Luke Ganendra, seorang pemburu naga dari buku dongeng, tiba-tiba saja masuk ke dalam tubuh pria lemah bernama Joan. Ia terpaksa harus menyesuaikan diri dengan kehidupan modern yang berbeda jauh dari tempat asalnya. Keberadaannya di sana bukan tanpa misi. Setiap hari, akan ada surat misterius yang datang dari dalam lemari pakaiannya. Totalnya, ada 100 tugas yang harus ia lakukan. Jika Luke berhasil menyelesaikan semuanya, ia bisa kembali ke dunia asal. Tidak ada tugas yang mudah, terlebih untuk Luke yang saat ini terjebak di tubuh yang lemah. Luke berulang kali hampir mati untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan. Apa Luke bisa menyelesaikan 100 tugas dan kembali ke dunia asalnya? Lalu, dari mana semua surat itu berasal? (Cover image by AI)
View More"Dia ada di sana. Tepat di belakangmu, Joan."Luke mengikuti arah telunjuk Caroline. Perlahan rahangnya mengeras dengan sebelah tangan terkepal kuat. Sosok Christoper Brandon tengah berdiri menatap mereka sembari bersandar di dinding."Jangan ikut campur, Joan.""Ternyata semua ini memang sudah kau rencanakan ya?"Christoper maju satu langkah, ia meregangkan otot tubuhnya diikuti tawa pelan. Setelah melihat pria itu berdiri tegak, barulah Luke menyadari kalau Christoper memakai peralatan tempur yang lengkap. Pedang di pinggangnya seakan siap ditarik kapan saja. Tidak hanya itu, belati serupa juga ada di saku kemeja pria tersebut."Rupanya kau sudah siap, Christoper," ujar Luke."Aku siap jika kau siap, Joan."Luke menarik Caroline hingga berada di belakangnya. Perlahan ia menarik pedang dari pinggangnya. Sebisa mungkin ia meminimalisir gerakan agar Chistoper terlambat menyadarinya. Namun ia melupakan fakta jika Kesatria Zack berada ditingkatan yang sama dengannya."Sembunyilah, Caroli
"Menggadaikan jiwa pada ular di mata air!"Joan tersenyum miring. Ia melempar sabitnya ke depan tubuh. Lalu kedua tangannya bergerak di udara seolah menahan sabit itu agar tidak jatuh."Sabit ular pertama : hujan beracun!"Tiba-tiba saja awan hitam langsung berkumpul di atas kepala Luke. Tetesan air mulai berjatuhan dan mengenai punggung tangannya. Ia dibuat sangat terkejut begitu melihat kulitnya terkelupas, namun rasanya tidak sakit sama sekali.Luke melompat ke belakang untuk menghindari tetesan hujan tersebut. Tiap kali air menetes ke jalan, aspal itu langsung mendidih."Sial! Dia mengikutiku!" rutuk Luke.Sementara itu, perisai yang melindungi tubuh Ciel sudah mulai menipis. Bahkan terlihat sedikit lubang di bagian bawahnya. Ia harus secepat mungkin mengalahkan Joan dan membawa gadis itu pergi."Sebenarnya apa maumu, Joan?" tanya Luke.Joan menunjuk ke arah Ciel. "Gadis itu. Aku ingin membunuhnya."Bruk!Perisai yang melindungi Ciel sudah menghilang hingga membuat tubuh gadis itu
Luke berlari sembari terus menoleh ke segala arah. Sesekali ia menabrak orang yang tengah menonton pertandingan pedang. Begitu tiba di dekat Galiard, pria itu menatapnya dengan sorot tajam. "Kamu meninggalkan arena hanya untuk berlarian seperti ini?" tanya Galiard. Luke reflek menggeleng. "Tidak, Ayah! Ada seseorang yang sedang mengincar Caroline." "Mengincar putriku? Siapa dia? Berani sekali!" "Apa ada perempuan yang datang ke sini, Ayah?" tanya Luke. Galiard terdiam cukup lama. Sampai ia mengingat sosok perempuan yang mengajak Caroline berbincang. Sebelah tangannya terkepal kuat. Sorot matanya seakan siap membunuh siapa pun yang mengganggu. "Apa perempuan itu yang mengincar nyawa Caroline?" "Tidak. Dia hanya ingin menjauhkan Ayah dengan Caroline. Hanya dengan cara itu dia bisa membunuh Ayah dengan mudah." Mata Galiard dibuat membulat sempurna. "Membunuhku?!" "Jadi, ke mana perempuan itu pergi?" Galiard menunjuk ke arah meja minuman. Luke mengangguk pelan. Ia langsung berlal
"Kesatria Luke!""Hei! Sadarlah Kesatria!""Kesatria!!!"Luke sontak menoleh saat terdengar teriakan tepat di telinganya. Ia tidak melihat apa pun selain cahaya berwarna biru. Cahaya itu mulai berputar mengelilingi kepalanya."Bluedious!" seru Luke."Apa yang sedang Anda lakukan di sini? Anda harus menyelesaikan misi!""Bluedious, apa kau melihat Joan bersamaku tadi?""Ya, sekarang Joan sedang menuju ke tempat Galiard! Anda harus cepat!"Secepat mungkin Luke bangkit. Ia sudah kehilangan pedang beserta sarungnya. Pasti Joan yang merampas senjatanya saat ia hilang kesadaran."Pedangku hilang," gumam Luke.Tuk!Mata Luke melebar saat melihat pedang yang sangat mirip dengan miliknya. Secepat mungkin ia mengambil benda tersebut. Ia menoleh ke arah Bluedious sembari tersenyum lebar."Apa ini pedang tiruan?" tanya Luke."Ini pedangmu yang asli. Pedang yang hilang itu hanya tiruan.""Tapi ... pedang tiruan itu bisa bicara!""Memang dibuat seperti itu agar pencurinya terkecoh."Luke terkekeh m
Joan ... dia ada di sini. Aku harus lebih waspada.Matanya terus mengawasi ke segala arah. Ia tidak bisa menebak, ada di mana sosok bernama Joan itu. Lalu bagaimana rupanya? Apa akan mirip dengan tubuh yang ditempatinya?Tuk!Luke sontak menoleh saat seorang pria paruh baya membungkuk di dekatnya. Ia berusaha mengambil koinnya yang menggelinding ke dekat kaki Luke."Ah, maaf!" seru Luke sembari mundur.Pria paruh baya itu tidak menjawab. Ia hanya menatap Luke dengan sorot mata yang tajam. Padahal seingatnya, mereka tidak pernah bertemu sebelumnya.Setelah pria itu pergi, Luke bergegas ke dekat arena kompetisi. Ia bisa melihat Galiard dan Caroline tengah menonton dengan antusias. Mereka dikelilingi pengawal yang sudah dilengkapi rompi anti peluru."Aku rasa sudah cukup aman," gumamnya.Tapi, selama aku belum melihat rupa Joan, aku masih belum tenang!"Satu ... dua ... tiga! Ya, pemenangnya Christoper dari keluarga Brandon!"Mata Luke sontak menoleh ke arah arena pertandingan. Ia sempat
"Ayah!"Galiard yang sedang membaca koran harian itu langsung menoleh. Nampak Luke berlari tergopoh-gopoh hingga tersungkur di dekat meja. Tentu saja Galiard terlihat bingung. Ia langsung bangkit dari tempat duduknya dan membantu Luke berdiri."Ada apa ini, Joan?" tanya Galiard.Luke membuka telapak tangannya, nampak sebuah cincin silver polos. Galiard mengerutkan dahinya memandang benda yang seakan tidak memiliki harga."Apa ini?""Cincin untuk Ayah," ujar Luke diiringi senyuman lebarnya.Galiard mengangguk pelan. "Iya, aku tau. Tapi kenapa kau memberikanku benda ini? Kalau cincin, aku punya banyak hingga berceceran di lantai.""Tapi aku bisa menjamin, Ayah belum memiliki cincin yang spesial ini.""Apa spesialnya cincin yang terlihat murah ini?" tanya Galiard.Secepat mungkin Luke mengambil cincin dari tangan Galiard. Lalu ia bergegas memasangnya di jemari pria tersebut."Jangan pernah melepasnya Ayah. Anggap saja itu hadiah pertamaku untuk Ayah."Akhirnya Galiard mengalah. Ia memand
Krek.Luke menatap lurus ke dalam lemari pakaiannya. Berbeda dengan sebelumnya, kali ini ada 2 buah amplop yang melayang. Satu berwarna biru dan satu berwarna merah.Jika itu Ciel, pasti satu misi melindungi orang. Lalu satu misi lagi membunuh orang. Kira-kira, bagaimana denganku? batin Luke.Luke menarik terlebih dahulu amplop biru yang melayang. Perlahan ia membukanya. Tiba-tiba layar muncul tepat di depan wajahnya, diikuti dua digit angka yang keluar dari amplop biru tersebut.Selamat Kesatria Luke!Merebut hati Ayah Caroline, bernilai 10 poin!Luke menggigit bibir bawahnya. Sekarang ia baru sadar, semua tugas ini mempermainkan manusia, terutama nyawa. Ia ingin berhenti melakukan ini, namun ia juga ingin kembali ke dunianya.Helaan napas yang begitu berat lolos dari mulutnya. Ia melempar surat itu kembali ke dalam lemari. Kali ini ia beralih pada amplop merah. Ia membuka amplop itu dengan perlahan. Suasana hatinya benar-benar berantakan.Misi SSS!Melindungi Ayah Caroline saat komp
"Ini latihan terakhirmu."Luke menarik napas panjang, lalu mengembuskannya secara perlahan. Ia berusaha untuk membuat tubuhnya rileks. Gerakan Galiard hari ini begitu agresif, berbeda dengan sebelumnya.Tak!Pedang kayu di tangan Luke terjatuh saat Galiard menghentaknya dengan keras. Tentu saja itu membuat Galiard sedikit kesal. Dahinya berkerut dan sorot matanya menajam. Ia kembali mengambil pedang kayu itu, lalu menyodorkannya pada Luke."Hei, Joan. Kau pernah dengar kutipan ini?"Luke menaikkan kedua alisnya dengan wajah bingung. "Kutipan apa?""Seorang pria itu ibarat Kesatria. Maka dari itu, seorang Kesatria tidak boleh kehilangan pedangnya."Luke langsung termenung mendengarnya. Ia menatap pedang kayu yang kini ada digenggamannya.Kesatria? Aku ... Aku seorang Kesatria!Luke mengangguk mantap. Jemarinya direkatkan dengan kuat ke pegangan pedang. Kuda-kudanya kali ini terlihat lebih kuat. Luke akan bertarung lebih serius. Sebab ia adalah Kesatria! Ia benar-benar Kesatria pemburu
"Sudah mendengar yang kau inginkan, Tuan Joan?"Luke dibuat termenung di tempatnya. Ia tidak bisa berkata-kata, hanya diam dengan mulut setengah terbuka."K-Klosa?""Mengapa kau bodoh sekali, Tuan?"Luke mengerutkan dahinya begitu mendengar ucapan Klosa. Senyumnya mulai terbit, ia tahu kalau sosok itu bukan Klosa, melainkan Christoper Brandon yang mengubah rupanya."Kembalikan kekuatanku!" serunya.Sesaat kemudian, Klosa berubah menjadi Christoper. Ia tersenyum miring sembari berjalan menuruni tangga ke arah Luke. Sebisa mungkin Luke tidak menatap mata pria itu terlalu lama. Kekuatannya sudah habis tercuri. Ia tidak boleh membiarkan kekuatannya yang paling berguna ini dicuri lagi."Kau cukup cerdas, Kesatria Luke.""Bagaimana kau bisa tahu identitas asliku?" tanya Luke, ia mundur beberapa langkah untuk menjaga jarak.Perlahan tangan Christoper bergerak menyentuh udara, lalu muncul layar seperti milik Luke. Tentu saja itu membuat Luke sangat terkejut. Ternyata di balik sosok Christoper
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.