"Aku akan membuatmu setuju dalam waktu 1 menit, Putri Deliana."Ciel menelan ludahnya dengan kasar. Walau begitu, ia tetap menggeleng. Joan menyeringai sembari menjambak rambut gadis itu ke belakang. Ia memukul kepala Ciel menggunakan tang yang ada di tangannya."Kau yang memilih. Jangan menyesali pilihanmu!"Ciel meringis saat merasakan nyeri di kepalanya. Darah mulai mengalir dari pelipis ke arah pipinya. Tidak cukup sampai di sana, Ciel dibuat menjerit. Tentu saja jeritannya tidak akan terdengar sampai luar karena ruangan ini dibuat kedap suara.Joan nampak sangat menikmati tiap kali kuku jari tangan Ciel ditarik hingga lepas. Darah segar mengalir bahkan menetes ke lantai putih bersih tersebut. Ciel meronta tiap kali kukunya ditarik dengan tang. Namun Joan tidak menghiraukannya sedikit pun."Ini pilihanmu, Putri Deliana!" seru Joan.Tidak cukup sampai di sana, Joan mengambil sebuah lemon sprei yang biasa digunakan untuk melindungi diri dari penjahat. Joan menyemprotkan cairan lemon
"Tidak ada knop pintu? Bagaimana cara membukanya?""Entahlah. Anda harus mencaritahu sendiri, Kesatria!" jawab Yellowdious dan Bluedious secara bersamaan.Luke mulai bergerak mengelilingi bangunan tersebut. Dahinya mengerut saat tidak ada satu pun akses untuk masuk ke tempat itu. Rasanya benar-benar ganjal."Yellowdious, apa kau bisa membantuku?" tanya Luke."Dengan senang hati, Kesatria.""Coba periksa bagian atap bangunan ini."Yellowdious langsung melesat ke atap. Ia juga sempat terkejut saat melihat bangunan super rapat tersebut. Bahkan cerobong asapnya ditutup dengan semen."Bangunan ini sepertinya didesain sangat tertutup," ujar Yellowdious."Jika lewat atas tidak bisa, bagaimana jika lewat bawah?" saran Bluedious.Luke mengerutkan dahinya. "Bawah?"Mata Luke langsung melebar, ia mengangguk penuh semangat. Bluedious tertawa bangga karena Luke langsung mengerti ucapannya."Ayo kita gali tanahnya!" seru Luke."Ah, itu ... maksudku bukan—"Ucapan Bluedious terhenti saat Yellowdious
"Aku akan membunuh keduanya.""Yellowdious, tolong bawa Ciel ke tempat yang sudah ku katakan sebelumnya. Orang ini nampaknya tidak waras," ujar Luke.Tubuh Ciel langsung melayang ke arah Yellowdious. Setelahnya, gadis itu dibawa pergi meninggalkan Luke dan Bluedious. Luke melepas ranselnya, lalu melemparnya ke sembarang arah."Hei, Bluedious," panggil Luke setengah berbisik."Ya, Kesatria?""Kau tahu 'kan aku tidak punya kekuatan? Semuanya diserap oleh Christoper.""Ya, Kesatria.""Bisa pinjamkan aku kekuatan?" tanya Luke.Bluedious tidak menjawab. Namun tiba-tiba saja tubuh Luke terasa sangat ringan. Layar transparan langsung muncul di hadapan Luke.Tring!Kotak masuk :Anda memperoleh 100% peningkatan kecepatan. Tidak ada cooldown kekuatan. Senyum Luke langsung mengembang. Ini pertama kalinya ia memiliki kekuatan tanpa cooldown seperti teleportasi milik Christoper. Lantas ia mengacungkan ibu jarinya pada Bluedious."Kau memang terbaik! Tahu saja apa yang aku butuhkan.""Jelas saja.
"Kau ... rupanya menyebalkan!" rutuk Joan.Ia menghentikan langkahnya, lalu meraih sabit yang melayang di depannya. Hujan beracun itu langsung menghilang. Luke tidak ingin membuatnya menjadi sia-sia. Secepat mungkin ia melesat ke arah Joan dengan pedang yang sudah berlumuran mana.Jurus ke dua : Luapan amarah naga!Mana berwarna abu-abu itu perlahan berubah menjadi putaran angin. Luke memadukannya dengan kecepatan yang diberikan Bluedious. Setelah jaraknya cukup, ia melakukan tebasan ke leher Joan. Rahang Luke mengeras saat serangannya ditahan dengan sabit.Namun hal yang membuatnya kesal bukan hanya itu. Awan hitam kembali muncul dan mulai menyerap putaran angin dan mana yang ada di sekitar pedangnya. Sebelum seluruh mana yang sudah dikerahkannya diserap habis, ia bergegas mundur menjauh dari awan tersebut."Sial. Awal itu datang lagi," gumam Luke.Ia menatap pedangnya, mana sudah tidak tersisa di sana. Napasnya tersengal-sengal. Ia menyesal karena mengerahkan hampir seluruh mananya
Suara gemuruh dari langit diikuti petir yang menyambar membuat suasana di sekitar tambah mencekam. Seorang pria berambut merah terang nampak tergeletak di atas rerumputan dengan lubang di perutnya. Darah tidak kunjung mengering dan malah mengalir semakin deras. "Inilah akhir kisahmu, Kesatria Luke! Kematian akan segera menjemputmu!" seru Naga emas generasi kedua. Luke, kesatria pemburu naga emas itu masih terus berusaha bangkit. Namun rupanya petir yang kuat kini diarahkan tepat ke tubuh pria tersebut. Hingga kesatria terakhir dalam sejarah pemburu naga emas Rumania itu kehilangan nyawanya. Tidak ... masih belum. Aku harus membunuh naga lemah itu! Luke langsung membuka matanya lebar-lebar. Kini ia berada di tempat yang gelap sendirian. Ia menoleh ke segala arah dengan wajah bingung. Hingga setitik cahaya datang menghampirinya. "Wahai kesatria yang penuh penyesalan. Mengapa Anda menolak untuk pergi ke alam sana?" Luke mengerutkan dahinya. "Siapa? Siapa yang berbicara?" "Saya ada
Sudah satu minggu sejak Luke tersesat di dunia yang asing ini. Ia mulai bisa beradaptasi dengan lingkungan. Hanya saja ia masih belum bisa menerima satu hal.Tubuhnya.Luke mematung sembari memandangi tubuhnya yang kurus seperti hewan kelaparan. Otot kekar dan perut 6 kotak yang semula menjadi ciri khasnya, kini sudah menghilang."Apa yang harus ku lakukan pada orang ini? Tubuhnya seperti mayat hidup," gumam Luke.Tiba-tiba saja pintu kamarnya terbuka. Luke berbalik dan mendapati sosok Caroline yang sudah mendelik. Gadis itu melempar pakaian yang ada di tangannya ke arah Luke."Beraninya kau telanjang di depanku!" jerit Caroline.Luke mengerutkan dahinya. Ia melirik ke arah tubuh telanjangnya. Lalu ia mulai mendekati gadis itu."Memangnya kau belum pernah melihat tubuhku? Kita 'kan sudah bertunangan."Sebelah tangan Luke mulai bergerak menyentuh rambut gadis tersebut. Mata sendunya menatap lurus ke arah daun kering yang menempel di sana. Secepat mungkin Caroline mundur hingga tubuhnya
Luke kembali memasuki ruangan yang beberapa detik ditinggalkannya. Begitu tiba di dalam, ia langsung dihadiahi tatapan penuh kebencian, terutama dari Bran."Untuk apa kau datang ke sini lagi?" tanya Bran.Luke menaikkan sebelah alisnya. "Aku tunangan Caroline. Apa kau butuh alasan lain mengapa aku ada di sini?"Caroline sontak bangun dari tempat duduknya. "Cukup, Joan! Jangan buat keributan!"Akhirnya Luke menuruti ucapan gadis itu dan duduk di kursinya. Ia menatap tajam ke arah Bran. Pria itu nampak sudah sangat akrab dengan kedua orang tua Caroline. Berbeda jauh dengan dirinya.Tiba-tiba saja saat Luke hendak mengambil gelas miliknya, Bran dengan sengaja menyenggol gelas tersebut hingga jatuh ke lantai. Pecahan gelas berserakan ke mana-mana. Viola, ibu Caroline, terlihat sangat marah."Cepat bereskan kekacauan yang kau buat! Dasar orang miskin!" bentak Viola.Luke mengerutkan dahinya. Ia hendak membuka mulutnya, namun melihat tatapan merendahkan dari semua orang, membuatnya memilih
"Baru surat pertama saja sudah gagal."Luke hanya cemberut sambil memijat kakinya. Cahaya itu sedari tadi terus berputar di kamarnya sembari mengulang kalimat yang sama."Sulit sekali berlari di tubuh yang hanya ada tulang tanpa daging!" kata Luke tidak mau kalah."Waktu untuk tugas ini hanya 3 hari. Jika pada hari ketiga Anda tidak berhasil, maka Anda akan mendapat hukuman."Mata Luke langsung membulat. "Sejak kapan ada waktunya? Aku tidak melihat ada—"Ucapan Luke terhenti saat kertas yang ada di dalam lemarinya itu melayang, lalu berhenti tepat di depan matanya."Perhatikan baik-baik di sudut kiri surat ini. Ada waktunya, bukan?"Luke mendecih dengan wajah kesal. Bisa-bisanya ia tidak melihat hal tersebut. Padahal itu salah satu yang paling penting."Menyebalkan!" kata Luke sembari mengusap wajahnya dengan kasar.Luke mengintip keluar jendela. Langit malam nampak cerah. Sorot matanya menajam, secepat mungkin ia kembali mengganti pakaian dan mengenakan sepatu."Anda mau pergi ke man