23. Anak Kecil Itu
Esok paginya kami hendak menjenguk Kasih ke rumah sakit. Di sebuah lorong menuju ruang perawatan, seorang anak kecil lelaki, barangkali tiga atau empat tahun sedang menangis sendirian.Melihat anak kecil itu, melas rasanya hatiku. Kutarik lengan Mas Rama untuk mendekatinya."Adek, kenapa nangis?" tanyaku halus.Anak itu malah melempariku dengan jajanan yang tadi ia genggam. Aku memungut jajanan itu dan menyosorkan padanya. Ia menepis, masih sambil menangis.Beberapa saat setelah itu, seorang wanita paruh baya dengan baju hijau zamrud menghampiri. "Maaf, anak saya nakal ya?" Wanita itu matanya sembab. hidungnya memerah dan matanya berair. Jelas sekali ia habis menangis.Anak itu meronta-ronta tak terkendali, membuat Ibunya yang menghampirinya kembali meneteskan air mata."Mbak, Mas, bisa titip anak saya ini. Dia memang agak hiperaktif. Saya harus ngurus Papanya yang lagi kritis. Tolong ya Mas, Mbak," mohon wanita itu pada kami."I-iya." Wanita itu bergegas pergi, sambil menutupi hidu
Baca selengkapnya