Sammuel mencoba fokus dengan pekerjaan yang sudah menumpuk di depannya, tapi lagi-lagi bayangan Risha dan Edward selalu mengganggu pikirannya.
“Dia milik Kakakku, bagaimanapun dia sudah milik Kakakku, perasaan apa ini? Jangan-jangan...” seketika Sammuel menggelengkan kepala pelan mencoba menyingkirkan prasangka yang ia buat sendiri. Tetapi kata hati dan perasaannya terasa lain, kenapa ketika berada di dekat Risha begitu berbeda, ada rasa bahagia yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.Sore itu setelah meninggalkan kantor Sammuel menuju ke sebuah Bar yang letaknya tak jauh dari gedung kantor miliknya dan Edward.Setelah berjalan kaki hampir sepuluh menit, Sammuel langsung masuk kedalam gedung Bar yang behiaskan lampu warna-warni itu, Bar tersohor dan terkemuka di Jajaran Bar yang ada di kota yang sangat terkenal dengan Kota Hiburan Malam itu tampak sangat menonjol diantara gedung-gedung lain yang terlihat monoton tanpa hiasan, &n“Hebat sekali, seharian tak ada kabar,” pekik Edward kala Sammuel baru saja keluar dari ruangan istirahat yang berada di samping ruangan kerja Edward dengan bertelanjang dada dan hanya menggunakan celana boxer pendek saja. Jangan lupakan muka bantal serta rambutnya yang acak-acakan tapi masih mempesona, “Dasar tak tau malu!”Pagi ini Edward langsung menuju kantor setelah menjenguk Risha di Rumah Sakit. Rupanya dia mendapati Sammuel yang masih dikantor dan sedang beristirahat di ruangannya, rupanya Sammuel semalaman berada di kantornya, bahkan ponselnya masih teronggok di atas charger wireless bagai tak tersentuh sama sekali, itu di buktikan dengan beberapa panggilan dan pesan dari Edward yang masih belum terbaca oleh Sammuel.“Kenapa? Pasti terpesona kan? begitu mengagumkan kah melihat deretan coklat sempurna milikku?” sindir Sammuel sambil menenggak satu botol air mineral yang sudah tersedia di atas meja Edward, “Aku hanya mau pamer saja, bukankah pun
Koenigsegg Agera R berwana merah menyala yang dikemudikan Sammuel membelah jalanan ibukota, jangan lupakan tiga buah mobil sedan hitam yang senantiasa mengikuti Sammuel kemanapun dia pergi.Setelah berpamitan dengan Risha, Sammuel beranjak menuju ke Markas yang terletak di hutan kota di sebelah timur yang berbatasan langsung dan masih satu kawasan dengan pelabuhan peti kemas yang merupakan pusat markas milik Edward dan Sammuel serta menjadi tempat paling vital dalam bisnis ekspor impor barang. Menjadi Jalur Pelabuhan internasional yang sangat strategis membuat perkembangan bisnis perusahaan Edward dan Sammuel menjadi begitu penting dan patut di perhitungkan.Segala jenis transaksi bongkar muat barang hampir tak pernah ada hentinya setiap hari, bahkan pelabuhan peti kemas terbesar di negara itu juga mempunyai jalur akses transportasi bawah tanah yang hanya diketahui oleh orang dalam dan beberapa relasi serta partner bisnis saja.“Bagaimana
Sebetulnya Sammuel ingin sekali menanyakan langsung kepada Dimitri perihal permintaannya yang menginginkan berkencan dengan sekretarisnya, Emily.Namun hal itu Sammuel urungkan, karena Sammuel sadar bahwa dia sendiri yang memberikan kartu akses tak terbatas untuk Dimitri, ditambah lagi Sammuel masih memikirkan tentang Edward yang sepertinya menyembunyikan sesuatu terhadap dirinya. Informan bayangan yang Sammuel pekerjakan masih belum mengabarkan berita yang menyimpang atau mencurigakan, karena selama ini keseharian Edward masih dalam batas wajar sesuai laporan yang ia terima.Setelah menyelesaikan dan menandatangani beberapa berkas Sammuel segera menuju ke mobil yang sudah dipersiapkan, disana ia menunggu Wilson yang sedang menyiapkan keperluan dan berkas yang sudah di rencanakan untuk kedepannya.“Berkas transaksi Hargov sudah lengkap, Tuan,” sapa Wilson ketika sudah duduk di sebelah Sammuel setelah menutup pintu mobil sambil meny
“Pagi,” sapa singkat Sammuel ketika memasuki ruang rawat Risha yang tak tertutup dengan membawa buket bunga mawar putih di rangkulannya.“Pagi, Tuan,” jawab Risha sambil menunduk singkat ketika melihat Sammuel sudah berada di belakangnya, “saya harap anda berhenti memberiku bunga, Tuan. Karena bunga yang kemarin masih terlihat indah dan bagus. Sayang jika harus dibuang,” sambung Risha sambil menata bunga lili bercampur mawar putih yang kemarin Sammuel bawa.“Aku hanya menjalankan tugas, apa salah?” jawab enteng Sammuel yang duduk di pojokan brankar Risha dan menaruh buket bunga yang ia bawa diatas brankar. “Mau jalan-jalan? Udara pagi bagus untuk membantu penyembuhan.”Risha hanya menganggukkan kepala, kemudian mengambil botol infus yang menggantung di tiang yang berada di sampingnya, “Kita jalan kaki saja, Tuan,” sela Risha yang tau Sammuel akan beranjak mengambil kursi roda yang berada di samping pintu masuk.“Aku tak menerima bant
“Ben, antar aku ke Rumah Sakit!” suara singkat Sammuel yang berbicara melalui sambungan telepon dengan supirnya, Benny.Sammuel segera beranjak dari kantor barunya yang berada di dalam kamar yang telah ditata oleh Wilson sesuai permintaannya, peralatan komputer super canggih dan terbaru sudah bertengger di sudut ruangan berwarna abu-abu dan hitam yang mendominasi.Ruangan yang digunakan untuk melacak dan memantau Edward itu pun di lengkapi oleh beberapa sensor yang terhubung langsung dengan handphone Edward. Sebegitu penasarannya Sammuel terhadap perubahan Edward yang membuatnya sedikit curiga dengan Sang Kakak.Hanya berbekal mantel Coat hitam tebal Sammuel sudah berada di basemen gedung apartemennya, disana sudah ada Benny yang sudah menunggu di sebelah pintu mobil yang sudah terbuka.Benny melajukan kendaraan membelah jalanan ibukota yang masih begitu padat walaupun waktu sudah menunjukkan tengah malam, gemerlap lampu hias yang berwarna-warni di Kota berjuluk
Benny yang sedari tadi mengendarai kendaraan mewah milik Tuannya itu terus saja melirik kearah spion tengah, Benny tertegun ketika melihat kedatangan Sammuel yang begitu berseri-seri dengan senyuman lebar yang begitu lepas.Selama bekerja dengan Sammuel, ini pertama kalinya Benny melihat Tuannya itu tersenyum, bahkan hingga masuk kedalam mobil pun senyuman itu masih terbit dan merekah, rasa penasaran yang Benny rasakan masih menjadi pertanyaan sampai detik ini.“Fokuslah mengemudi, jangan sampai rasa penasaranmu menjadi bencana buatku terutama buatmu,” pekik Sammuel yang membuat Benny terkejut dan tegang dibuatnya. Pikiran Benny masih menebak dan menerka-nerka kejadian apa yang telah terjadi di Rumah Sakit yang membuat Sammuel begitu berbeda, jangan-jangan Tuannya itu kesurupan salah satu penunggu Rumah Sakit? Bisa jadi kan? Tengah malam datang kerumah sakit bisa jadi salah satu penunggu Rumah Sakit menjadi marah dan terusik.“Jangan berpikiran macam-macam, Ben
Setelah memimpin rapat pagi ini, Sammuel berniat langsung menuju ke Bandara. Dia hendak menyambut kedatangan Orang Tua Risha yang datang dari Indonesia. “Urusan di pelabuhan kuserahkan padamu, jika nanti terjadi sesuatu cepat hubungi aku. Beri tahu Kiev untuk mencoba sekali lagi mengurus perijinan Junio, jika masih ada kendala biar aku saja yang atasi sendiri,” ucap Sammuel sambil memberikan beberapa tumpukan map kearah Jack, hari ini giliran Jack yang menemani Sammuel di kantor, dikarenakan Wilson sedang di sibukkan dengan kesibukan menjelang kedatangan Orang Tua Risha di bandara. “Baik, Tuan,” sahut Jack sambil membereskan beberapa map dan laptopnya atas meja yang terletak tak jauh dari meja kerja Sammuel. “Bagaimana kondisi di Rumah Sakit?” pekik Sammuel sambil memandang Jack yang sedang sibuk menata map kedalam tas yang ia bawa. “Tuan Besar sudah memasang beberapa sniper bayangan di delapan titik, yang akan berganti setiap 12 jam s
Sesampainya di bandara, dari dalam mobil sedan hitam milik Edward, ada Wilson yang tengah memicingkan mata dibalik kacamata hitamnya. Wilson sedikit waspada dengan kendaraan berwarna biru dari kejauhan yang sepertinya hendak mendekati kendaraannya yang terparkir di apron Bandara yang di khususkan untuk pesawat jet pribadi. Mobil Sport berwarna biru hitam yang baru pertama kali Wilson kenali itu membuat dia semakin awas dan siaga, Wilson bahkan menghubungi beberapa pasukan dan sniper bayangan untuk memantau dan mengawasi kendaraan yang melaju menuju kearahnya. Di dalam mobil Rolls Royce Panthom berwarna hitam itu Wilson bahkan memasangkan peredam ke pistol yang ia bawa. Wilson keluar dari mobil yang diikuti oleh beberapa pengawal yang keluar dari barisan mobil sedan hitam yang terparkir di belakang mobil Edward. Mobil yang di kendarai Dimitri mendekat kearah Wilson dan berhenti