Belicia baru saja memarkirkan kendaraannya di parkiran Aroon's Company. Wanita itu kemudian berjalan menghampiri seorang pemuda yang sedang berdiri menyandar pada body kendaraan roda empat dengan satu kaki agak ditekuk, kepala menunduk, mata berfokus pada ponsel yang berada di tangannya. "Hai ...," sapanya tiba-tiba membuat si pemuda sedikit berjingkat karenanya. "Alessandra di dalam?" lanjutnya berbasa-basi. Mervile mengalihkan atensinya, menepikan sebentar urusannya. "Ya ...," jawabnya datar lalu kembali menundukkan kepala. 'Sombong sekali,' batin Belicia mencibir. "Ada kegiatan Alessandra di dalam?" tanyanya lagi. "Hmm ... campaign," jawab Mervile tanpa memalingkan pandang dari pusat perhatiannya sedari tadi, di mana ia mendapat informasi mencengangkan dari orangnya. 'Oh, God ... aku benar-benar menurunkan harga diriku seolah mengemis perhatian dari bodyguard ini.' batin Belicia kesal.Belicia tak menyukai kesombongan yang terhampar di depannya ini. Bukannya merasa tersanjung
Belicia berbalik, menoleh padanya. "Maksudmu ... dia belum datang?" tanyanya dengan alis nyaris bersatu. "Benar, Nona," sahut karyawan berkemeja gading tersebut membenarkan lantas berlalu begitu saja. Belicia tiba-tiba mengulik memorinya, dan tepat berhenti pada memori semalam. "Payah sekali dia," cibirnya. "Kalau saja kutahu kehadirannya kubutuhkan saat ini, semalam akan kuantar dia ke tempatnya sampai selamat tak kurang satu apapun."Belicia masih membeku di depan ruangan tak berpenghuni itu. "Sebentar ... memang aku tahu di mana pria sok penting itu tinggal?" ucapnya heran sendiri kala teringat kalimat terakhirnya beberapa detik lalu. Belicia lantas berlalu, mengayunkan tungkainya menuju ruangan lainnya. Ruangan yang lebih besar, megah dan tentu saja eksklusif.Wanita itu berjalan, berlenggak-lenggok dengan percaya diri, meskipun beberapa kali mengalami insiden memalukan dan tak menyenangkan di gedung ini. "Ups!" Belicia menabrak seseorang sehingga orang tersebut nyaris hilan
Telinga Tuan Aroon terasa panas, sudut bibirnya berkedut, rahangnya mengeras, darahnya mendidih ia rasakan, amarahnya ingin meledak-ledak, namun tampilan luarnya tampak tenang. Wanita kurang ajar ini harus diberi pelajaran. "Katakan saja di mana malam ini kau ingin menunjukkan kepiawaianmu. Caramu membuatku senang wajib diseleksi. Akan kutentukan kau masuk kualifikasi atau tidak," kata Tuan Aroon, masih dengan tatapan lurus ke depan, tanpa memandang wanita yang menawarkan diri padanya. Tuan Aroon kemudian menarik pergelangan tangan kanan Belicia, membawa wanita itu berada di pangkuannya. Ia kemudian berbisik di telinga Belicia, "Di mana kita akan bercinta nanti malam?"Mata Belicia terbelalak, ia mengira salah dengar, namun ia tak ingin menampik keberuntungan ini. Tidak. Telinganya baik-baik saja, dia tidak salah dengar. Belicia nyaris tak percaya, meski respons ini yang memang ia inginkan. Namun, ini benar-benar mengejutkan. Belicia menoleh padanya. "Be-benarkah?" tanyanya mema
Meski dalam pencahayaan amat temaram sebab sumber pencahayaan ruangan hanya mengandalkan beberapa lilin kecil, Belicia hanya dapat melihat lengkungan lebar pria di ujung sana, di depan pintu yang sudah tertutup sempurna. Lampu ruangan memang dimatikan beberapa detik lalu ketika ia sudah siap menunggu kedatangan sang calon rekan bercinta dengan duduk manis di ujung ranjang. Belicia kini mulai beringsut turun dari singgasana bertakhtakan birahi yang akan menjadi saksi bisu malam panasnya. Gerakannya melangkah begitu sensual, menggoda, menggairahkan. Tepat sampai di depan sang pria, Belicia berjinjit, lalu mengalungkan tangan pada leher pria berbalut pakaian formal tersebut. Sang pria menyambut hangat, melingkarkan tangan pada pinggang Belicia. Dapat pria itu rasakan, kembar kenyal Belicia menekan kuat dadanya. Tangan pria itu kemudian meremas bokong padat Belicia hingga beberapa detik lamanya. Napas keduanya saling menerpa, menyapu kulit satu sama lainnya. Tak ada suara yang turut se
Belicia nyaris tak percaya dengan penglihatannya. Pria yang telah membawanya melayang ke awang-awang bukanlah pria sejuta manfaat yang ia harapkan. Bukan pria yang membuatnya percaya diri seharian. Bukan pria pemicu dirinya memakai perawatan super mahal guna merenovasi dan memodifikasi penampilan demi menunjang performanya pada malam penaklukan. Sudah berapa anggaran yang perempuan itu gelontorkan? Siapa pria ini ... yang dengan lancang dan kurang ajar memanfaatkan tubuhnya. Ia sangat ingin merutuk dirinya sendiri yang begitu bodoh terlambat menyadari manipulasi ini. Tapi kebodohannya tak bisa disalahkan sepenuhnya sebab postur si pria amatlah mirip Tuan Aroon. Pria yang telentang dengan badan dibanjiri peluh tersebut menyeringai, lalu ia bangkit dan bersandar pada sandaran ranjang. "Bukankah terlalu terlambat waktunya memperkenalkan diri, Sexy?"Mendengarnya, seketika membuat Belicia meradang, matanya menunjukkan kilatan nyalang, wajahnya yang agak bulat merah padam. Ia kemudian b
Pria dengan sorot mata cokelat menatap layar datar yang bertengger gagah di tembok berselimut wallpaper perak seraya mengulas senyum samar. "Tak tahu senyum itu asli atau hanya manipulasi karena kau sedang tampil di TV, aku senang akhirnya dapat melihat lengkungan bibir yang sudah lama kau renggut dari penglihatanku," monolognya terdengar dalam. Mengingat semenjak saat itu, sang wanita pujaan menunjukkan sikap dingin dan acap kali melempar senyum sinis padanya. Ia menyadari dan mengerti bahwa respons wanita itu sangatlah lumrah. Siapa yang tak hancur melihat detik-detik ayahnya mengalami kenahasan pengantar nyawanya melayang. Siapa yang tak marah ketika mengetahui fakta bahwa orang yang selama ini dianggap pelindung dan pengayom justru figur yang berada di sana, meskipun abu-abu perannya dan ada tabir membentang di sana, namun sialnya asumsi positif tak berhasil diselipkan Tuan Aroon atas kejadian itu pada sang wanita, alih" dirinya tertuduh sebagai seorang pembunuh. "Keintiman kit
Alessandra mengernyit heran. Sembari berjalan melewati pintu kaca O-Media2 pusat perhatiannya tak berpaling sedikitpun dari pemandangan yang tidak seharusnya. Di mana sang bodyguard? Bola mata Alessandra mencari keberadaannya. "Bodyguard sebagai fasilitas perusahaan selama kau berada dalam perusahaan kami," kata Tuan Aroon sembari menggerakkan dagu pada seorang pria berstelan hitam ketika menangkap raut bingung wanita yang baru saja sampai di depannya. Sontak, kebingungan semakin terbaca dari wanita dengan riasan tipis tersebut. "Di mana Mervile?" tanyanya dengan intonasi serius. Tuan Aroon mengedikkan bahu lalu berkata, "Kau tak lagi memerlukannya. Bodyguard barumu ada di sini."Alessandra menusukkan tatapan tajam. "Apa yang Anda lakukan kepadanya?"Kecamuk kekhawatiran menyergap ruang dasar Alessandra. Ia mengingat pria di depannya ini memiliki dua sisi berbeda, lembut kepadanya dan sangat sadis kepada siapapun yang dianggap pengusik. Menyadari hal itu, bukan hal yang mustahil
"Kau menggunakan pengacara kita untuk membebaskan wanita itu dari jeratan hukum. O-Media3 beberapa waktu lalu kehilangan host lawas dan kau menginginkan dia hari ini di O-Media2 padahal branding kita adalah wanita menginspirasi, sedang dia? Kau tahu betul track record-nya. Apa lagi yang ingin kau pertaruhkan Axel?" Seorang pria kisaran usia di atas separuh abad tengah menatap tajam pada sosok putra semata wayang, yang digadang-gadang sebagai pewaris tunggal seluruh kekayaannya. "Karena wanita itu pula, hari ini O-Media nyaris kehilangan calon pimpinan." Kalimat itu seolah menambah daftar keburukan Alessandra, yang bahkan wanita itu sendiri tak mengetahuinya. "Aku memperjuangkan wanitaku." Axel tampak tenang meski diberondong kalimat penekanan. Ia terlihat santai menyandarkan punggung pada bahu sofa dan mendaratkan lengannya pada lengan sofa. "Aku mengirimmu ke London bukan untuk menjadikanmu pria lemah, pria naif pemuja wanita. Tinggalkan profesi ilegalmu, kembali ke rumah ini lan