Share

57

“Maafkan aku, Tania. Jangan pergi dariku!” Suaranya bergetar. Aku menengadahkan wajah menatapnya. Bibirnya biru, sepertinya ia sedang kedinginan.

“Masuk dulu, Mas. Kelihatannya kamu kedinginan.”

Di villa memang selalu disediakan teko listrik untuk air panas beserta teh dan kopi serta segala perlengkapannya. Maka dengan segera kupanaskan air untuk membuatkan minuman hangat untuknya. Kulangkahkan kakiku dengan kaku mendekatinya sambil membawa kopi kental yang masih mengepul.

“Terima kasih,” ucapnya, dari mulutnya keluar asap menandakan ia memang sedang kedinginan.

“Udah tau mau kemari kenapa hanya berpakaian seperti ini, Mas?” Kurapatkan jaket tebal yang kupakai.

“Khanza turun dulu, ya. Ayah mau minum kopinya dulu,” ucapnya pada putrinya. Khanza pun turun dari pangkuannya. Gadis kecil itu sejak tadi hanya memeluk erat Mas Fahry, rupanya ia memang sangat merindukan ayahnya.

“Aku buru-buru, Tania. Pas dokter brengsek itu bilang kamu lagi di sini, aku langsung kemari.”

“Gibran ke sini nemu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status