"Wih, lo di peringkat tiga, Yan," ujar Beno cukup takjub ketika melihat daftar nama peringkat ujian tengah semester kelas mereka. "Hebat banget Bella.""Kok Bella?" tanya Beno bingung."Iya Bella. Dia lagi-lagi dapat peringkat pertama ngalahin Sani. Awalnya gue mikir waktu ulangan harian dia cuma beruntung karena Sani yang sempat sakit, tapi gue rasa emang Bella bisa ngalahin Sani. Bahkan dia juga bisa buat nilai Vian meningkat pesat."Vian tersenyum lalu mengangguk menyetujui ucapan Regan. "Emang beruntung gue punya cewek kayak Bella.""Apa gue pacaran sama Bella juga ya biar nilai gue bisa bagus kayak Vian."Seketika Vian menatap Beno tajam. "Maksud lo apa?"Beno cengengesan. "Bercanda Yan. Makanya lo berdua bantuin gue cariin cewek dong.""Cari sendiri!"***"Loh, Vian?" "Hai!" Vian tersenyum lebar menyambut Bella yang baru saja pulang. "Kok lo di sini? Bukannya sekarang masih ada kelas? Ini kan baru jam sebelas.""Guru lagi pada rapat, makanya disuruh pulang."Bella manggut-man
"Sani! Congrats ya! Kita bangga sama lo." Beno memberi selamat pada Sani."Selamat ya, San. Lo emang hebat." Regan menimpali.Sani menggeleng. "Gue kalah.""Tim kalian kan juara dua. Gak kalah dong," ujar Beno."Juara dua tetap kalah sama yang juara satu, kan? Dari awal target gue juara satu bukan juara dua." "Harusnya lo bersyukur dan bangga sama diri lo, San. Karena lo bisa sampai dititik itu. Juara dua juga bukan hal yang buruk, kan? Masih ada banyak kesempatan. Jadi lo jangan patah semangat," ucap Vian."Thanks Yan, tapi gue lagi gak butuh kata penyemangat. Dan lo juga harusnya tahu kalau pencapaian gue ini gak ada apa-apanya di mata bokap gue." "Tapi kan ....""Udah ya, gue mau masuk kelas dulu." Sani menyela lalu pergi.Mereka bertiga seketika mengembuskan napas. "Yan, Bella gak kenapa-napa, kan?" Beno bertanya.Vian mengerutkan keningnya. "Kenapa lo nanya gitu?""Ya enggak, cuma kasihan aja Bella sama Alan. Mereka udah berhasil juara dua, tapi reaksi Sani kayak gitu.""Bella
"Arabella!" Mendengar namanya dipanggil, sang pemilik nama lantas menoleh."KTP lo jatuh." Cowok itu mengembalikan kartu identitas milik Arabella."Makasih." Arabella menerimanya. Tidak sadar kalau kartu identitasnya jatuh. Maklum, karena ia tidak pernah menyimpan kartu identitasnya di dompet. Walaupun sudah diperingati berkali-kali oleh ibunya.Cowok itu kemudian tersenyum. "Nama lo cantik kayak orangnya. Kenalin gue Alvian. Panggil aja Vian." Cowok bernama Alvian tersebut menjulurkan tangan hendak berkenalan dengan Arabella. Tampak tertarik dengan Arabella."Bella!" Seorang cewek berlari menghampiri mereka."Ayo, gue cariin daritadi juga."Arabella pun pergi bersama cewek tersebut. Meninggalkan Vian yang masih tersenyum. "Menarik. Gimana pun gue harus ketemu dia lagi."******************************
"Bella! Bella bangun, nak. Udah pagi. Kamu harus berangkat sekolah." Bella menggeliat kecil kala sang ibu membangunkannya."Ayo mandi dulu. Ingat, kamu udah pindah ke sekolah yang baru. Jangan sampai telat," ucap sang ibu."Iya ma." Bella pun beranjak dari kasur lalu bergegas ke toilet untuk mandi. Ini adalah hari pertamanya ia bersekolah di sekolah yang baru. Jangan sampai ia mendapat kesan buruk dihari pertamanya bersekolah.Tak lama kemudian, Bella sudah selesai mandi dan berpakaian. Bella pun turun ke bawah untuk sarapan bersama kedua orang tua dan juga kakaknya. Ya, Bella memiliki seorang kakak laki-laki yang kebiasaannya menjahili Bella."Pagi Pa, Ma, Kak.""Pagi sayang.""Ingat pindah ke sekolah baru jangan bikin masalah," ucap sang kakak, Baron."Iya bawel." Bella mengunyah roti yang sudah diolesi dengan selai coklat kesukaannya.Setelah menghabiskan sarapannya, Bella pun berpamitan pada kedua orang tuanya."Mau gue antar gak?" tawar Baron.Bella menoleh pada kakaknya dengan
"A ... Arabella?"Bella terkejut. Bagaimana tidak terkejut. Vian mengetahui namanya. Dan tatapan cowok itu seolah sudah mengenali Bella sebelum Bella pindah ke sekolah ini. Padahal Bella baru pertama kali bertemu Vian.Tidak hanya Bella yang terkejut, Sita, Regan dan Beno pun ikut terkejut. Apakah mereka berdua saling mengenal?"Lo tahu nama gue?" tanya Bella masih terkejut.Vian mengangguk lalu tersenyum. "Gue yang waktu itu balikin KTP lo."Bella terdiam sejenak. Beberapa detik kemudian ia pun sadar. Kini Bella mengingat Vian. Cowok itu yang ia temui saat ia masih di Surabaya."Udah ingat, kan?" tanya Vian ketika merasa Bella sudah mengingatnya.Bella hanya mengangguk. "Gue yakin lo udah lupa nama gue. Jadi gue mau kita kenalan. Gue Vian." Vian menjulurkan tangannya."Bella." Vian hanya tersenyum karena Bella tidak menyambut tangannya. Sedangkan Regan dan Beno yang berada di belakang Vian hanya menahan tawa. Karena baru kali ini Vian diabaikan oleh cewek."Mau gabung sama gue? Keb
Bella baru saja selesai mencuci muka. Ia mengeringkan dengan tisu lalu memakai serangkaian skincare. Saat sedang sibuk dengan kegiatannya, terdapat sebuah notifikasi di ponselnya.Bella hanya menoleh sejenak, lalu kembali melanjutkan kegiatannya yang hampir selesai.Setelah selesai, Bella langsung mengecek ponselnya. Ternyata notifikasi dari media sosialnya yaitu instagram. Di sana tertulis kalau akun dengan nama pengguna Alvian baru saja mengikuti akunnya.Untuk memastikan kalau tidak salah orang, Bella pun mengecek profilnya. Dan benar saja ternyata akun tersebut adalah milik Alvian yang ia kenal. Alih-alih menekan tombol untuk mengikuti akun Vian, Bella malah menekan tombol blokir.Bella kembali menaruh ponselnya di nakas, kemudian memilih untuk tidur.*****"Kenapa lo?" tanya Regan melihat Vian yang sedari tadi menatap ponsel. Seperti sedang menunggu sesuatu.Saat ini Regan dan Vian sedang berada di rumah Vian. Keduanya hampir setiap malam datang ke rumah Vian karena cowok itu yan
Vian menatap Bella sembari tersenyum. Akhir-akhir ini memperhatikan Bella menjadi kesukaannya. Bella merupakan gadis cantik yang mampu menarik perhatiannya."Kedip dong," ujar Regan.Vian tidak peduli."Gue gak pernah percaya sama cinta pada pandangan pertama, tapi ternyata benar-benar ada, ya," kata Beno sambil geleng-geleng."Mana terjadi sama teman kita lagi," timpal Regan.Vian mengalihkan pandangannya pada Regan dan Beno. "Gue mau minta pendapat lo berdua.""Apa?" Kompak keduanya."Gimana cara deketin cewek?"Keduanya tertawa membuat Vian menatap tajam mereka. "Jawab!"Mereka langsung berhenti tertawa. "Em, gue mau mastiin. Lo beneran mau pacarin Bella atau cuma penasaran aja?" Beno bertanya."Dan kayak yang kita bilang sebelumnya Bella susah dideketin. Anaknya dingin. Lo yakin?" Regan menimpali.Vian mengangguk. "Yakin. Makanya lo berdua harus bantuin gue.""Kenapa kita harus bantuin lo?""Kan lo berdua yang pengalaman deketin cewek.""Iya, tapi kan kita gak pernah deketin cewe
Bella berjalan menuju kelas Vian. Bella ingin mengembalikan jaket cowok itu. Semalam, Bella sudah menaruhnya di dalam tas agar tidak lupa.“Eh, ini anak baru yang ditaksir Vian, ya? Cantik sih, tapi gak cantik-cantik amat. Cantikan juga gue.”“Iyalah. Cantikan lo kemana-mana kali. Kayaknya Vian dipelet deh sama dia.”Bella mendengar omongan mereka, tapi Bella mengabaikannya. Bella merasa tidak penting mengurus hal sepele seperti itu. Lagipula Bella sudah biasa mendapat omongan seperti itu. Baginya itu hanyalah hal biasa.“Pagi Bella. Tumben ke kelas kita. Mau cari Vian, ya?” ucap Regan sembari tersenyum.Bella hanya mengangguk.“Vian belum datang. Kayaknya dia datang telat.”“Boleh minta tolong?” pinta Bella.“Boleh-boleh. Mau minta tolong apa?”Bella memberikan jaket Vian. “Tolong kasih ke Vian.”Regan pun menerimanya. “Oke Bell.”Regan menoleh pada kedua cewek yang tadi menjelek-jelekan Bella. Sampai sekarang pun keduanya masih membicarakan Bella.“Lo berdua gak ada kerjaan, ya? Pag