“Apa yang kau cemaskan, Kak?” pekik Demian dari arah meja kerjanya ketika melihat Dimitri yang tengah menggigit kuku jempolnya dengan pandangan terus melihat kearah layar monitor yang menampilkan visual CCTV di tempat Sammuel dan Yugov berada. Salah satu tindakan dan kebiasaan Dimitri ketika sedang cemas atau gelisah ketika sedang mengkhawatirkan sesuatu, dan itu hanya diketahui oleh orang-orang terdekatnya saja.“Sudah hampir satu jam mereka disana, dan sudah hampir satu jam pula lukanya belum mendapat penanganan, dia terluka, Dek,” lirih Dimitri yang kemudian menoleh kearah Demian yang juga masih memandang Dimitri dengan tatapan sendu.Demian tersenyum tipis ketika pandangan mereka beradu, “ternyata kau sangat menyayanginya, ternyata hanya mulutmu saja yang kejam tetapi hatimu begitu lembut. Cih, betul kata Ayah Edward, kau sudah ketularan hati Hello Kittynya Ayah Samm, hahaha, wajah saja yang sangar mirip preman tapi ternyata hatinya cibi-cibi mirip Hello Kitty,” pekik Demian sambi
Hampir satu jam lebih Sammuel menahan rasa sakit akibat luka tembak dari senjata Yugov, dan hampir selama itu pula darahnya mengalir dari tempat di tubuhnya yang terdapat luka, bahkan memeja putih yang ia kenakan sekarang sudah berbeda warna, sebagian masih berwarna putih dan sebagian lagi sudah berwarna merah darah bahkan ada yang terlihat sudah sedikit mengering di bagian tepinya.Sammuel bisa merasakan kepalanya sedikit pusing indikasi dari dampak ringan oleh luka tembak yang ia terima, itu juga menjadi tolak ukur jika dirinya sudah kehilangan darah hampir 14 persen banyaknya, untung kaliber peluru yang digunakan Yugov termasuk kaliber kecil, andai saja Yugov menggunakan senjata yang di fasilitasi oleh Klan Collins Brothers pasti dampaknya bisa lebih dari yang Sammuel terima saat ini. Karena kaliber peluru yang di fasilitaskan untuk Anggota Klan Collins Brothers memiliki kaliber lebih besar dari pada yang ia terima dari tembakan sejam yang lalu.Mungkin jika Sammuel menerima tembak
Beberapa mobil ambulans yang berisi beberapa ahli tenaga medis dari Klan Collins Brothers juga ikut serta di belakang mobil yang dinaiki oleh Demian dan Dimitri di sertai puluhan mobil berisi para pengawal dari Klan Collins Brothers juga turut mengikuti di belakang mobil yang dinaiki Demian dan Dimitri.Perlu beberapa waktu untuk mencapai tempat Sammuel berada, karena dermaga paling ujung di pelabuhan yang menjadi basis markas utama Klan Collins Brothers ini merupakan area telarang dan sangat rahasia dan bukan orang sembarangan yang dapat memasukinya.Sesampainya di dermaga paling ujung pelabuhan, sudah banyak pengawal yang berkumpul di depan gedung dan tak seorang pun yang berani masuk sebelum diperintahkan dan mendapat titah oleh para petinggi Klan. Para pengawal hanya berjaga di depan gedung dengan formasi yang sudah dilatihkan oleh Klan. Bahkan tenaga medis khusus yang dibawa oleh Dimitri dan Demian sempat ragu ketika akan memasuki gedung terlarang milik Klan Collins Brothers itu
Wilson segera memberi kabar kepada Edward setelah menerima informasi dari Keiv tentang kondisi Tuannya, Sammuel. Wilson yang saat itu berada di kantor tepatnya di sebelah meja kerja Emily begitu ragu untuk memberitahukan Emily tentang kondisi Sammuel terkini, takutnya Emily akan terkejut dan menjadi sedih mendengar kondisi Sammuel.“Apa yang membuatmu begitu cemas dan gugup?” lirih Emily dari meja kerjanya tanpa menoleh sedikitpun kearah Wilson dan masih sibuk dengan ketukan di keyboard dan memandang layar komputer yang menyala di depannya.Wilson sedikit tersentak sambil mengerutkan keningnya melihat dan mengamati Emily yang sedari tadi tak pernah melihat kearahnya tapi kenapa bisa mengetahui apa yang sedang Wilson pikirkan.“Cepat beri tahu, atau aku akan sangat marah karena melihat wajahmu yang sudah jelek dengan kerutan di keningmu itu!” pekik Emily yang langsung menghentikan ketukan jarinya dan langsung menoleh kearah Wilson.“Tuan, Samm. Tuan Sammuel sekarang kritis di Rumah sa
“Kakak!” pekik Emily yang baru saja tiba diruang tempat Sammuel dirawat yang kemudian memeluk erat tubuh Sammuel sambil bergelayut manja di tubuh Sammuel yang sedang terbaring di brankar.Sammuel mengerutkan keningnya melihat sikap manja Emily dan Sammuel mencoba berusaha membaca situasi yang sebenarnya terjadi, sangat menonjol dan terlihat aneh sekali, tidak biasanya Emily begitu manja begini kepada Sammuel. Bahkan ketika ada seseorang selain dirinya dan Edward, apalagi sekarang ini ada Wilson di ruangan tempat Sammuel dirawat. Sungguh memang ada sesuatu yang patut di curigai.Melihat Emily yang manja terhadapnya, Sammuel hanya mengulas senyum tipis yang tak kentara di wajahnya, seakan dia paham dan tahu apa yang dimaksud dengan perubahan sikap Emily. Pasti ada sesuatu yang ingin disampaikan Emily, atau ada permainan peran yang hendak di mainkan oleh Emily dengannya.Sammuel menoleh sekilas kearah Edward yang sedang tersenyum tipis padanya sambil menganggukkan kepala pelan tanda Edwa
Sammuel menghela napas panjang, entah mengapa badannya terasa payah dan begitu lelah, di sudut lain sudah ada Edward yang sedang berkencan dengan telepon genggamnya, siapa lagi kalau bukan kekasih dan tunangannya yang sedang Edward hubungi, membuat Sammuel semakin muak dibuatnya. Lagaknya seperti ABG saja Kakaknya itu, belum sehari berpisah dengan kekasihnya dan baru beberapa jam saja menunggunya sudah hampir selusin dia menelepon kekasihnya hanya untuk menanyakan sesuatu yang begitu sepele, yang lagi dimanalah? Sedang apalah? Sudah makankah? Sungguh sangat cerewet dan berisik sekali! Sedangkan disudut lain sudah ada dua sejoli yang sedari tadi tidak ada suara pun dan tak ada percakapan sama sekali, tapi justru membuat Sammuel semakin muak dan sebal dibuatnya, dari tadi Wilson dan Emily hanya saling lempar senyuman dan saling mencuri pandang, membuat Sammuel menghela napas untuk kesekian kalinya. Entah mimpi apa dia semalam, bisa-bisanya sekarang di dipertemukan dengan situasi yang s
Edward sedari tadi mengamati raut wajah dari kekasihnya, hingga detik ini ia masih menerka dan menebak isi hati dan apa yang sedang Risha pikirkan.“Apa ada sesuatu yang mengganggumu?” Lirih Edward sambil mengeratkan rangkulannya di pinggang Risha yang sedang duduk di sampingnya, sudah sepanjang perjalanan menuju mansion, Edward masih begitu penasaran dengan sikap diam Risha, bahkan di dalam mobil yang di kemudikan Jack pun tak ada suara yang keluar dari mulut gadis manis berdarah Jawa itu. “Katakanlah, jangan membuatku tersiksa dengan diammu,” lirih Edward yang menyembunyikan wajahnya di ceruk leher kekasihnya sambil menghujani beberapa kecupan basah yang sudah menjadi kebiasaan Edward yang tak bisa dilepaskan ketika berdekatan dengan Risha.“Tak ada, aku hanya sedang malas saja,” jawab asal Risha, walaupun di dalam hati dan benaknya sudah banyak pertanyaan yang ingin sekali ia tanyakan langsung kepada Edward.“Malas? Apakah itu menyangkut diriku?” tanya Edward seakan tak terima dan
Risha mengejapkan mata berusaha membuka mata, memindai sekeliling ruangan yang tenyata adalah kamarnya sendiri di Mansion Edward. Risha juga merasakan badannya begitu kaku dan berat untuk di gerakkan, ternyata dia masih bergelung selimut halus berwarna abu-abu muda, dia berusaha mengingat kejadian kenapa ada selimut asing yang tengah melilit tubuhnya, akhirnya potongan demi potongan ingatan sudah singgah didalam benaknya.Seketika dia berdiri sambil tetap membawa selimut yang membungkus dirinya kearah walking closet yang berada di sebelah kamar mandi, betapa terkejutnya Risha kala mendapati baju kemeja warna pastel yang di kenakan sudah terbuka beberapa kancing atasnya serta sudah terpampang jelas baju dalam yang ia kenakan untuk menutup aset terpentingnya, benda berenda berwarna merah maroon itu memang terlihat begitu menggoda, serta sangat pas dan sangat sempurna di tubuh mungilnya, makanya Edward begitu bergairah melihatnya kematin. Mungkin benda berenda itu juga berperan penting i