"Untungnya Saga tidak jadi ikut masuk ke ruang bersalin. Anak kamu bisa krisis identitas, karena first impressionnya Saga, bukan Rio."
Lian mengupaskan jeruk untuk Ine yang masih berbaring di ranjang. Kini Ine sudah masuk ke ruang perawatan dan sudah istirahat. Bayinya juga sudah diserahkan kepada orang tuanya untuk skin to skin. Sekarang giliran Rio yang melakukannya di sofa ruangan rawat VIP yang luas ini."Iya juga, untung aku segera sadar yang aku pegang tangannya bukan Rio. Tapi, aku jadi merasa bersalah tangan Saga jadi terluka begitu." Ine mengubah ekspresi wajahnya menjadi merasa bersalah.Lian terkekeh, "Itu hanya cakaran kecil. Tidak masalah. Dan sepertinya harus ada SOP, nail art tidak boleh untuk ibu yang mau melahirkan."Lian melirik sekilas, melihat Saga hanya duduk disebelah Rio dan bermain ponsel. Seperti tidak tertarik dengan apa yang sedang Rio lakukan bersama bayinya.Ine tergelak mendengar ucapak Lian. "Benar juga. A"Aduh yang mau di jemput suami. Touch up dulu supaya cetar ya kan?" Hana sudah berdiri di ambang pintu toilet dengan kedua tangan terlipat di dada.Lian melirik managernya itu melalui pantulan di kaca, tidak bereaksi apa-apa karena kini ia sedang memoleskan lipstiknya ke bibir. "Saga sudah di depan itu. Pantas saja sejak tadi kamu mengingatkan aku terus soal rescedule jadwal sore ini, ternyata mau kencan.""No! Ini bukan kencan.""Oh ya? Aku tidak percaya."Lian membalik badannya setelah memasukkan lipstik itu ke dalam tasnya. Ia menatap Hana juga tidak percaya."Terserah, tapi harusnya kamu berterima kasih padaku karena itu artinya, kamu bisa pulang lebih awal kan? Syukur-syukur, kamu pakai waktunya untuk kencan atau menjajaki para lelaki dan pilih satu yang membuatmu cocok, lalu menikah."Hana terlihat memutar bola matanya, jengah. "Andai semudah itu, aku sudah melakukannya dari dulu, Lian.""Sebenarnya meman
Dengan wajah datarnya, Lian membuka pintu mobil Saga dan keluar dari sana. Ia berjalan menjauh dari mobil itu.Sementara Saga, harus menyesali sikapnya yang membuat Lian jadi seperti ini. Harusnya ia bicara baik-baik dan tidak memaksa Lian keluar dari rumah itu. Atau minimal, Saga menurut saja dulu untuk berkonsultasi dengan seorang psikolog pernikahan kenalan Lian itu. Lagipula tidak ada yang harus ia takutkan. Ia tidak memiliki trauma apapun, apalagi soal anak kecil. Segini teririskah egonya, sampai harus kembali membuar Lian marah?Kini ia menghela napas kasar dan menyugar rambutnya untuk kesekian kali. Ia keluar dari mobilnya dan mengejar Lian yang sudah sampai pinggir jalan."Lian ... " panggil Saga dengan pelan.Ia tidak mau menjadi tontonan orang-orang karena bertengkar dengan seorang perempuan di pinggir jalan begini. Namun, belum sampai ia ke tempat Lian, istrinya itu sudah menyetop taksi dan masuk. Saga mendengus. Ia berlari kembali ke mobilnya dan mengejar taksi tersebut. S
Ada banyak hal yang terjadi di kehidupan Lian, terutama selama proses menggapai mimpinya menjadi model. Tentu tidak semua hal terasa menyenangkan. Ada hal diluar kendalinya yang tidak mampu ia kontrol. Kesedihan, kekecewaan, penantian, perlakuan orang terhadapnya dan banyak hal lagi. Lian mencoba memahami itu sebagai bagian dari proses sakitnya hingga ia bisa menjadi seperti sekarang. Kecuali satu hal ini; pria hidung belang.Di industri model, banyak sekali pria-pria dengan berbagai macam tipe. Apalagi, model kebanyakan adalah perempuan dan di sanalah sarang lelaki bejat dan hidung belang meloloskan ego dan nafsunya secara terang-terangan ataupun terselubung. Hampir setiap hari, Lian melihat para model diperlakukan kurang menyenangkan oleh pria-pria yang mengaku berpengaruh besar terhadap kemajuan karir mereka. Fakta soal diajak check in di hotel, dijadikan sugar baby atau rela menjadi istri kedua, tentu saja adalah makanan sehari-hari di telinga Lian. Tidak satu dua juga
"Bercanda kan Hana? Mengapa aku tidak perlu berangkat kerja hari ini? Setahuku akau masih ada jadwal foto costum untuk butiknya Ovi Margareta kan?" Satu tangan Lian berkacak pinggang di depan cermin walk in closet. Pagi-pagi ia sudah mandi dan berniat mencari baju untuk pergi bekerja, lalu mendapat telepon dari Hana bahwa ia tidak ada jadwal hari ini alias libur. Dimana-mana, hari libur adalah hari yang paling dinantikan, tapi berbeda dengan Lian. Ia merasa harus berkesibukan hari ini setelah apa yang terjadi kemarin sore; pertengkarannya dengan Saga yang sampai hari ini tidak ada tanda-tanda membaik, misinya yang gagal untuk membawa Saga ke psikolog pernikahan sekaligus kesialannya bertemu supir taksi nakal.Ia harus menyalurkan energinya untuk bekerja daripada di rumah dan tidak melakukan apa-apa. Apalagi, sepertinya Saga juga libur hari ini. Terlihat lelaki itu masih bergelung di atas ranjang dengan selimut menutupi separuh tubuhnya."Lian, kamu tidak bisa memforsir diri begitu. Ad
Satu jam pertama bersama Miko.Belum apa-apa, Lian dan Saga sudah kuwalahan mengikuti pergerakan aktif Miko. Sebenarnya Anggi memberikan makan Miko apa sampai-sampai jadi super aktif begini? Tidak mungkin kan diberi bayam kalengan seperti popeye?Bayi delapan bulan ini kesana kemari merangkak, meraba dan mencari pegangan apapun untuk bisa berdiri. Bibirnya juga tidak bisa diam dan mengoceh tidak jelas. Kadang mengikuti Lian atau Saga bicara. Tak jarang Lian memekik saat tangan mungil itu memegang sesuatu yang tidak seharusnya dijadikan mainan seperti kabel, hiasan berbahan kaca di samping TV, saklar yang dipasang pendek di dinding dan lain sebagainya.Sementara Saga juga tak kalah sibuknya menyingkirkan rak kaca ringan yang terpajang di ruang tengah. Mengepel lantai saat Miko menumpahkan kuah makannya yang dibawakan Anggi. Pokoknya keduanya sangat sibuk dan tidak berhenti menggeram karena kelakuan bocah ini. Rumah mereka memang bukan rumah yang r
Tiga jam bersama MikoRasa lelah membuat Lian dan Saga sedikit menutup mata. Mereka kira, Miko akan tertidur setelah minum susu. Namun ternyata, botol itu terlempar di wajah Saga dan membuatnya terbangun dari tidur ayamnya. Ia kaget dan meringis karena hidungnya sakit terkena botol. Bocah gembul ini bukannya terlelap, ia justru senyum-senyum dan mulai memutar tubuhnya dan bergerak-gerak."Astaga ... " Saga menepuk jidatnya. "Kenapa tidak tidur Miko? Uncle lelah sekali. Itu lihat, aunty saja sudah memejamkan matanya. Kamu juga harus bobok ya." Saga membantu Miko untuk berbaring kembali.Namun, dasar bocah ini memang aktif. Minum susu seolah menjadi penambah energinya, Miko pun kembali tengkurap dan merangkak maju mundur.Melihat Saga terduduk lemas, Miko justru tertawa girang sekali. Saga memancing lagi dengan tertidur dengan dramatis dan lagi-lagi ia tertawa kencang sambil menggerakkan kaki tangannya antusias. Padahal Saga tidak sedang beniat menggoda atau menghibur Miko. Receh sekali
Lian memandangi wajah mungil dengan pipi gembul dan sisa biskuit di sekitar bibir dan wajahnya itu. Setelah drama minum susu dan pup, akhirnya Miko tidur juga sambil menonton kartun.Miko tidur di pangkuan Lian dengan tepukan-tepukan ringan tangan Lian di bokong anak itu. Seolah itu adalah penghantar lelap yang baik. Saga masih di sebelahnya, ia juga sama terdiamnya melihat Miko yang terlelap begini. Kadang sesekali Saga juga ikut mengusap kepala Miko."Kalau tidur begini, dia tidak seperti bocah paling aktif sedunia," ujar Saga."Sepertinya semua bocah juga seperti ini. Tapi herannya Anggi tidak pernah mengeluh. Padahal dia tidak punya nanny di rumah. Sering ditinggal Fadil kerja dan mengurus rumah sendirian.""Mungkin karena Anggi pernah kehilangan anaknya dua kali. Maka dengan dia enjoy, tulus dan tidak mengeluh merawat Miko, itu sebagai bentuk rasa syukurnya setelah badai menerpanya dan kini punya anak ini."Lian menipiskan bibirnya. "Mungkin." Anggi memang pernah kehilangan ana
Lian ikut tidur siang bersama Miko. Setelah sekian lama, akhirnya ia bisa kembali merasakan yang namanya tidur siang. Hal yang sangat mahal mustahil dengan kegiatan dan kesibukan pekerjaannya selama ini. Mentok, ia hanya bisa tidur siang di kantor atau studio, itupun hanya bersandar di kursi atau bean bag yang ada di ruang fitting.Siapa sangka tidurnya pun kali ini sangat nyenyak sekali. Ia bahkan tidak tahu sudah berapa lama tertidur. Lalu tahu-tahu, ia merasakan tepukan ringan di bahunya.Matanya membuka, ia mengumpulkan nyawa dan merasakan badannya jadi terasa lebih relaksdan lentur. Ini tidur berkualitas yang tidak pernah Lian dapatkan beberapa tahun terkahir dan kini ia mendapatkannya. Anehnya, ini terjadi saat ia sedang lelah-lelahnya mengurus satu keponakannya. "Lian," panggil Saga saat Lian sudah membuka matanya dan meluruskan tubuhnya.Lian menoleh ke sampingnya dan Miko tidak ada di sana. Matanya mencari-cari bocah gembul itu. Ia pun bingung lalu menatap Saga penuh tanya.