Share

Aku Bukan Hantu!

Si malaikat cantik yang duduk di jok motor belakang, melongo sendiri karena Langit tidak membawa dirinya ke sebuah rumah. Melainkan ke tempat yang sangat ramai. Di penuhi dengan manusia yang masing-masing menenteng kantong kresek di genggaman mereka. Tempat apa ini?

"Entah kenapa, gue kesel liat lo nebeng di motor gue. Padahal lo 'kan hantu, bisa terbang. Pelit banget sama kekuatan," gerutu Langit sambil melepas helm-nya.

Malaikat cantik itu berdecak. Cowok di depannya ini tidak tahu saja. Ia banyak kekuatan, tapi tidak bisa ia gunakan karena kata sang senior, di dunia tidak ada yang instan. Tidak mungkin kan ia berjalan kaki?

"Sudah ku katakan, aku bukan hantu!"

Langit mengibaskan tangannya tidak peduli, "Iya-iya. Udah turun. Gue mau belanja."

Malaikat cantik itu menampilkan ekspresi bingungnya, "Ini tempat apa?"

Langit memutar kedua bola matanya. Selain nyusahin, ternyata makhluk astral di depannya ini juga kudet.

"Ini namanya supermarket. Cepetan, ntar keburu bokap nyokap gue datang." Langit lebih dulu melangkah. Sedangkan si malaikat cantik, bukannya turun dan menyusul, ia justru semakin dibuat bingung.

"Nyokap bokap itu apa?"

Langit yang mendengar itu, mengerang frustasi. Ia melangkah besar menghampiri makhluk itu yang masih setia duduk di atas motor miliknya.

"Banyak tanya lo. Cepetan!" Langit langsung menarik lengan makhluk itu masuk ke dalam supermarket. Tidak peduli ada beberapa orang yang melihat tingkah anehnya. Berbicara sendiri. Itu yang orang lain lihat tentang Langit sekarang ini.

"Ini namanya apa?" Malaikat cantik bertanya saat Langit mengambil alat dorong yang terbuat dari besi.

"Ini namanya troli. Catet, ya. Biar nggak lupa."

Malaikat cantik itu mengangguk-anggukan kepalanya. Ia mengekori Langit yang dengan lincah ke sana ke mari memilih belanjaan. Hingga akhirnya, ia berhenti di salah satu rak yang berjejeran aneka lolipop. Warna-warna itu sangat menarik perhatiannya. Malaikat cantik itu mengambilnya, dan tersenyum senang.

"Langit!"

Langit yang sudah berada jauh darinya, menoleh. Bukannya terfokus kepada makhluk astral, Langit justru fokus ke arah anak kecil yang sudah menahan tangisnya. Menatap lolipop yang menjunjung tinggi digenggaman makhluk tak kasat mata itu.

"MAMA, LOLIPOPNYA TERBANG!"

Malaikat cantik itu kaget. Menoleh ke samping dan melihat seorang anak kecil berlari ketakutan menjauhinya. Langit yang melihat itu pun, langsung berlari. Mengambil lolipop itu yang masih menjunjung tinggi ditangan si makhluk astral.

"Ya Allah, gue mau ngakak. Tapi juga kesel sama lo." Rasanya, Langit ingin menangis sekarang juga. Entah dapat sial darimana, ia harus bertemu makhluk ini.

"Dia kenapa? Dan salahku apa?" tanyanya begitu polos.

Langit menggeleng. Memijit pelipisnya yang sedikit berdenyut. Belum genap sehari, makhluk astral ini sudah mengaduk-aduk kepalanya.

"Udah. Lo nggak perlu ambil-ambil barang. Takutnya supermarket ini terancam bangkrut karena ulah lo yang buat pengunjung takut. Terus, dosanya ke gue karena udah ngajak lo ke sini." Langit memasukkan lolipop itu ke dalam troli. Lalu, kembali mendorongnya dan melanjutkan berbelanjanya.

"Pokoknya lo ikutin gue aja. Jangan berani ambil barang. Suer gue lempar lo kalo sampe buat masalah."

Malaikat cantik itu mengangguk mengerti. Mengikuti saja ke mana Langit pergi.

Hampir setengah jam Langit berkeliling. Akhirnya, troli yang ia dorong sudah terisi penuh. Ia bernapas lega, menatap puas ke arah belanjaannya. Pulang nanti, ia akan mulai memasak untuk menyambut kedua orang tuanya.

"Astral, ayo. Gue mau bayar ini belanjaan," ajak Langit kepada si makhluk astral yang jongkok di depan akuarium kecil berisikan ikan-ikan cantik. Ia mengernyit, lalu menghampiri makhluk itu.

"Lo mau?"

Malaikat cantik itu langsung mendongak, seraya menggeleng dan tersenyum.

"Aku tidak mempunyai apapun untuk mengambilnya. Kata senior, di bumi banyak aturan. Jika ingin sesuatu, harus berusaha."

Langit mengerutkan keningnya. Makhluk di depannya ini benar-benar aneh.

"Senior? Siapa itu? Leluhur-nya hantu?"

Malaikat cantik itu sontak berdiri. Menatap tajam Langit, "Sudah ku katakan, aku bukan hantu!"

Langit menghela napasnya. Mengangguk saja tidak ingin berdebat dengan angin di depan orang banyak.

"Iya, Peri. Oiya, kalo lo mau ikannya, ambil aja. Ntar gue yang bayarin."

"Serius?"

Langit mengangguk, "Serius, Peri."

Malaikat cantik itu tersenyum senang. Dan langsung berjongkok berniat mengambil satu akuarium kecil itu. Namun, aksinya terhenti saat Langit tiba-tiba saja menahan lengannya.

"Biar gue aja. Ntar nenek-nenek lewat langsung jantungan kalo lo yang ngambil." Langit mengambil satu akuarium itu. Meletakkannya dengan hati-hati di dalam troli. Lalu, melangkah menuju kasir untuk membayar semua belanjaannya.

"Ini aja, Mas? Ada tambahan?" tanya mbak-mbak kasir itu ramah.

Langit meringis. Melihat belanjaannya yang mungkin akan mencapai setengah juta. Segampang itu kah mbak kasir berkata, ini aja? Tukang kasir memang tidak ada kata-kata lain lagi selain, ini aja? Ada tambahan?

"Itu aja, Mbak. Ini aja bayarnya pake uang jajan saya seminggu," balas Langit agak kesal. Mbak kasir itu hanya tersenyum ramah seraya mengangguk dan menghitung total belanjannya.

"Langit!"

Langit menoleh. Melihat makhluk astral ternyata jongkok di sampingnya. Gadis itu menatap coklat serta permen yang berjejeran di rak kasir dengan senyuman riang.

"Aku mau ini! Tolong belikan." Malaikat cantik itu menunjuk-nunjuk coklat berbungkus ungu dan permen berbungkus warna-warni. Langit menghela napasnya, mengambil apa yang makhluk astral itu inginkan dan meletakannya di meja kasir.

"Katanya nggak ada tambahan," ucap Mbak kasir yang terdengar begitu menjengkelkan di telinga Langit.

"Serah saya lah. Pembeli adalah raja."

Setelah selesai menghitung jumlah belanjaan. Langit membayarnya dan keluar dari supermarket untuk menuju motornya. Yang diikuti makhluk astral di sampingnya.

"Lo nebeng gue lagi, Peri? Baru kali ini gue nemu peri naik motor."

Jangan salah paham, peri yang Langit maksud bukan peri bidadari. Tapi makhluk astral, hantu.

"Iya. Masa aku jalan kaki?" ucap malaikat cantik itu.

Langit geleng-geleng kepala. Untung saja ia dilahirkan dengan memuat banyak kesabaran. Mungkin jika sedikit, sudah ia tinggalkan makhluk gaje keluaran terbaru ini.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status