Share

73

Tadi saat baru hendak kembali ke kantor dari lokasi proyek, Nasya tiba-tiba menghampiriku dan meminta bantuan agar aku mengantarnya ke kantor pengacara. Awalnya kutolak mentah-mentah permintaan Nasya, karena aku sudah berkomitmen pada Tania untuk menjauhinya. Namun tiba-tiba saja Nasya menangis, membuat beberapa pekerja lokasi memperhatikan kami.

“Kamu minta antar yang lain aja, Sya. Aku enggak bisa!”

“Mas Fahry benar-benar tega! Aku hanya minta antar ke sana, bukan minta ditemani. Akan kurang nyaman jika aku minta bantuan pada yang lain. Mereka akan tau masalahku.”

“Tapi aku enggak bisa, Sya! Bukankah sudah kuperingatkan jangan lagi mendekatiku! Aku enggak mau nanti Tania salah sangka.”

Nasya tampak kecewa, ada rasa iba melihatnya menangis. Dulu, aku tak pernah membiarkan Nasya menangis seperti ini. Aku dan Mas Farhan tak punya saudara perempuan. Satu-satunya wanita yang ada dalam hidup kami adalah ibu, sebelum ada Tania dan Khanza bagiku. Maka sejak dulu aku selalu tak bisa melihat
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status