Anton menatap benci pengacara itu. "Kamu sengaja menjebakku? Dasar pria bejat!""Dari awal saya tidak bekerja sama dengan anda, saya hanya mendapat perintah dari tuan Hendra Tsoejipto, anda mengenalnya bukan?"Jantung Anton berdebar keras, dia lupa Adelio dan Kinara berasal darimana. Selama ini dirinya ikut andil menyiksa Kinara dan anak-anaknya Keluarga Kinara memang kekayaannya tidak sehebat keluarga Tsoejipto, tapi sebagai salah satu keluarga pendiri rumah sakit terbesar di Indonesia- kedudukannya bisa saja setara.Anton berlutut dan memohon. "Tolong, lepaskan aku. Aku tidak tahu apa-apa. Aku juga korban disini.""Pak Anton, apakah anda lupa sudah menandatangani beberapa dokumen mengenai peralihan keuangan?" pengacara menepuk tas kerja di tangannya. "Anda juga ikut andil penggelapan harta keluarga Tsoejipto.""Ba- bagaimana bisa aku ikut menggelapkan harta keluarga Tsoejipto? Orang bodoh pun pasti tahu untuk tidak main-main dengan keluarga itu."Pengacara mendecak. "Ck, ck, ck. Or
Kinara duduk di bangku depan ICU, masih belum punya keberanian untuk masuk. Daichi tertidur di pangkuannya, tidak mau meninggalkan Kinara sendirian dengan perasaan kalut.Sepertinya anak kecil memang sangat peka soal begini.Kinara melihat depan pintu ICU yang tertutup.Tak lama ada seseorang yang menyodorkan sebotol minuman dingin di lengan atas, kinara memutar kepalanya.Ternyata Hendra yang memberikannya. "Minum ini, jus jeruk. Bisa mengurangi efek fisik dan psikologis dari tekanan stres."Kinara menerima dan mengucapkan terima kasih sambil menundukkan kepala dengan sopan. Hendra duduk di sebelah kaki Daichu yang tertidur pulas. "Sudah masuk?"Kinara menggeleng pelan."Belum ada keberanian?"Kinara mengangguk pelan."Yah, kamu merasa bersalah jadinya begitu. Setidaknya kamu tidak meninggalkan anak itu." "Terima kasih.""Istriku ada di Inggris sedang membantu menangani sepupuku, ibu mertua kamu. Sekalian mengurus Adelio dan Ed, mereka berdua tidak ada perkembangannya.""Apakah and
"Saksi kunci apa? Siapa yang sudah melakukannya?" tanya Maya penasaran."Kamu benar-benar tidak tahu?" pancing polisi.Maya menyadari sesuatu lalu menyipit curiga. "Apakah kalian sedang memancing aku untuk mengaku?""Tidak, kami memang sudah tahu penyebab kematian ibu dari suami kamu."Maya menjadi kesal. "Beritahu aku!""Ck ck ck. Apakah kamu benar-benar tidak menyadarinya? Saat kalian berdua bersikeras menikah dan menekan mantan istri pak Adi, apa yang kalian lakukan?"Maya coba mengingat lalu terkejut, tidak lama wajahnya memucat."Sudah ingat sekarang kan."Pengacara bertanya ke Maya dengan khawatir. "Bu Maya, apakah ada sesuatu yang belum anda bicarakan ke saya?"Maya menggigit bibir bawah. "Itu- itu hanya kebohongan, Adi yang sudah melakukannya.""Ya, karena itulah beliau kecewa lalu bunuh diri. Beliau mengharapkan kebahagiaan keluarga kecil dan ingin bu Sarah menjadi menantunya, tapi ternyata harapan itu pupus karena anak kandungnya lebih memilih wanita lain dan membohonginya."
Dimas membuka mata perlahan, menyesuaikan dengan cahaya kamar. Pertama kali yang dilihat adalah wajah Fumiko tepat di hadapannya."Hm?" kedua mata Dimas berkedip. "Apakah aku masuk surga?"Fumiko tertawa kecil. "Bagaimana bisa kamu masuk surga?""Karena aku melihat bidadari cantik."Kedua alis Fumiko terangkat. "Jadi benar para pria menginginkan surga karena dijanjikan bidadari? Apakah kamu salah satunya juga?""Wah, itu pertanyaan sulit dan menjebak. Aku tidak berani mengambil bidadari lain, tapi jika bidadarinya menemani aku sejak kecil- aku berani mengambil dan menculiknya."Fumiko memeluk erat Dimas yang masih berbaring dan menangis. "Jangan bohong ya, awas kalau kamu bohong! Aku akan mengadu pada Tuhan dan berteriak tidak adil lalu meminta pasangan jauh lebih dari kamu."Dimas tertawa. "Memang ada pria tampan dan hebat mau menerima wanita barbar seperti istriku yang cantik ini?"Fumiko menggeleng pelan. "Sepertinya tidak ada.""Syukurlah.""Aku mencintaimu, Fumi.""Aku juga."Dima
"Bagaimana kondisinya?" tanya Emiko begitu sampai. Ketiga pria menggeleng putus asa. "Adelio dan Ed?" tanya istri Donny yang cemas."Untungnya kami datang lebih cepat jadi tidak masalah, meskipun-" Donny menghela napas panjang."Meskipun apa?""Sarah hanya mencabut selang-selang yang menempel di Adelio, dan tidak ada masalah tapi Edward yang bermasalah. Dia gegar otak dan membutuhkan oksigen, mencabut oksigen mendadak lalu menutupinya dengan bantal bisa merusak otak karena kekurangan oksigen mendadak." Profesor mulai menjelaskan. "Sarah memang sudah tidak bisa disembuhkan.""Apakah dia bunuh diri?" tanya Emiko tidak percaya."Tidak, dia lari menghindari kami dan menyeberang jalan begitu saja. Dia tertabrak mobil yang melaju tinggi." Jawab Takeo.Istri Donny menggigil ketakutan mendengar kenekatan sahabat mereka.Istri Hendra menatap rumit profesor. "Sebaiknya kita masukkan saja dia ke rumah sakit jiwa, lebih maksimal perawatannya dan juga tidak mengganggu orang lain."Semua orang
Di zaman modern, semua orang selalu ingin berpikiran maju, logika dikedepankan tapi keajaiban? Hanyalah sebuah mitos jika mereka tidak mengalaminya sendiri.Termasuk Adelio yang dulu tidak percaya dengan keajaiban, bukan- bukannya tidak percaya, takut lebih tepat.Karena setelah dokter memutus alat bertahan hidup Sarah, Edward membuka mata. Seolah Sarah memberikan nyawa kepada cucunya."Cucuku, kamu sudah sadar- ah," tangis istri Donny sambil memegang tangan Edward untuk memastikan masih hidup. "Cucuku-"Edward mengedipkan mata dan melihat ayah kandungnya duduk di kursi roda dengan wajah pucat. "A-"Adelio mengulurkan tangan. "Kenzi dan Bella memanggilku daddy, kamu juga bisa."Edward terbelalak lalu tersenyum. "Daddy," panggilnya."Ya." Adelio tersenyum sedih. "Terima kasih sudah bertahan hidup, putraku."Edward mengangguk pelan lalu mengedarkan pandangan. "Mama, Kenzi dan Bella?""Mereka di Indonesia, saat ini kita di Inggris," kata Donny. "Nenek?" tanya Edward."Nenek di sini," ja
Apakah kalian percaya dengan cinta akan mengalahkan segalanya? Ini bukan masalah cinta kita bisa menjadi super hero tapi- dengan cinta kita bisa melalui semua masalah di depan. Jika salah satu patah maka yang lain menjadi penyangga. Begitulah Adelio sekarang ketika sudah kembali di Indonesia bersama lainnya, melihat proses ibu kandung dikubur tidak jauh dari tempat ayah kandungnya, dua hari setelah sidang Adit. Awan mendung seolah menyamakan hati mereka. Perjuangan yang mereka perjuangkan selama ini sia-sia belaka, Sarah lebih memilih pergi dari dunia, mengingat masa lalu menyakitkan meskipun sebelumnya sudah berani melawan."Aku kira saat di rumah Adi dan selingkuhannya, Sarah bisa melangkah ke lebih baik. Dia bahkan berani memukul Maya, tapi sekarang-" istri Donny tidak berani berkomentar lebih jauh.Adelio melihat nisan ibunya dengan sedih. "Seandainya, aku tahu ibu memendam semua itu-" sesalnya."Tidak, sampai kapanpun kamu tidak akan pernah tahu, Adelio. Sarah selalu menganggap
Tidak, ini bukan salahku.Benar, ini bukan salahku.Ini salah ayah yang terlalu berambisi supaya aku bisa mengalahkan putra kandungnya sendiri karena harta.Ini salah ibu yang terlalu berambisi supaya bisa mengalahkan ibu Adelio.Aku terseret arus pikiran mereka, makanya aku tidak salah.Kakak juga, kakak menyuruh aku mengambil Cynthia meskipun memilih Kinara supaya kakak bisa bersama Anton.Ini salah mereka, bukan salahku. Aku hanya korban di sini.Mereka juga membenci Kenzi yang cacat, aku ikut membencinya. Ini gara-gara mereka!Adit didorong masuk ke dalam sel dengan pikiran kacau. Setelah sadar, dia memegang jeruji sel dan berkata, "Aku ayah kandung Kenzi, aku belum sempat melihatnya- lagipula aku menantu pemilik rumah sakit."Kedua petugas menertawakan Adit. "Kamu sudah mulai halusinasi ya?""Kenapa? Menyesal sudah menyakiti anak dan istri?""Lagian, sok selingkuh sih. Giliran sudah jatuh malah belingsatan begini."Ejek kedua petugas lalu berjalan meninggalkan Adit.Adit mengge