Selepas kegiatan intim malam bersama istrinya, Adryan terbangun dari tidur. Sayup-sayup terlihat telapak tangan mungil yang sedang meraba wajah kantuknya. Hari masih terlalu pagi untuk bangun di hari libur, namun pergerakan kecil itu seperti ingin mengajaknya bermain.Di sisi kiri ternyata Helsa menghalanginya dengan bantal guling agar Devan tidak terjatuh ke lantai. Sepertinya wanita itu sedang di dapur, menyiapkan sarapan.Oh my god, jangan lupakan bahwa pria itu masih dalam keadaan naked."Good morning, my little bad boy," ucap Adryan sembari mencium gemas pipi gembul itu. Masih di dalam selimut, ia membawa Devan dalam pelukannya.Suara tawaan Devan begitu melengking ketika Adryan menggelitiknya. Gusi tanpa gigi itu terlihat sangat menggemaskan saat tertawa. Jangan lupakan bahwa bayi berusia tiga bulan itu memiliki lesung pipit."Mas Adryan!" Helsa menegurnya, ia tahu jika Devan sudah tertawa seperti itu, maka tidak lain adalah kelakuan suaminya.Terkadang Helsa merasa kesal pada A
Rumah besar bagaikan istana itu terasa sepi. Tidak ada suara tawa dan tangisnya Devan, tidak juga terdengar suara Helsa. Semuanya hilang. Adryan merebahkan tubuh lelahnya diatas ranjang king size, menatap langit kamar yang terasa kosong dengan perasaan bersalah. Sudah tiga malam ia tidur sendiri tanpa Helsa bersamanya, tanpa Devan juga.Wanitanya meninggalkan rumah semenjak kejadian itu. Helsa pergi membawa Devan ke rumah Bunda dan Ayah. Wanita itu mengadu dengan tangisan pada mertuanya. Menceritakan Adryan yang begitu kasar padanya sore hingga malam itu. Malam itu juga Bunda menghubunginya, memarahi Adryan habis-habisan. Bukan hanya Bunda, Ayah dan Jefry turut menceramahinya. Ya, dokter itu mengaku dia salah. Cemburunya berlebihan, Helsa bahkan tidak mau membawa ponselnya agar tidak diusik suaminya. "Jangan lama-lama marahnya, sayang," lirihnya. Lama berpikir, pria yang masih mengenakan kemeja kerjanya bertekad untuk membawa pulang anak dan istrinya malam ini juga. Adryan k
"Alaska? Melihat Aurora, Mas?" Matanya mengerjap berulang kali. Tidak pernah terlintas tentang Alaska dengan kecantikan Aurora di dalam benaknya. Helsa tertegun, ia menatap curiga pada pria itu. Apa mungkin dia berbohong hanya untuk mendapatkan maaf darinya? "Mau bilang Mas bohong?" Seolah tahu dengan jalan pikiran istrinya, Adryan langsung angkat bicara. Memicingkan matanya, wanita pemilik mata sayu itu masih belum percaya juga. "Biar Helsa maafin, ya? Maaf, ya, pak dokter, saya nggak akan percaya kepada anda!" "Dulu Mas pernah pergi ke Alaska bareng teman-teman kampus. Dan dari situ, Mas bermimpi akan membawa perempuan cantik ke sana," ujar Adryan. Adryan mensejajarkan wajahnya dengan wajah Helsa, "kamu nggak mau honeymoon emang?" Ah, dasar Helsa lemah. Digoda begitu saja langsung berseri wajahnya. Lihat, pipinya merah merona sekarang, ditambah lagi salah tingkahnya yang membuat Adryan ingin menerkamnya sekarang juga. "Kali ini bukan untuk permintaan maaf. Ya, karena mema
"Helsa!" Adryan menggeram buas diatas tubuh istrinya. Menikmati sensasi jepitan luar biasa yang Helsa berikan untuknya. Sempit, basah, dan terasa kencang. Setelah tiga bulan tidak menyentuh istrinya, malam ini Helsa membuka peluang untuk Adryan. Bukan karena dirayu dengan festival makanan, tapi Helsa yang tiba-tiba saja membahas itu dan Adryan pun terpancing. Sudah sejak pukul sebelas mereka bergulat hingga pukul satu dini hari, Adryan tidak meloloskan istrinya begitu saja. Tiga bulan tanpa melakukan hubungan intim bersama Helsa, bahkan Adryan tidak bermain solo. Bagaimana bisa ada pria dewasa yang sekuat Adryan tanpa sex? Padahal ada istri yang setiap hari tidur bersamanya. Malam ini Devan tidur di kamar yang memang sudah disiapkan untuknya dari awal. Dan hal itu membuat Adryan mengambil kesempatan besar. Adryan tidak kasar, tidak juga lembut malam ini. Namun terlihat jelas senyuman dari bibir Helsa disela desahannya. Helsa menikmati setiap sentuhan itu, bahkan tidak keber
"Anjani, namanya." Helsa menggenggam jemarinya, menunduk dalam, mendengar penggalan kisah masa lalu suaminya. "Perempuan dengan segala kurang ajarnya memanfaatkan Adryan." Bunda menatap lurus keluar jendela kamar putra bungsunya. Sebuah kotak di tangan nya berisi dokumentasi kelam Adryan. "Kata Mas Adryan, dia nggak pernah pacaran, Bunda," seru Helsa yang saat ini duduk di bibir ranjang. Bunda mengangguk, mengerti mengapa Adryan tidak pernah menganggap perempuan bernama Anjani adalah mantan kekasihnya. "Helsa, Bunda minta kamu datang hari ini karena Bunda mau meluruskan semua. Tentang perubahan pada Adryan." Bunda memberikan kotak merah tersebut pada Helsa, mengijinkan menantunya untuk melihat isi kotak tersebut. "Boleh, Bunda?" tanya Helsa. "Kamu berhak, sayang," cetus Bunda. Sungguh Helsa tidak ingin tahu apa yang terjadi di masa lalu suaminya, tapi berbeda dengan Bunda yang tidak ingin ada rahasia di pernikahan Adryan dan Helsa. Helsa membuka tutup kotak tersebut
Hari terakhir Adryan menjalankan tugas kemanusiaannya. Karena besok jadwal keberangkatannya bersama Helsa ke Alaska.Soal masa lalunya yang terkuak, Adryan sudah mengetahui bahwa Bunda yang memberitahu Helsa. Adryan tidak marah, karena Helsa memang harus mengetahui hal tersebut. Dia salah telah merahasiakan semuanya dari Helsa.Karena besok masa cutinya sudah berlaku, Adryan menggerakan segala tenaga untuk menyelesaikan seluruh urusannya."Gue nitip apa, ya dari Alaska?" pikir dokter Marcell. Pria itu sedari tadi menggoda sahabatnya yang akan honeymoon."Oh, nitip ponakan baru deh," lanjutnya.Adryan melempar gumpalan kertas ke arah dokter Marcell, "Devan masih kecil. Bini gue harus kuliah dulu."Marcell tergelak, "Ya siapa tahu lo kebablasan," timpalnya."Nggak akan, lah. Helsa harus kuliah, perempuan harus berpendidikan," cetus Adryan."Kalau ada yang bilang perempuan nggak usah capek-capek sekolah karena ujungnya di dapur, gue nggak setuju!" Sekali lagi Adryan mengeluarkan unek-une
Alaska, 31 desember 2017Malam pergantian tahun di Alaska, tidak ramai seperti biasa. Hanya ada beberapa pengendara mobil yang berlalu lalang dan beberapa penghuni perumahan yang sedang berdiri sebatas pintu rumah. Mungkin karena salju dimana-mana yang membuat orang malas untuk keluar. Mereka lebih memilih untuk menghabiskan malam pergantian tahun bersama keluarga di rumah. Berbeda dengan yang lain, Helsa ingin menghabiskan waktu diluar Villa mereka tempati. Tidak jauh dari penginapan, ada sebuah tempat yang tengah mengadakan pesta kembang api. Sudah hampir dua minggu pasangan suami istri itu di Alaska, meninggalkan Devan bersama Bunda dan Ayah. Sebenarnya Adryan malas keluar, tapi istri kecilnya yang memaksa."Dinginkan? Makanya nggak usah sok ngajak keluar," kata Adryan. Ia genggam tangan wanitanya lalu dimasukan ke dalam saku jaket tebal. Tempat yang dikunjungi sangat ramai, ternyata yang sepi hanya jalanan kota Alaska. "Sekarang jam berapa, Sayang?" Adryan memalingkan waja
"Devan, Daddy's home!""Daddy, Daddy apaan lo!" sahut seorang pria yang tentu saja Jefry mengenali suaranya.Jefry terlonjak melihat Helsa dan Adryan yang sedang duduk bersama Ayah dan Bunda di ruang tengah.Dua minggu lebih mengasuh Devan, Jefry mengajarkan keponakannya untuk memanggilnya dengan sebutan daddy.Selama kepergian adiknya ke Alaska, Jefry meminta pada Bunda untuk mengasu Devan. Mbak Maya disuruh menjaga rumah Adryan.Jefry bahkan mengajak Viola tinggal di rumah selama dua minggu, tapi tidak sekamar karena belum menikah."Lo berdua tiba sejak kapan? Kenapa nggak bilang, biar hot daddy ini yang menjemput?"Helsa tertawa geli mendengar cetusan Jefry bahwa dirinya hot daddy."Bapak dosen yang terhormat, segera tentukan tanggal pernikahan tahun ini sebelum istri saya berangkat," tutur Adryan."Iya kali di nikahan lo, gue menduda bersama Devan digendongan," tambah Adryan."Kamu habis dari mana?" tanya Ayah pada Jefry."Biasa, Yah. Bimbingan skripsi," jawab Jefry.Lantas pria y