Share

140

Kecupan singkat, pujian Mas Fahry dan Khanza pada masakanku, serta ekspresinya yang menurut saat aku memintanya tak merokok di kamar tadi membuatku hari ini menjalani hariku dengan penuh semangat. Khanza dan Ghazy pun semakin akran dan menjadi pelipur lara bagi ibu mertuaku menyaksikan mereka berdua bermain bersama di dalam rumah. Suara-suara khas anak kecil membuat rumah ini terasa kembali ceria, itu yang dikatakan ibu padaku.

“Rumah ini terasa mati beberapa bulan terakhir ini semenjak kepergian Mbak mu, Nak. Ibu bersyukur sekarang masih bisa menikmati pemandangan seperti ini. Melihat cucu-cucu ibu bermain bersama.”

Aku hanya tersenyum. Satu lagi yang membuatku merasa bahagia, tadi sewaktu kembali ke dapur untuk membereskan peralatan makan Mas Fahry dan Khanza, ternyata semua sudah bersih dan tersusun rapi.

“Tadi ayah yang beresin. Katanya biar nggak ngerepotin Tante Nilam.” Itu yang dikatakan Khanza saat aku bertanya.

“Nak Nilam.” Suara ibu membuyarkan lamunanku.

“Iya, Bu.”

“Nak Nil
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Aina D
ahahah buku dengan ruas
goodnovel comment avatar
Aina D
asyikkkk nilam emang beda
goodnovel comment avatar
Anna
Bagus Nilam yg tegas vs Fahry yg menye2 sm nasya.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status