Semua Bab Istri Best Seller : Bab 11 - Bab 20
100 Bab
Berita Kecelakaan
Bunga ke taman Lestari Indah bersama Raisa, la menggendong anak itu dan menggunakan payung untuk berteduh dari paparan sinar matahari yang bisa mengiritasi kulit Raisa. Willa girang setelah melihat bocah itu ikut bersamanya, kedua tangannya menarik tubuh Raisa dari gendongan Bunga dan membawa anak itu berjalan menghampiri sekumpulan ibu-ibu yang sedang memantau anak mereka main perosotan."Kamu bisa mengajari mereka dan aku yang akan mengurus anakmu yang cantik ini" Willa berseru, berbicara tanpa menoleh ke belakang."Tapi …." Bunga hanya bisa menggantungkan perkataannya karena tidak ingin mengungkapkan rasa ketakutannya.Ketakutan itu bersumber dari ingatannya mengenal sifat sensitif yang dimiliki Kafkha. Pria itu sangat teliti saat mengurus anaknya dan tidak mau anaknya dipegang oleh sembarang orang. Bunga khawatir Kafkha tahu kalau ia menitipkan Raisa kepada Willa. Namun, ia menepis pemikiran itu dan mencoba tenang selagi masih bisa mengawasi Raisa yang berada di satu tempat yang s
Baca selengkapnya
Salah Paham
Kafkha meletakkan Raisa yang ada dalam gendongannya ke dalam keranjang bayi. Lalu, ia menghampiri Bunga yang ikut merasakan kekosongan di kamar itu, kedua bola matanya berkeliling melihat foto-foto sebelumnya yang ada di dinding kamar ataupun yang ada di atas meja menghilang."Drama apa lagi ini? Kamu tidak memiliki hak untuk menanggalkan semua foto-foto Marissa dan diriku!" teriak Kafkha, marah. Teriakan pria itu membuat Bunga kaget dan ketakutan. Raut wajahnya berubah bingung karena ia tidak mengerti maksud perkataan Kafkha karena bukan dirinya yang melepaskan semua foto-foto itu dari posisinya. "Aku ... ak--," perkataan Bunga terpotong karena Kafkha tidak memberikan celah untuknya berbicara.Kemarahan dan emosional tidak bisa dikendalikan Kafkha, ia mencengkram pergelangan tangan Bunga dan mendorong wanita itu sampai dahi Bunga terbentur ke meja. Cairan merah mengalir dan menumpuk di alis sebelah kiri wanita itu. "Sepertinya keputusanku menerimamu menjadi istriku adalah kesalaha
Baca selengkapnya
Pria Yang Pernah Melamar
Kafkha mengangkat kepala dari bantal sambil mengucek kedua matanya, ia melihat Bunga berbaring di sampingnya dengan tangan wanita itu berada di dadanya. Kafkha menurunkan tangannya secara perlahan dan bangkit dari kasur. Kafkha berdiri memperhatikan Bunga tidur pulas. Melihat wajah polos wanita itu membuatnya merasa bersalah dan memikirkan cara untuk menebus kesalahannya kemarin. Kafkha berjalan menuju keranjang bayi, ia melihat anaknya itu masih tidur pulas. Matanya beralih menuju jam dinding yang menunjukkan pukul 7 pagi. "Ya ampun, aku harus ke rumah sakit. Nanti aku pikirkan cara untuk menebus kesalahanku itu," kata Kafkha sambil berjalan menuju lemari dan mengambil beberapa pakaian, lalu membawanya ke kamar mandi. Hampir lima belas menit ia berada di kamar mandi. Setelah keluar, ia melihat Bunga sedang menggendong Raisa dan berdiri di tepi jendela. Raisa mengarahkan pandangan ke arah tangan Bunga menunjuk menuju luar jendela yang memperlihatkan aktivitas ibu-ibu yang sedang ber
Baca selengkapnya
Menjadi Perbincangan
Danar mengejar Bunga memasuki rumah sakit, ia mengikutinya sejak tadi karena ingin meminta maaf setelah melihat Bunga marah. Beberapa orang memperhatikan mereka dengan raut wajah bingung. "Apa?" tanya Bunga sambil berhenti berjalan di lobi rumah sakit setelah merasakan orang-orang memandangi mereka."Kamu marah? Bukannya ingin menyinggungmu. Tapi, apa yang aku katakan benar," kata Danar dengan suara kecil."Baiklah. Kita lihat saja. Sekarang, jangan ikuti aku dan membuat semua orang berpikir yang tidak-tidak di antara kita. Tolong …," mohon Bunga dan melanjutkan kakinya berjalan. Danar memutar menoleh kiri dan kanan, melihat orang-orang masih menatapnya. Danar tersenyum ringan, mengangguk pelan, dan berjalan menuju ke arah di mana ruangannya berada. "Sepertinya dokter Danar dan istri baru dokter Kafkha itu bertengkar. Apa hubungan mereka ya? Apa mungkin mereka keluarga. Sepupu mungkin? Kan, dokter Danar dokter ibunya istri dokter Kafkha," kata seorang perawat yang berbicara pada pe
Baca selengkapnya
Perubahan Sikap
Kafkha merasakan sesuatu menimpa dadanya, ia membuka mata dan melihat kepala Bunga berada di dadanya. Sekejap ia memperhatikan wajah wanita itu sambil mengingat kejadian semalam. Perasaannya jadi merasa bersalah karena sengaja ingin menyakiti hati Bunga dan membuat wanita itu pergi darinya. Kafkha menarik handuk yang ada di dahinya dan meletakkannya ke baskom. Lalu, ia mengangkat kepala Bunga dan bangkit dari kasur. Kafkha beranjak ke kamar mandi untuk bersiap-siap pergi ke kantor. Ketika air yang jatuh dari shower membasahi tubuhnya, Kafkha mengingat perkataan Sarah dan Danar. Lalu, ia juga mengingat bagaimana kepedulian Bunga padanya meskipun ia sudah bersikap buruk pada istrinya itu. Kafkha kesal sendiri pada dirinya karena tidak bisa membuka hati untuk seorang Bunga yang jelas-jelas wanita baik-baik. Kafkha menyudahi mandinya, ia mengambil handuk dan melilitkannya ke bagian bawah tubuhnya. Setelah itu, Kafkha keluar dari kamar mandi dan berjalan mendekati tubuh Bunga yang masih t
Baca selengkapnya
Merasa Bahagia
"Kamu masih tidak mengerti? Mungkin kita akan menimang cucu dalam waktu dekat," kata Jelita sambil memainkan mata. Murni tersenyum dan merasa malu sendiri setelah mengerti maksud perkataan Jelita.Beralih dari kedua wanita paruh baya itu, di kamar, Bunga keluar dalam balutan handuk kimono berwarna putih dan dalam keadaan rambut basah. Bunga berjalan mendekati Kafkha yang sedang menggendong Raisa, pria itu berdiri di balkon teras kamar, mereka sedang menikmati cahaya matahari pagi. Langkah sandal Bunga terdengar di telinga Kafkha, pria itu memutar tubuh dan tersenyum."Dia mencintaiku. Aku tidak boleh mengecewakannya," kata Kafkha dalam hati masih dengan senyuman yang terus bersemi di wajahnya."Kali ini aku berjanji akan mengajak kalian makan malam. Kejadian semalam benar-benar ku sesali, aku minta maaf," ucap Kafkha, menunjukkan raut wajah merasah bersalah."Lupakan. Tapi, jika kamu masih berbohong, Raisa tidak akan memaafkanmu kali ini. Iya kan sayang …." Bunga mengambil Raisa dari
Baca selengkapnya
Cerita Satu Tahun Lalu
Tubuh Bunga duduk di atas tempat tidur yang ada di ruangan kerja Kafkha. Kakinya memanjang ke depan dengan punggung bersandar ke kepala tempat tidur, kedua matanya tertutup dalam pikiran yang ditenangkan setelah mengikuti arahan Zuni yang mencoba membuatnya lebih rileks. Kejadian malam itu, saat dirinya hampir dinodai kembali teringat. 1 Tahun Lalu ….Obat yang seharusnya diminum untuk malam habis. Bunga terpaksa keluar rumah setelah makan malam untuk membelinya di apotek. Obat sesuai resep dokter rumah sakit dibeli di apotek yang berada sedikit jauh dari rumah karena di sana lengkap. Ketika itu cuaca hari tidak baik, dalam keadaan gerimis hujan. Setelah membeli beberapa jenis obat, Bunga meninggalkan apotek itu dan berjalan ke tepi jalan raya untuk menemukan transportasi yang bisa mengantar kembali ke rumah. Sebelumnya ia menaiki ojek online. Matanya menatap layar ponsel yang menunjukkan pukul delapan malam. Lalu, matanya beralih Sebuah mobil berhenti melaju di sisi kanannya deng
Baca selengkapnya
Berbicara Bersama Danar
Kafkha dan Bunga berjalan beriringan di lobi rumah sakit. Beberapa mata tertuju ke arah mereka, membuat para wanita yang tahu akan Kafkha merasa iri kepada Bunga yang bisa dinikahi oleh dokter tampan itu. Langkah kaki Danar melambat setelah memasuki pintu rumah sakit dan melihat mereka, raut wajahnya berubah dingin dan lanjut berjalan melewati keberadaan mereka. Sikap dingin Danar membuat Bunga merasa bersalah. Kakinya berhenti melangkah di depan pintu, sedangkan Kafkha masih terus berjalan karena tidak sadar. Kesadarannya muncul setelah mendengar tidak ada langkah kaki yang mengikutinya. Kafkha berhenti berjalan setelah berada di halaman rumah sakit, ia menoleh ke belakang dan tidak melihat Bunga di belakangnya. Bahkan, di depan pintu rumah sakit. "Ke mana dia?" Kafkha bingung. Pikirannya berlanjut tertuju pada Danar yang sempat berpapasan dengan mereka tadi. Kafkha kembali masuk ke dalam rumah sakit dan kakinya berjalan menuju ruangan Danar berada. "Maafkan aku. Tolong jangan se
Baca selengkapnya
Teman Lama
Bunga perlahan menujukan mata menatap wajah Haidan. Lalu, pandangan beralih menatap Zuan, melihat raut wajah bingung pada kedua pria itu. Wajah bingung Haidan membuat Bunga ragu dengan rasa kagetnya, ia merasa salah orang. "Kakak kenapa?" tanya Zuan. "Iya? Apa ada yang salah? Kamu melihat hantu?" tanya Haidan, sedikit melucu. "Tidak. Maaf, jika sikapku membuat kalian bingung," ucap Bunga. Jelita keluar dari kamar sambil menggendong Raisa yang tertawa dalam kebahagiaan. Bunga tidak bisa menahan perasaan untuk menggendong anak itu karena geram. Ia mengambil Raisa dari gendongan Jelita dan memangkunya. Haidan dan Zuan memperhatikan anak itu, mereka ikut mengagah bocah itu. "Waktu itu kita pernah membuat kesepakatan kalau kakak akan mengajariku di taman pada hari Jum'at dan Sabtu sore. Jadi, kalau kita rubah tempatnya di rumahku, bagaimana?" tanya Zuan. Bunga menoleh ke kanan, mengarahkan pandangan kepada Jelita. Ia ingin melihat reaksi ibu mertuanya itu setelah mendengar permintaa
Baca selengkapnya
Rencana Mertua
Bunga menggendong Raisa dari kamar mandi dan membaringkan di atas kasur, ia memasangkan pakaian anak itu setelah memandikannya. Mulutnya tidak berhenti berceloteh mengagah anak itu sampai tertawa. Suara Bunga membangunkan Kafkha. Pria itu perlahan membuka mata dan menangkap wujud Bunga yang terlihat seperti Marissa. Tidak kaget, Kafkha malah tersenyum dan menikmati situasi itu dengan perasaan yang mengatakan semua itu nyata. Bibirnya melengkung tersenyum lebar melihat adegan itu, rasanya seperti berada di puncak kebahagiaan. "Sudah bangun?" tanya Bunga, menoleh ke kiri, menatapnya. Senyuman di bibir Kafkha memudar. Seketika ia merasa bodoh karena dijajah oleh khayalan indah bersama Marissa. Hatinya merasa sedikit kesal kepada Marissa karena mimpi semalam, ia tidak suka wanita yang paling dicintainya itu menyuruh menjauh. Setelah memasangkan pakaian Raisa, Bunga menaruh anak itu ke keranjang bayi. Kemudian, ia mendekati Kafkha, duduk di samping pria itu dengan bibir tersenyum ringa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status