Aula Utama Rumah Penyekapan Serangan lima orang pendekar hebat yang terus menerus seperti air hujan, membuat Jacob sang Serigala dibuat kerepotan. Apa lagi dengan hadirnya Michael sang Penjagal Putih yang memiliki kekuatan di atas pendekar lainnya, ditambah dengan Pedang andalan milik Master Cang Long, membuatnya harus lebih ekstra hati-hati dalam bergerak, karena setiap tebasan Pedang itu berhasil menembus dan melukai kulit kerasnya, walau sudah dilindungi dengan Aura Tenaga Dalam Tinggi! "Ayo kita hajar terus dia! Pedangku ini mampu mengiris tubuhnya! Kita akan kembalikan mahluk sialan ini ke Alam tempat dia tinggal!" seru Michael penuh percaya diri. Beberapa kali pedang Master Cang Long mampu melukai tubuh Sang Serigala! "Kakak Michael benar! Dia sudah terdesak, jangan mengendorkan serangan!" Wayan salah satu dari Tombak Iblis ikut berkomentar. "Baiklah, aku dan Awei akan giring dia, setelah ada celah kakak bisa langsung mengeksekusinya!" Morgan mulai menyusun strategi. "K
"Kamu bisa sampai ke tahap ini, sungguh manusio yang luar biasa! Aku memang sudah menduga kamu akan menjadi masalah buatku, tapi tidak kusangka kamu bisa melalui semua Ring dengan mudah! Pasukan Zombi-ku, Kelelawar ku, sampai Murid bodoh yang aku fikir bisa mengatasi mu dengan mudah! Ternyata prediksiku meleset. AKu akui, kamu cukup kuat, tapi hanya sampai di sini saja bocah! Karena kamu sudah dipastikan tidak akan bisa melihat Matahari esok hari!" suara Macron terdengar tinggi melengking. Menghantarkan kekuatan Gelombang Sonar yang bisa menghipnotis. "Untuk seorang manusia jadi-jadian yang salah kaprah, kamu terlalu banyak. bicara. Tapi itu lebih baik, setidaknya aku sudah memberimu kesempatan untuk bicara! Sekarang, aku tidak sungkan lagi untuk segera membuatmu sadar, bahwa perbuatanmu itu sungguh tidak bisa dibenarkan sama sekali, dan kamu akan segera menerima akibatnya!" jawab Langit datar. "Hahaha, sungguh menggelikan! Seonggok sampah berbicara seolah-olah dia adalah Dewa Kem
"Siapa kau?" tasnya seorang pemuda, dia mendapati dirinya berada di sebuah hutan yang lebat, nampak di depannya seorang anak kecil kurus dengan mata cekung, badan kurus kering, dan berkpala botak menatapnya dengan tatapan kosong. "Hei, nak! Kemarilah, tidak perlu takut, apakah kamu sedang tersesat di Hutan ini?" tanya sang Pemuda berusaha menenangkan. Anak kecil. itu diam tidak menjawab, lalu perlahan mundur satu tindak dari tempatnya berada. Dia nampak seperti tengah ketakutan. Bola matanya tiba-tiba berputar kesana kemari. "Apakah kamu takut? Sedang apa kamu di sini? Dimana kediua orang tuamu?" tanya pemuda itu kembali. Sekali lagi, anak itu diam tidak menjawab. Dia kembali. mundur dua tindak, semakin menjauh dari pemuda itu. "Jangan takut, aku pastikan aku akan melindungimu!" ujar pemuda itu meyakinkan. Anak itu lagi-lagi tidak meenjawab, dia bahkan kembali mundur menjauh dari sang pemuda. Beberapa suara raungan dan lolongan terdengar sayup-sayup di kejauhan. Suara binat
Area belakang Rumah Penyekapan. Semua tersenrak kaget ketika Leon memutuskan untuk bertransformasi menjadi sosok Singa Besar yang ukurannya hampir menyamai Wild The Beast Raksasa yang kini tengah mengamuk di pelataran belakang. Setelah tidak bisa mengatasi Wilder dengan kemampuan yang biasa dia gunakan, Leon akhirnya memutuskan untuk mengeluarkan jurus Pamungkas yang selama ini sangat jarang digunakannya. Tanpa mengindahkan peringatan Suci alias Dewi Bulan, Leon yang dalam sekejap suudah berubah menjadi Singa Besar berwarna keemasan langsung meraung dengan keras, sambil menerejang buas ke arah Wilder. Pertarungan dua Hewan Raksasa Super ini membuat semua yang ada di sana segera menepi ke pinggir arena. Pelataran belakang hampir seluas lima puluh meter itu terasa sempit dengan pertarungan liar dan buas yang dilakukan oleh mereka. Hampir semuanya tercengang, dengan mata hampir keluar dan mulut yang nyaris tidak bisa berkata-kata, melihat dahsyatnya oergumulan dua mahluk buas
Keadaan benar-benar diluar kendali! Kedatangan Tiga Were Wolf alias Manusia Serigala yang tanpa di duga sama sekali membuat semua yang ada di sana ikut terkejut! "Tuhanku, apa ini benar-benar nyata? Dari tadi aku melihat hal yang mustahil terus saja terjadi!" Vania terduduk ketakutan di sudut Pelataran. "Ma.. Maksudmu?" tanya Nadine. "Apa kamu tidak sadar? Coba kamu lihat, dari awal kita bertemu dengan Macan Tutul, Macan Kumbang, Lalu Bison, Songa, sekarang Serigala, apa kita sedang berada di Kebun Binatang? Atau mala Hutan Belantara yang semuanya siap memangda kita!?" "Kamu benar, tapi itu bisa saja lebih dari itu. Karena mereka adalah mahluk-mahluk yang tidak wajar, dan tidak seharusnya berada di sini," Audrey berbisik. "Lalu sekarang bagaimana? Kita sudah merasa hampir menang dengan kehadiran Singa Besar itu. Sekarang muncul tiga Serigala yang kemungkinan besar teman mereka. Apa kamu fikir kita akan menang?" "Sudahlah, sebaiknya kita tetap berfikir positif dan berj
"Aaahk!" Dewi Bulan menjerit kesakitan. Tubuhnya terlempar ke udara. Dia belum sempat mengeluarkan kekuatannya untuk menolong Leon, sebuah serangan kilat dilakukan oleh Wilder dengan cara curang, tepat mengenai punggungnya dengan telak! "Dewi!" Wu Dong, Gabe dan Wolfgang hampir berteriak bersamaan. Tubuhnya melayang di udara, dan siap jatuh terhempas ke tanah. Beruntunglah sesosok tubuh bergerak cekatan, dan segera menangkapnya. Dewi Sang Cheetah! "Hahaha! Jangan pernah berani memunggungi aku, atau kalian akan tahu akibatnya!" Wilder tertawa dengan penuh jumawa. "Dasar Kerbau sialan, aku tidak akan memaafkan mu!" Wu Dong segera melesat ke depan. Namun alangkah terkejutnya dia ketika sebuah cakar dengan kuat mengoyak punggungnya! Diego memanfaatkan kesempatan dengan cara licik, persis seperti temannya, dia melakukan serangan dadakan dengan menyerang Wu Dong dari belakang! "Aaakh!" Wu Dong terdorong ke depan dan terjatuh ke tanah dengan punggung terluka karena Cakar Diego
Beberapa saat yang lalu, Unicorn Hospital Basement. "Tuan! Kamu hebat!" Marry berteriak histeris sambil berlari, dan memeluk Langit dengan spontan dan erat. "Marry, .. Kamu... Jangan..." Langit tidak bisa meneruskan ucapannya karena Marry, gadis cantik berambut pirang itu menangis hebat di pelukannya. Seolah dia sedang melepaskan beban berat yang telah menghimpit dadanya selama ini. Langit akhirnya diam tidak berbicara. Membiarkan sang gadis menangis di dadanya. Sepenggal waktu berlalu dalam hening. Beberapa saat lalu Langit dengan tanpa ragu telah membeelah tubuh Macron menjadi dua! Membuatnya meraung kesakitan dan akhirnya tumbang do lantai dengan kondisi tubuh yang sudah tidak utuh. Beberapa saat setelah itu beberapa kejadian aneh terjadi. Kelelawar besar tersebut saling mencicit satu sama lain dengan keras lalu berputar-putar di sekitar Langit. Aura kemarahan serta kesedihan tergambar dari suara dan tingkah mereka. Namun mereka tidak mau mendekati Langit, seolah mengeta
"Kamu yang bernama Langit?" seseorang bertanya. Dengan nada keras dan tidak bersahabat.Langit yang baru saja menghirup Teh hangatnya, langsung menoleh ke sumber suara. Tiga orang pemuda seusianya, melihatnya dengan tatapan tajam."Iya, ada yang bisa ku bantu?""Oh, tentu saja ada! Ini, terimalah!"Bukk!Sebuah pukulan tiba-tiba mengenai wajahnya dengan keras! Membuatnya terjatuh dari kursi dan terjengkang ke belakang. Beberapa orang di dekatnya memekik tertahan. Situasi Cafetaria yang awalnya ramai tiba-tiba saja berubah menjadi hening dalam sekejap."Hei, Bung! Apa maksudnya ini? Datang-datang langsung main hajar! Apa kamu sudah gila?" Cahyo, teman Langit berteriak sengit, sambil membantu Langit untuk berdiri."Ini bukan urusanmu mata empat, menyingkirlah!""Tapi kelakuanmu...""Sudahlah Cahyo, aku gak kenapa-kenapa," Langit menyeka sudut bibirnya yang mengeluarkan darah."Gak kenapa-kenapa gimana? Bibir kamu berdarah! Mereka tidak boleh berbuat sewenang-wenang kayak gini, ini anark