Hampir empat jam duo anak demit itu sedang 'bermain-main' dalam tanda kutib, di tempat lain tepatnya di anjungan kapal sudah ada Luke Hargov yang sejak tadi bagitu uring-uringan karena suara berisik dan mengganggu yang ditimbulkan oleh acara ‘bermain’ dari duo anak demit kesayangan Sammuel itu, Bahkan suara dentuman tembakan masih terdengar, padahal kedua anak yang berjuluk anak demit itu sudah hampir empat jam lamanya bermain-main sesuka hati mereka.
“Mau sampai kapan mereka seperti itu? Asal kalian tahu saja, aku tak dapat beristirahat dengan tenang akibat ulah mereka, sedangkan di bawah sana ada kapal selamku sudah dalam kondisi kritis akibat ulah mereka,” pekik Luke Hargov.Di sisi lain ada Demian dan Dimitri yang sedang tertawa terbahak-bahak ketika mendengar semua amarah dari Luke Hargov dari earpiece yang terpasang di telinga mereka. Alat pelacak yang tadi mereka selipkan di tubuh Nahkoda kapal ketiSedangkan di sisi lain tepatnya tak seberapa jauh di belakang Nahkoda itu ada Luke yang sudah berdiri dengan kedua tangan mengepal, dia begitu kesal dan marah melihat bagaimana lengkap dan mewahnya fasilitas milik Klan Collins Brothers. Luke Hargov tau dan sangat tahu helikopter yang digunakan untuk menjemput anak Emas kesayangan Klan musuhnya itu adalah helikopter keluaran terbaru yang sangat ingin ia miliki, dan ternyata Klan yang menjadi musuhnya itu sudah mempunyai, bahkan tak hanya satu tapi dia melihat dengan mata kepala sendiri ada enam helikopter yang datang untuk menjemput anak ingusan yang sedang bermain tembak-tembakan saja, bagai anak balita saja.Helikopter yang Luke Hargov lihat mungkin hanya enam buah saja, dia bahkan sempat berpikir mungkin di markas atau di beberapa tempat mereka masih mempunyai beberapa lagi tak ada yang tau pasti berapa total keseluruhan armada yang Klan Collins Brothers miliki, tetapi perlu diingat bahwa Klan Collins Br
Suasana terlihat lenggang dan kondusif, bahkan di ruangan kendali sudah nampak begitu tenang dan kembali seperti sedia kala.“Apa aku melewatkan sesuatu?” tanya lirih Yugov yang berjalan kearah Hetrix yang rupanya sedang sibuk dengan layar komputer di depannya.“Apa?” jawab singkat Hetrix yang tak tahu maksud dari ucapan dan pertanyaan Yugov.“Aku merasa aneh dengan situasi ini, padahal kemarin ruangan ini begitu heboh dan acak-acakan,” sela Yugov yang berjalan kearah meja kerjanya yang juga berisi beberapa peralatan komputer diatasnya.“Bukankah setiap hari juga suasananya seperti ini? Kalau kemarin sih memang crowded sekali, tapi syukurlah berkat bantuanmu dan Bos Kiev semua teratasi,” jawab Hetrix yang tak menoleh dan masih terus fokus dengan layar komputernya.Yugov merasa lega karena hasil kerja kerasnya samalaman suntuk berhasil menutupi keraguan dan rahasianya.Padahal, selagi dia mengerjakan tugas yang diberikan Dimitri, diam-diam dia juga mengirimkan beberapa kabar ke Klan Ha
Edward menghampiri Risha yang sedang menatap langit cerah pada pagi hari ini dari anjungan bandara yang berbatasan dengan kaca transparan yang besar terbentang sebagai pembatas di ruangan megah yang menjadi favorit setiap orang untuk melihat dan mengamati lalu-lalang pesawat yang hendak take-off ataupun yang hendak mendarat. Hari ini adalah hari kepulangan Orang Tua Risha ke negaranya, Indonesia.Edward berjalan menghampiri kekasihnya sambil mengenakan coat mantel tebal yang ia pakai kebadan Risha, “udara akhir-akhir ini begitu dingin, lain kali kalau hendak keluar, sempatkanlah memakai jaket atau mantel hangat. Aku takut kondisi tubuhmu masih belum bisa beradaptasi dengan cuaca di Negara ini, sekarang sudah akhir musim semi, udara akan menjadi lebih dingin dari biasanya,” lirih Edward sambil memeluk tubuh Risha dari belakang dan mendaratkan dagunya di pundak Risha.“Belum satu jam mereka pergi, tetapi aku sudah merindukan mereka,” lirih Risha sambil menoleh kearah Edward yang sedari
Alih-alih membaringkan Risha di ranjang kamar Risha sendiri, Edward lebih memilih membaringkan wanita pujaan hatinya di ranjang kamar miliknya.Memandang damainya wanitanya ketika terlelap tidur merupakan salah satu kegiatan favoritnya, entah karena dia sudah terbiasa dengan melihat Risha terlelap atau memang tak mau berpisah dan ingin menikmati waktu bersama pujaan hatinya, hanya Edward yang tahu.Mengecup punggung tangan dan membelai pipi cubby yang sedang damai terbuai mimpi merupakan momen yang membahagiakan menurut Edward. Edward tersadar dari lamunannya ketika benda pipih di sakunya celananya bergetar, ternyata panggilan telepon dari Adiknya, Sammuel.“Baiklah, aku segera kesana,” jawabnya lirih dan singkat, takut jika wanitanya yang sedang terlelap terbangun oleh suaranya.Edward segera bergegas menuju ketempat yang telah di beritahukan Sammuel dari sambungan telepon didampingi oleh Wilson. Tak lupa beberapa kecupan lembut sudah mendarat di seluruh wajah Risha sebelum Edward b
“Apa yang ingin kau sampaikan, Samm?” lirih Edward ketika mereka hanya berdua di ruangan Sammuel yang juga merupakan ruangan miliknya yang berada di Markas pusat. Ruangan yang hanya Edward, Sammuel dan Wilson saja yang bisa memasukinya. Bahkan keduan anak demit kesayangannya pun haru meminta ijin terlebih dahulu untuk bisa masuk kedalam ruangan yang sangat rahasia itu. Sedangkan untuk Wilson hanya ketika bersama Edward dan Sammuel saja dirinya berani mamsuki ruangan yang sangat rahasia itu.“Entahlah, aku mulai dari mana? Begitu banyak permasalahan yang ada di otakku yang rasanya ingin meledak saja, semakin memikirkannya begitu membuatku terasa sesak dan berat untuk bernapas,” keluh Sammuel sambil merebahkan diri di sofa.“Berceritalah mulai awal, aku akan mendengarkan dengan sabar,” jawab Edward dengan terus memandang Sammuel yang terlihat sangat payah dan lelah. Dapat Edward lihat dari cara Sammuel menghela napas panjang, seperti terasa begitu berat, seolah banyak beban yang adiknya
Edward berusaha menetralkan emosi agar tak ada orang yang curiga akan kondisinya saat ini, Edward segera berjalan keluar dari ruangan Sammuel dan berjalan menuju keruang kendali dimana sudah ada Kiev dan Wilson disana.Edward juga sedang memikirkan Risha yang sedang berada di mansionnya, gadis yang menjadi tunangannya itu tadi ia tinggal dalam keadaan terlelap, walaupun di mansionnya sangat aman dengan penjagaan yang begitu ketat, tetapi yang dia khawatikan yaitu ketika nanti Risha terbangun tapi tak ada dirinya di sisinya, takutnya gadis pujaan hatinya bingung dan sibuk mencari dirinya. Kerena sekarang gadisnya itu sedang butuh teman untuk mendampinginya, karena beberapa saat lalu orang tua dari gadisnya itu sudah pulang ke Negara asalnya, sedangkan Risha harus rela tertahan karena menuruti permintaan Edward yang tak mengijinkan Risha untuk ikut dengan Orang Tuanya pulang ke Negaranya.Terlihat sangat pemaksa dan super posesif sekali prianya itu, bahkan berjauhan sebentar jasa membua
“Are you ready?” pekik Dimitri dari ruang kendali yang di peruntukkan hanya untuk misi penyergapan penyusup.Sedangkan Demian mengangguk pasti kemudian memencet tombol enter di keyboard komputer yang berada di depannya. “It’s show time!”Di tempat lain tepatnya di kapal feri yang di naiki oleh Luke Hargov dan para pengikutnya terjadi kekacauan yang tiba-tiba membuat mereka panik.“Apa yang terjadi?” pekik Luke Hargov yang sedang mondar-mandir lalu lalang melihat kearah layar monitor yang berada ruang kendali kapal.“Sepertinya ada gangguan sinyal, Tuan,” jawab salah satu pengikut dari Klan Hargov.“Kalian sudah memeriksa adanya kerusakan? Ledakan apa itu?” pekik Luke Hargov yang sedang panik dan mengambil teropong guna melihat keadaan di tengah laut, tepatnya jalur pelarian dari kapal selam miliknya yang baru saja mempunyai celah untuk lolos.“Sial!” pekik Luke Hargov sambil melempar teropong yang ia pegang dengan keras ke lantai hingga hancur berkeping-keping. “Dari mana datangnya po
“Welcome, Yugov!” pekik Sammuel yang sedang duduk di kursi besar berwarna hitam.Mata Yugov membulat dengan mulut sedikit mengaga tak percaya ketika melihat siapa yang sudah berada di dalam ruangan.Ruangan yang sangat terang dengan lampu putih menerangi di setiap sudut ruangan dan ruangan itu ternyata hanya sebuah ruangan kosong yang sangat polos tak ada apapun dan yang ada hanyalah Sammuel yang sedang duduk di singgasana seorang diri dan tak ada apa-apa dan tak ada siapa-siapa lagi.Segera Yugov hendak pergi dan berlari kearah pintu yang ia masuki ketika datang, tapi sungguh di sayangkan pintu itu sudah tertutup rapat dan tak ada celah untuk keluar lagi.Yugov langsung mengambil pistol yang sedari tadi terselip di pinggangnya dan menodongkan kearah Sammuel yang sedang menikmati rokok dengan teramat santai sambil duduk dan menyilangkan kaki dengan jarak sangat jauh dari Yugov.“Kenapa? Apa yang kau takutkan, Hah? Sehingga dengan mudahnya kau menodongkan pistol kepadaku! Apa kau sedan