Share

5. can i talk?

𝙳𝚄𝚂𝙺𝙾𝙵𝙴𝚈𝙴 𝙿𝚁𝙴𝚂𝙴𝙽𝚃𝙸𝙽𝙶

【AFTERFALL】

“Putri, apa Anda serius akan melakukannya?” untuk kesekian kalinya, Narin bertanya dengan pasrah. Ujung jarinya terasa dingin tatkala ia membantu Kaline memakai jubah, pun dengan bibirnya yang memucat lantaran panik.

“Tenang saja, aku tidak akan membahayakanmu.” Kaline berusaha menenangkan. “Kau hanya perlu memberitahuku dimana tepatnya Pangeran Cliftone bermalam. Setelahnya, kau boleh pergi. Jika aku tertangkap, aku bersumpah tidak akan menyebut namamu.”

Meski masih terlihat skeptis, Narin mengambil secarik kertas dan mulai menggambarkan denah sederhana. “Pangeran dari Voalire ada di istana bagian barat, begitu juga tamu yang lainnya. Jika saya tidak salah, kamarnya adalah satu yang paling ujung, dekat dengan balkon besar. Seharusnya tidak terlalu sulit ditemukan karena kamar milik Pangeran dari Voalire satu-satunya yang tidak memiliki penjaga di depan pintu masuk.”

Kaline mengangguk paham. Ia lantas melipat kecil denah yang sudah digambarkan Narin lalu menyelipkannya di saku kecil jubah yang ia kenakan.

“Tapi, Putri ....” Suara Narin kembali menahannya saat langkah gadis itu hendak keluar dari kamar. “Seperti yang saya bilang sebelumnya, setiap kerajaan memiliki pengawal pribadi kecuali Voalire. Penjagaan di sana seharusnya jauh lebih ketat. Anda harus selalu berhati-hati agar tidak ketahuan.”

“Tentu saja. Terima kasih telah mengingatkanku.”

Lentera yang dibawanya membawa cahaya remang-remang yang hanya mampu menyinari dua langkah di depannya. Tidak ada satupun penjaga di lorong tidak berguna ini—seperti dugaan Narin. Meski lebih cepat jika melewati lorong penyimpanan, lebih aman jika memutar melewati lorong pembuangan karena jarang ada penjaga di sini.

“Beberapa langkah lagi, seharusnya aku sudah bisa menemukan pintu kayu,” bisik Kaline berusaha mengingat semua arahan yang sudah dijelaskan dengan detail oleh Narin.

Tidak ada masalah besar sampai detik ini selain tikus-tikus yang tak jarang mengagetkan Kaline, membuatnya tanpa sengaja mengeluarkan suara.

Pintu kayu seperti gambaran Narin berdiri tepat di hadapannya. Ruangan ini adalah bekas dari ruangan pembuatan pupuk yang mempunyai lubang tersembunyi yang terhubung langsung ke salah satu ruang penyimpanan.

Kaline membuka pintu kayu tua itu perlahan-lahan agar tidak menimbulkan suara decitan. Bau busuk bangkai tikus bersama sisa-sisa sampah organik yang sudah membusuk menyambut kedatangan Kaline saat ia masuk. Meski ia sudah bersusah payah menahan napas dan menutup indra penciumannya, aroma busuk itu tetap saja masuk.

Kaline pasrah, percuma menghabiskan waktu untuk mengenyahkan aroma tak sedap ini. Ia menarik napas dalam-dalam, lantas meraba-raba dinding bata kasar berusaha mencari papan tipis yang menutup lubang tersebut.

Tidak terlalu sulit mencarinya karena ruangan ini tidak terlalu luas. Dalam hitungan menit, Kaline sudah berhasil menyingkirkan papan itu, membuat sebuah lubang yang besarnya setengah dari tubuh Kaline terpampang dengan jelas. Ada banyak sarang laba-laba dan kotoran memenuhi lubang tersebut membuat Kaline ragu untuk memasukinya.

 “Aku bisa saja menemukan bangkai tikus yang sudah membusuk di dalam sana.” Kaline berbicara pada dirinya sendiri.

Sedetik kemudian, Kaline menggelengkan kepalanya dengan tegas, menghilangkan semua keraguan yang tiba-tiba saja bersarang di kepalanya. “Aku akan tinggal di negeri aneh ini untuk waktu yang lama. Aku harus mengetahui setidaknya negeri macam apa yang akan aku tempati.”

Tak hendak berpikir lebih lama, ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam lubang itu tanpa mempedulikan sarang laba-laba yang menempeli jubah yang ia kenakan. Lubang itu sempit, bahkan seperti dugaannya, ada banyak bangkai tikus yang tergeletak di tanah kasar penuh debu. Kaline menelan ludahnya kasar, berusaha tidak mempedulikan bau yang menyeruak serta rasa pengap.

Lubang yang semakin lama semakin mengecil itu akhirnya memperlihatkan ujungnya. Cahaya remang-remang yang berasal dari obor api yang menempel di sisi dinding. Langkah gadis itu tampak semakin hati-hati. Ia memasang pendengarannya setajam mungkin, berusaha menangkap suara sekecil apapun dari ruangan penyimpanan itu.

“Biasanya tidak ada penjaga di dalam ruangan, tapi tetap berhati-hati. Tidak menutup kemungkinan jika kebetulan ada penjaga di dalam sana.” Suara penuh peringatan dari Narin kembali memenuhi kepalanya. Narin benar, segala hal tak terduga bisa saja terjadi. Ia harus berhati-hati.

Setelah menunggu beberapa menit dan memastikan memang tidak ada orang di dalam sana, Kaline akhirnya keluar. Ia meletakkan lentera yang ia bawa kembali ke dalam lubang. Selanjutnya, akan ada banyak penjaga di lorong-lorong, terlalu beresiko jika ia tetap membawa lentera. Lagi pula, lorong-lorong selanjutnya pasti diterangi dengan obor atau lilin, jadi tidak terlalu menyusahkannya lantaran harus berusaha melihat dalam kegelapan.

Kepalanya mengelilingi seisi ruangan. Ternyata ruangan ini adalah tempat penyimpanan alat makan yang biasanya digunakan untuk pesta. Barang-barang ini tidak terlalu penting. Jadi seharusnya, tidak terlalu banyak atau bahkan tidak ada penjaga di sekelilingnya.

Ia menempelkan telinganya pada bidang kayu yang menjadi akses keluar-masuk, berusaha mendeteksi suara-suara yang ada di baliknya namun nihil, sepertinya memang tidak ada penjaga di depan ruangan penyimpanan ini. Pintunya terkunci dengan rapat. Tapi untungnya, Narin memiliki akses kunci ke semua ruangan penyimpanan dan meminjamkannya pada Kaline setelah gadis itu membujuknya.

Tangannya dengan cekatan mengeluarkan kunci dari kantung jubahnya yang teramat dalam. Gembok yang melilit gagang pintu itu sudah berkarat, membuat Kaline sedikit kesulitan membukanya namun ia berhasil setelah beberapa kali percobaan.

Sama seperti sebelumnya, ia membuka pintu itu perlahan-lahan agar tidak menimbulkan suara decitan dari engsel-engselnya yang juga sudah berkarat.

Tidak ada penjaga di sini. Ini merupakan keuntungan yang amat besar bagi Kaline karena ia tidak perlu berjalan mengendap-endap. Satu-satunya ancaman yang ia waspadai sekarang tinggal penjaga yang berkeliling setiap lorong.

“Ada 14 kelompok yang bertugas berkeliling istana pada malam hari. Setiap kelompok biasanya terdiri dari 4 orang petugas. Tidak seperti penjaga pada umumnya, mereka lebih teliti dan peka. Anda harus berhati-hati, Putri. Mereka tidak akan melepaskan siapapun bahkan seorang bangsawan kelas atas seperti Anda.”

Untuk yang kesekian kalinya, Kaline membuang napasnya dengan keras, berusaha menetralkan rasa gugup yang ada di dalam dirinya. “Aku hanya perlu menaiki tangga dan melewati satu lorong lagi. Aku tidak boleh gagal.”

Langkahnya yang teramat ringan berhasil berjalan tanpa menimbulkan suara sedikitpun. Meski begitu, Kaline sama sekali tidak mengurangi kewaspadaannya. Ia terus memandang ke segala arah dengan hati-hati, berjalan menunduk untuk berjaga-jaga, dan memasang pendengarannya setajam mungkin untuk mendeteksi ancaman bahkan setelah ia menaiki tangga menuju ke istana bagian barat.

Ada banyak arah menuju istana bagian barat. Jalan yang ia lalui biasanya digunakan para pelayan oleh karena itu lebih sering tidak ada penjaga yang menjaga pintu masuk bagian barat dari sini.

 “Apa kau melihat bayangan tadi?”

Sialan! 4 orang berseragam zirah lengkap dengan pedang panjang berjalan dengan serempak dari arah berlawanan. Dengan sigap, Kaline bersembunyi di balik pilar besar. Narin benar, mereka sangat teliti dan peka. Bahkan bayangan kecil yang tak sengaja dibuatnya lantaran melewati lilin saja dapat ditangkap mereka.

 “Ya, aku melihatnya.”

 “Berpencarlah! Cari siapa pemilik bayangan itu.”

Sial! Keempat petugas itu berpencar, memeriksa satu persatu pilar yang biasanya digunakan seseorang sebagai tempat persembunyian. Kaline tidak bisa lari ke manapun. Tidak ada benda yang bisa digunakan untuk bersembunyi selain pilar-pilar yang menjulang tinggi. Jika Kaline nekat dan lari begitu saja, sudah pasti percuma. Para petugas itu mempunyai stamina yang jauh lebih bagus daripada miliknya. Mereka pasti bisa menangkap Kaline dengan mudah.

Seorang petugas mendekat ke arahnya. Tinggal 1 pilar lagi, ia akan tertangkap basah.

“Sudahlah!” salah satu dari mereka bersuara. “Para tamu dari kerajaan lain memiliki penjaga mereka sendiri. Pada akhirnya penyusup itu akan tertangkap. Tugas kita sudah selesai 30 menit lalu. Mari kita pulang.”

Tak ada jawaban dari yang lainnya, namun derap langkah yang tegas itu semakin lama terdengar semakin menjauh.

Hening terjadi cukup lama, membuat Kaline benar-benar yakin jika mereka telah pergi. Ia berbalik keluar dari balik pilar besar dan ternyata benar, para petugas itu telah pergi. Dengan cepat, ia kembali melangkah dengan hati-hati, mencari cabang lorong paling ujung yang merupakan tempat Pangeran dari Voalire bermalam.

Tak lama kemudian, Kaline berhasil menemukannya. Tidak ada satupun petugas yang berjaga di depan pintu ganda itu, membuat Kaline dengan leluasa mengetuk pintu kokoh yang berdiri gagah di depannya.

“Ada apa?”

Suara misterius tiba-tiba saja berbisik tepat di telinganya, membuat Kaline terpanjat dan menoleh ke belakang.

Seorang pria dengan surai hitam mengkilap, kulit yang pucat, bibir yang merah, serta mata merah yang menyala terang menatapnya dengan tajam, membuat Kaline merasa amat terancam meski pria itu tidak memegang senjata apapun yang dapat melukainya.

Setelah berusaha mengusir rasa gugupnya, Kaline akhirnya tersenyum meski ia yakin senyumannya tampak amat konyol. “Pangeran Sirius Cliftone Alorine dari Voalire, senang bertemu denganmu,” ucap Kaline yang tak mampu menyembunyikan rasa gugupnya, membuat suaranya terdengar bergetar.

Pangeran yang disapa hanya menatapnya datar tanpa ekspresi yang berarti. “Putri Ralenia Kaline Gard, apa yang membuatmu datang kesini?” tanyanya mengintimidasi.

“Bolehkah aku berbicara denganmu?”

“Sayangnya tidak, Putri.” Derap langkah sepatu bot berkulit rusa yang sudah dipenuhi lumpur itu menyentuh lantai kasar secara bergantian, meninggalkan Putri dari Kerajaan Eargard—sang tuan rumah—sendirian.

“Aku tidak berbicara kecuali kau memberiku keuntungan.”

»—————————–✄

𝙠𝙪𝙣𝙟𝙪𝙣𝙜𝙞 𝙄𝙣𝙨𝙩𝙖𝙜𝙧𝙖𝙢 @𝙙𝙪𝙨𝙠𝙤𝙛𝙚𝙮𝙚 𝙪𝙣𝙩𝙪𝙠 𝙢𝙚𝙡𝙞𝙝𝙖𝙩 𝙙𝙚𝙩𝙖𝙞𝙡 𝙘𝙚𝙧𝙞𝙩𝙖

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
matre amat sih pangeran wkwkw
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status