Dia sangat trauma, bahkan dia kena gangguan mental, Bis!” Maudi menarik nafasnya panjang.Bisma menatap tidak perca
Baca selengkapnya
42. Jangan Takut!
“Kenapa kamu tarik aku, Mah?” Anton merasa tidak terima dikarenakan Dewi menariknya keluar ruangan saat Dokter kembali datang untuk memeriksa.“Apa kamu tidak mengerti, Pah? Dia sedang tidak baik-baik saja!” Dewi terduduk lemas di kursi yang berada di luar ruang rawat. “Kenapa kamu mencercanya dengan pertanyaan yang penuh dengan intimidasi.”“Aku hanya mau dia bicara, siapa pelakunya? Biar aku Hajar bajianhan itu.”“Tapi, bukan gini caranya, Pah. Dia sedang depresi, mental dan jiwanya sedang lemah, kita seharusnya memberikan dukungan dan support agar dia bisa kembali percaya diri.”“Halah! Kamu dari dulu selalu manjain dia, bukankah aku sudah bilang Melati itu harusnya Homeschooling saja di rumah.”“Aku manjain dia, dikarenakan kamu terlalu menekan dia.” Dewi memijat suaminya, mengingat memori masa lalu antara keluarganya. “Apa kamu sadar, kalau kamu sama keluarga kamu itu pilih kasih terhadap Nayla?”“Apaan sih, siapa yang yang pilih kasih? Aku melakukan ini sayang sama dia.”“Ok! Ka
Baca selengkapnya
43. Jalan Yang Berseberangan
Dewi menggeleng, dia teringat bagaimana kali menemukan tanda merah di leher anaknya. Dan disitulah anaknya mulai sakit dan seperti kehilangan semangat.“Apa jangan-jangan selama ini kamu merahasiakan dari Mamah, Mel?” Dewi terus berpikir, ingin mengetahui lebih jauh tentang sesuatu yang menimpa anaknya.“Takut!” Hanya itu jawaban yang diberikan Melat, terlihat dari sudut matanya sudah kembali mengeluarkan cairan bening.“Kamu sudah aman sama Mamah. Gak akan ada lagi yang nyakitin kamu, Mel!” Dewi mengusap sudut mata anaknya lalu mengecup keningnya.“Jangan pergi, aku takut!” Melati memegang tangan Dewi yang hendak bangkit. Akhirnya Dewi pun mengurungkan niatnya dan kembali mengusap rambut anaknya.“Mamah akan disini, kamu tidur lagi, ya.”Bisma yang sekarang sedang berada di rumahnya hanya mondar-mandir sambil terus memikirkan keadaan Melati. Dalam hatinya dia sangat ingin menemui gadis itu, tetapi tidak mungkin.“Kamu kenapa sih?” Fatma memegang pundak putranya, membuat Bisma menghen
Baca selengkapnya
44. Oh, Ibu ...
“Gue mau Lo hilangkan semua koleksi foto yang Lo punya tentang Melati!” Maudi membicarakan maksud dan tujuannya saat dia sudah berada di taman rumah Bisma.Bisma menatap Maudi tajam, “Gak bisa!”“Buat apa sih koleksi foto kaya gitu! Kalau emang Lo mau, Lo bisa cari di Internet, tuh banyak bertebaran.”“Beda! Melati hanya milik Gue, jadi Gue berhak atas semua foto itu!”“Gila! Sayangnya Lo gak punya saudara perempuan, Bis. Kalau Lo punya, Lo bakal ngerti itu.” Maudi meninggalkan Bisma yang sangat sulit diajak kompromi, apapun caranya dia harus memikirkan cara untuk menghapus semua foto beserta video vulgar tersebut.Bisma menatap kepergian Maudi, dalam hatinya sebenarnya dia dilanda rasa gelisah. Jikalau Melati memilih Maudi nantinya, setidaknya Bisma memiliki kenangan antara mereka berdua. “Gue gak akan sebarin foto itu, Lo tenang aja Di.”Dia lantas memasuki rumahnya, dan segera menuju kamar. Bisma mencoba merebahkan dirinya diatas kasur, tanpa sadar dirinya sudah terlelap.“Sebentar
Baca selengkapnya
45. Selalu Berbeda
Oh, Ibu … Maafkan anakmu, yang telah mengecewakan dirimu.Pikirannya mulai berputar dengan memori masa lalu yang telah dia lewati.“Mamah, Melati mau permen itu!” Melati kecil menunjuk sebuah toples permen yang ada di meja makan. Saat ini mereka sekeluarga sedang melaksanakan libur lebaran, dirumah keluarga Anton.“Sebentar Mamah ambilin.” Dewi mengusap rambut anaknya yang masih berusia 7 tahun itu, lalu mengambil permen yang berada dalam toples.“Ini!” Dewi sengaja dengan posisinya yang masih berdiri, meminta Melati agar berlari ke arahnya.“Nenek!”Siapa disangka, Rosa–ibu Anton membawa permen itu dari tangan Dewi.“Anak kecil gak boleh makan permen, nnati giginya rusak!”Melati menunduk, “Iya, Nek!”“Nenek!” Tiba-tiba Nayla kecil berlari kearah Rosa dan memeluk kakinya.“Eh cucu Nenek, ada apa hemm!” Rosa segera menggendong Nayla dan mengecup pipinya. Sebuah hal yang tidak pernah ia lakukan terhadap Melati.“Itu apa?” tanyanya polos.“Ini permen, Nayla mau?” tawar Rosa, yang langsun
Baca selengkapnya
46. Aku di sini
“Kakak pokoknya harus segera sembuh!” Nayla akhirnya bisa kembali memeluk Melati setelah sekian lama Kakaknya susah didekati.Melati hanya mengangguk dan selalu menatap ke arah pintu. Selain Anton yang selalu ditunggu kehadirannya, kemana Maudi? Kenapa dia belum datang menjenguk.“Nay, Kakak kamu baru ganti perban tadi. Jangan kencang-kencang memeluknya, nanti sakit!” Dewi mengingatkan kembali anak bungsunya.“Iya, iya!” Nayla akhirnya menghampiri Dewi, dan membantu sang ibu merapikan baju yang hendak dia bawa pulang.“Kalau gitu Mamah titip Kakak kamu sebentar, yah. Mamah harus pulang dulu.” Dewi berpamitan kepada Nayla dan juga Melati.Setelah lima hari tidak pulang, wanita itu ingin sebentar saja mengistirahatkan dirinya dirumah, dan juga ingin berbicara dengan suaminya. “Hati-hati Mah!”Nayla melambaikan tangannya kepada Dewi dan memasuki kembali kamar rawat Kakaknya.“Maafin Nayla baru kesini, Kak. Soalnya kemarin-kemarin Kakak gak mau dideketin sama selain Mamah.” Nayla mulai du
Baca selengkapnya
47. Jika Boleh Memilih
“Aku malu, Kak!” Melati kembali meneteskan air mata.“Shut!” Maudi mengusap punggung gadis itu.“Perkataan Kak Sinta sewaktu membully aku, masih teringat jelas disini.” Melati menunjuk kepalanya.“Aku berharap hilang ingatan, tetapi Tuhan tidak mengizinkan itu.”“Sudah,” ujar Maudi. “Ada aku, aku disini untuk kamu, Mel. Kamu jangan merasa sendiri, aku akan melindungimu, apapun yang terjadi.” Maudi mendekap Melati lebih erat, membuat gadis itu kembali menangis.Dia sangat beruntung, masih ada Maudi yang mau menerimanya. Setidaknya Maudi bisa menjaganya, saat dia harus kembali ke Sekolah.Nayla yang mendengar semua percakapan itu, kembali dibuat bingung. Pembullyan? Siapa yang sudah membully Kakaknya. Dan yang terjadi pada Kakaknya itu kasus pelecehan atau pembullyan?“Ternyata kamu masih sama seperti dulu, Kak.” Nayla menyeka sudut matanya dan memilih duduk kursi yang berada diluar ruangan.“Kamu masih sangat tertutup, bahkan sama saudara kami sendiri.” Nayla tidak menyalahkan Melati a
Baca selengkapnya
48. Salah
“Siapa saja yang pernah menciummu seperti tadi?” tanya Anton. “Atau mungkin sebelum kejadian kemarin, kamu pernah melakukan ciuman bibir,” lanjutnya.Melati menunduk, memorinya kembali teringat dengan kenangan manis bersama Maudi. Saat dia melakukan First Kiss pertama kali dengan orang yang benar-benar dia cintai.Sedetik kemudian, ingatan itu pudar, tergantikan dengan kenangan bersama Bisma. Dimana pertama kali Bisma mengancamnya agar mau bercumbu dengannya.Memori-memori itu berputar sangat hebat, saat Bisma memaksa membuka bajunya di mobil, dan Melati hanya bisa pasrah saat tangan dan juga mulut lelaki itu melakukan hal yang sangat menjijikkan bagi Melati.Melati memegangi kepalanya, saat Sinta beserta teman-temannya menghina dirinya murahan, dikarenakan menemukan bekas Kissmark yang Bisma tinggalkan saat dia tertidur.Dan alat itulah yang selalu Bisma gunakan untuk mengancamnya, dan menuruti semua tindakan tidak terpuji yang Bisma lakukan.“A—ku … A—” Melati menggeleng, mencoba be
Baca selengkapnya
49. Lelaki Gila
“Lalu, bagaimana si Bisma itu? Apa dia sudah tahu kamu mengalami hal ini gara-gara dia?” tanya Anton.Sebuah pertanyaan yang mampu membuat Melati kembali tidak tenang. Bagaimana mungkin, Melati bisa mengatakan kepada Anton, bahwa pelaku yang sebenarnya adalah Bisma.“Kak Maudi yang urus, Pah,” Melati kembali menunduk.“Jauhi dia!” pinta Anton, membuat Melati menghentikan nafasnya sejenak.“Jauhi Maudi setelah ini, Papah tidak suka!”Melati mengangguk, menolak juga percuma bukan? Dari kecil, Anton selalu memberikan beberapa peraturan yang tidak boleh untuk dilanggar oleh Melati. Dan kali ini, pasti aturannya sama.“Sudahlah … Papah hanya minta kamu segera sembuh, fokus belajar, sekali lagi kamu kena masalah seperti ini. Kamu ikut Homeschooling saja!” Anton berlalu pergi, meninggalkan ruangan itu setelah memberikan peringatan kepada anaknya.Homeschooling, bukankah itu lebih baik? Dia bisa bebas dari Bisma secepatnya, mungkin setelah semester 1 berakhir, Melati akan meminta kepada Anton
Baca selengkapnya
50. Teman Baru?
“Gimana … kalau aku buat guru-guru nikahi kita secara paksa!” Bisma kembali menekan pergerakan Melati dan mencium bibir itu dengan ganas.Sebuah perbuatan yang Bisma lakukan secara terang-terangan di tempat yang bisa saja orang-orang melewati tempat itu. Terutama … guru-guru.“Mmh …. ” Melati mencoba berontak, ini tempat umum. Melati tidak mau ada yang melihatnya. Walau dia tidak takut akan ancaman Bisma tentang foto-foto yang akan disebarkannya, tetapi untuk saat ini berbeda. Orang-orang akan menilai langsung bagaimana perbuatan itu.Bisma tersenyum penuh kemenangan, dia mengakhiri tautan mereka dengan mengelap bibirnya yang sedikit basah. “Bibir kamu masih sama, sangat manis untuk selalu aku makan.”PLAK!Melati menampar Bisma dengan keras, setelah itu dia melangkahkan kakinya dan hendak berlalu pergi.Namun, Bisma segera memeluknya dari Belakang. Dan masih mencoba menahan pergelangan tangan Melati agar tidak bergerak.“Lepas!”“Sampai kapanpun kamu tidak akan bisa bebas dari aku!”
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status