Terus dukung karya Author yaa dengan cara like, komen dan vote terus Terima kasih banyak 🙏🙏🙏 Salam sayang dari Author 🥰🥰 Augusta.R / Ryu_kirara
Lagi-lagi Sammuel mendesah dengan hembusan napas yang begitu panjang hingga dari arah belakang Axelo yang sedari tadi mengikuti langkah Sammuel dalam diam hanya bisa menepuk pundak Sammuel pelan untuk memberi dukungan kepada Sammuel yang masih ingin berjuang untuk kesembuhan Edward. Tetapi sudah hampir seminggu kondisi Edward masih belum juga membaik justru sekarang malah di tunjang dengan beberapa alat agar dapat menopang hidup Edward. Sammuel tahu betul sekarang Edward sudah tak bisa bertahan, berkat alat penunjang hidup yang menempel pada tubuh Edwardlah yang membuat Kakak dari Sammuel itu masih tetap ‘hidup' dalam artian hanya bisa bernapas dan jantung yang berdetak saja. Hampir seminggu ini pula Edward sudah dalam kondisi seperti ini, sedangkan Risha masih terus setia menemani, dan selalu berada di samping Edward setiap saat. Sammuel tak berani menjelaskan apapun kepada Risha, karena keyakinan Risha tentang kesembuhan Edward sangat begitu tinggi, walaupun data dari hasil peneli
“Bagaimana kondisi Markas Pusat, Son?” lirih Sammuel yang duduk di samping Dimitri yang sedang sibuk bergelut dengan komputer yang berada di depannya, terlihat sangat serius sekali Anak Demit yang satu ini. “Terpantau baik-baik saja setelah penyerangan bulan yang lalu, tapi ada sedikit kekacauan di Markas cabang di beberapa kota, rupanya Klan Hargov masih belum jera juga. Mereka masih mencoba mencari gara-gara di mana pun mereka berada, bahkan ekspedisi jalur darat kita ada yang berhasil mereka rampok dan mereka jarah,” ucap Dimitri dengan nada kesal yang sangat terlihat sekali di wajahnya. “Padahal, bulan lalu kita sudah menghancurkan kapal mereka tak bersisa menjadi kepingan-kepingan kecil di dasar lautan. Tapi sampai sekarang mereka masih berulah saja, sungguh menyebalkan dan menjijikkan sekali mereka.” “Biarkan, fokuslah dengan keamanan di Markas pusat dan pengiriman barang saja. Barang yang mereka jarah adalah barang-narang usang yang sudah tak di gunakan Klan ini mulai beberapa
Suasana bandara tempat berlandasnya pesawat yang mengangkut jenazah Edward menjadi begitu suram, bukan karena pencahayaan yang kurang atau lampu bandara yang tak menyala, melainkan suasana dari semua orang yang sudah menunggu di Bandara terlihat begitu sedih dengan duka yang mendalam. Pakaian hitam hampir menyelimuti badan semua orang yang berada di sana, beberapa orang bahkan terlihat sedang mengusap air mata yang tiba-tiba mengalir tak terbendung. Sammuel beserta beberapa orang yang berada di belakangnya turun dengan begitu tak bersemangat, kaca mata hitam membingkai mata hampir seluruh orang yang hadir di bandara yang terlihat sangat sepi dengan hilir mudik pesawat, bahkan tak ada satupun pesawat yang lewat atau berlalu-lalang seperti biasanya. Entah ini pengaruh dari Klan Collins Brothers atau memang Bandara itu memang sengaja tutup untuk kedatangan jenazah Edward, hanya Wilson dan beberapa orang suruha Wilson yang tahu. Jalanan menuju Markas Utama pun terlihat sepi, sedangkan r
Masih dalam masa berduka yang teramat dalam, sosok dua insan yang tengah menyelami duka masing-masing kini sudah berbaring bersama setelah melewati malam saling bertukar cerita di atas dek kapal, bahkan Risha sudah terlelap di pelukan Sammuel sambil memeluk guci berisi abu dari jenazah Edward hampir semalaman. Entah dari mana selimut yang tengah menyelimuti tubuh Risha dan Sammuel berasal, pagi ini Sammuel membuka mata dengan senyum mengembang yang sangat begitu lepas, di sampingnya terbaring sosok gadis yang sangat terlihat begitu manis walau matanya dan wajahnya terlihat sangat sedih. Matahari terbit masih terlalu malu menunjukkan sinarnya, tapi burung pantai sudah saling bersahutan di angkasa yang membuat Sammuel terbangun dari alam mimpinya. Suasana masih terlalu gelap walau sedikit semburat warna jingga sudah sedikit nampak di sudut batas lautan, dilihatnya di jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan Sammuel masih menunjukkan waktu beberapa saat lagi mentari terbit menje
Polesan make up tipis itu tak bisa menyamarkan wajah kuyu dari Risha, terlihat begitu menyedihkan dan sangat pilu. Sammuel akui jika gadis yang saat ini berada di sampingnya ini terlihat tak pernah gagal untuk mencuri atensinya, sama sekali tak pernah terlihat jelek di mata Sammuel. Entah ini saat yang kurang tepat atau memang dirinya yang bermasalah, tetapi debaran jantungnya masih tetap sama jikalau sedang berdekatan dengan gadis yang saat ini terlihat begitu kalem dan cantik dengan balutan dress hitam di sertai dengan kain tile sutra berwarna hitam yang sudah menutupi kepalanya. Mungkin ini bukan saatnya untuk bersolek atau berdandan, hanya saja tadi Emily dan Dorothea yang memaksa Risha dan mendandani Risha agar terlihat agak sedikit lebih segar, karena memang ini juga adalah wasiat Edward intuk Dorothea agar selalu membuat kekasihnya terlihat bahagia di acara pemakamannya, dan Dorothea ingin mengabulkan itu semua dengan bantuan Emily untuk membujuk Risha. Guci putih itu masih te
“Apakah ini sambutan dari Petinggi Klan untuk menyambut tamunya yang akan melayat dan memberikan penghormatan terakhir untuk teman seperjuangannya? Ayolah! Come on, aku hanya ingin memberi salam dan memberikan bungaku kepada Edward untuk terakhir kalinya,” pekik Luke Hargov yang datang dengan pakaian berwarna merah menyala, sedangkan pengawal Luke Hargov sendiri datang dengan menggunakan pakaian serba hitam, sungguh kontras sekali. Sepertinya Luke Hargov memang sengaja melakukan itu untuk membuat Sammuel marah dan menantang langsung Sammuel, sungguh tak berempati sekali manusia yang satu ini. “Silahkan, tapi sepertinya bungamu tak diperlukan, karena aku sudah memberinya lebih banyak dari pada milikmu,” jawab Sammuel dengan begitu tenang sambil terus memeluk erat Risha di dekapannya. “Astaga, aku juga terburu-buru membelinya, maafkan aku. Karena aku tak hobi melihat televisi, jadinya aku tak tau perkembangan berita terkini. Besok-besok jika di perkenankan aku akan mengirimkan bunga ap
“Ayah, Istirahatlah!” lirih Demian menghampiri Sammuel yang sedang bergelut dengan laptop di depannya. Hampir seminggu ini Sammuel tak terlihat beristirahat sejenak, hingga membuat Demian khawatir dengan kesehatan Ayah babtisnya itu. “Sebentar lagi, Son.” Kata-kata itu juga yang selalu Sammuel ucapkan hampir seminggu ini kepada Demian, kala Demian menyuruh Sammuel beristirahat. Beberapa berkas memang sudah menumpuk di meja kerja di kantor yang berada di Markas Pusat, bahkan tiap hari pasti data beberapa tumpuk lagi berkas yang langsung di tangani Sammuel langsung, Sammuel masih belum bisa kembali ke Kantor EDSAM Corp., karena Sammuel merasa masih belum siap mengenang Edward dan menerima kenyataan Edward sudah tiada. Bayangan kenangan Edward masih menghantui Sammuel kala berada di Kantor yang biasanya di gunakan Edward. Maka dari itu, segala urusan kantor di kirim ke Kantor Sammuel yang berada di Markas Pusat, guna memberikan kenyamanan pada Sammuel kala mengerjakan berkas yang di
Sammuel terjaga dari tidurnya, mungkin pengaruh efek samping dari obat tidur yang diberikan Dimitri yang membuatnya terlelap begitu nyenyak, entah sudah berapa lama ia terlelap. Terlebih Sammuel merasakan badannya seperti baru saja menemukan sumber tenaga baru kembali.Alarm beserta lampu merah yang terdapat di meja kerjanya sudah menyala dan mengeluarkan bunyi khas yang menandakan jika ada tanda bahaya yang sedang terjadi atau ada sesuatu yang telah menyerang Markasnya.Sammuel beranjak menuju komputer di meja kerjanya yang masih menyala sedangkan laptopnya sudah mati kehabisan daya.Sammuel mengerutkan keningnya, kala melihat jam yang menunjukkan sudah sore hari, sedangkan di ingatannya dia beranjak tidur kala siang hari. Sammuel jadi berpikir, jika tak mungkin jika dirinya istirahat hanya tiga jam saja. Sammuel pernah merasakan bugar seperti ini ketika ia istirahat total selama hampir lima hari lamanya beberapa waktu yang lampau.Sammuel membulatkan mata dan beranjak menuju ke Ruan