Anaya melempar sendok yang ia pegang. "Gue gak suka yaa kalo lo ngomong kasar sama gue,". Bentak Anaya.
"Terserah,". Jawab Gempa lalu beranjak menuju ruang tv dengan nasi goreng di tangannya."Gempa...". Teriak Anaya sangat kesal.Dia ikut beranjak menyusul Gempa menuju ruang tv. "Gempa lo denger gue gak sih?!" Kesal Anaya."Denger,". Jawab Gempa santai."Nyebelin banget si lo jadi suami." Kesal Anaya. Dia melipat tangannya di dada dengan wajah yang kesal."Gak usah kaya gitu, mau gue cip*k lo?" Goda Gempa, dia menyodorkan sesendok nasi goreng pada mulut Anaya. "Aaaaa""Apaan sih,". Ketus Anaya."Aaaaa cepet mumpung gue lagi baik mau nyuapin istri durhakot yang gak mau ngasih jatah sama suaminya,". Ucap Gempa menyindir."Gempa lo yaaa, tengil banget sih jadi orang." Teriak Anaya kesal.Gempa menyimpan piring berisi nasi goreng itu di atas meja lalu menarik tubuh Anaya kedalam pelukannya. "Apa s"Sayang,". Panggil Gempa yang sudah berada di atas tubuh Anaya."Hmmm," Jawab Anaya tersenyum."Kalo sakit lo gigit pundak gue yaa,". Perintah Gempa. Dia sudah berancang ancang untuk melancarkan aksinya."Sialll kok sempit banget, Nay. Punya gue gak bisa masuk,". Teriak Gempa kesal sendiri."Awwww pelan pelan Gem, sakit,". Ringia Anaya yang merasa sakit pada bagian bawahnya."Padahal bawah lo udah basah tapi kok susah banget sih,". Kesalnya lagi."Pelan pelan dulu Gempa. Gue kan baru pertama kali,". Ucap Anaya yang kesakitan."Udah lah foreplay aja dulu,". Kesal Gempa. Dia langsung mengecup bibir Anaya dan melumatnya dengan lembut."Ahhhh..." Desah Anaya.Ciuman Gempa turun pada leher jenjang Anaya. Tangannya pun tidak tinggal diam, dia terus meremas kedua payudara Anaya dengan lembut."Ahhh hmmmm sayanghhhh". Desah Anaya yang menikmati setiap sentuhan suaminya itu.Dibawah sana milik
Beberapa menit kemudian Gempa keluar dari kamar mandi dengan rambut basahnya. "Kenapa berhenti?" Tanya Anaya yang langsung memeluk tubuh Gempa dengan erat."Kita ke rumah bunda sekarang,". Ucap Gempa datar.Anaya mendengus. "Yaudah gue mandi dulu,". Ucap Anaya lalu berjalan menuju kamar mandi dengan wajah kesalnya.Beberapa menit kemudian Anaya keluar sudah menggunakan pakaian lengkapnya. "Kok lo pake baju kantor?" Heran Anaya karena Gempa memakai pakaian yang formal."Gue mau ke Bandung,". Jawab Gempa yang masih sibuk memakai dasinya."Ngapain?" Tanya Anaya, dia pun membantu Gempa untuk memakai dasinya."Gue di suruh ngecek proyek yang ada di Bandung, gue gak sampe nginep kok, paling agak maleman gue pulang,". Jelas Gempa."Sama siapa?" Tanya Anaya lagi."Sama sekretaris semok,". Jawab Gempa dengan santainya. By the way sekretaris Gempa itu masih Angelin karena Gempa belum sempat mencari sekretaris baru.
Mereka baru saja sampai di kediaman orang tuanya Gempa."Assalamualaikum,". Salam Anaya sopan."Waalaikumsalam,". Jawab Santi dan Angelin."Eh pak Gempa, duduk pak,". Ucap Angelin dengan suara yang di imut imutkan."Ayah mana bun?" Tanya Gempa pada bundanya karena dari tadi dia tidak melihat sang ayah, padahal dia yang menyuruh Gempa cepat cepat kesana."Ayah ada meeting katanya, jadi yang ke Bandung cuma kamu sama Angelin ajah,". Jawab Santi."Gue gak mau cuma berdua sama dia,". Kesal Gempa. Dia menatap sinis kearah Angelin yang memakai pakaian serba minim itu."Gempa kamu jangan kaya anak kecil, kalo ayah sampe tau kamu pasti di amuk sama dia. Cepet sana pergi nanti keburu siang,". Perintah Santi kesal sendiri dengan tingkah anak nya itu."Gue gak mau. Bunda liat dong baju dia aja kaya gitu kalo nanti di jalan ada apa apa gimana? Emang bunda mau punya dua menantu?!" Tanya Gempa menggebu.Plak
"Yaudah kita berangkat bun, titip Anaya, Assalamualaikum." Pamitnya lalu memasuki mobil dengan gaya cool nya.Gempa dan Angelin sudah berada di dalam mobil. "Paha lo tutup,". Perintah Gempa datar.Angelin tersenyum manis kearah Gempa. "Disini panas pak,". Ucapnya sambil terus menarik narik bajunya yang sangat minimalis itu sampai menampakan sedikit bagian atas payudaranya.Gempa masih fokus untuk menatap lurus pada jalan. "Pak Gempa,". Panggil Angelin. Dia mengelus tangan Gempa dengan sensual."Jauhin tangan kotor lo, jalang!" Bentak Gempa tak suka."Tapi ini gerah banget pak,". Ucap Angelin dengan nada desahan.Perlahan dia pun membuka atasannya hingga menyisakan tank top crop yang sangat minimalis itu."Astagfirullah, Astagfirullah, Astagfirullah," Gempa terus menerus mengucapkan istigfar dalam hatinya."Sabar tong ini ujian. Balik dari sini kita langsung hantam Anaya,". Ucap Gempa pada dalam hati.A
Gempa dan Angelin baru saja sampai di hotel setelah mengecek salah satu proyek yang ada di sekitar hotel tersebut."Pulang nya besok pagi aja, pak Gempa juga keliatan cape banget,". Ucap Angelin.Gempa tidak menjawab dia langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur lalu terlelap dengan begitu mudahnya.Angelin tersenyum senang melihat Gempa yang sudah terlelap di atas tempat tidur. Itu artinya malam ini mereka akan tidur berdua, karena hotel yang mereka tempati hanya memiliki satu tempat tidur.Angelin berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya sebelum ikut tidur bersama Gempa.Beberapa menit kemudian Angelin keluar dengan memakai lingerie berwarna putih polos. Entah darimana dia mendapatkan baju haram itu yang pasti sekarang dia sudah berjalan menuju tempat tidur.Sebelum Angelin meluncurkan aksinya, dia terlebih dahulu menghubungi Anaya dengan menggunakan ponsel Gempa yang tergeletak di atas nakas.Gemp
Angelin tersenyum puas saat Gempa terpaku melihat kedua payudaranya itu."Ayo di pegang,". Ucap Angelin sangat menggoda. Dia mengarahkan tangan Gempa untuk memegang kedua gundukan itu.Brak"Gempa!" Teriak Santi yang baru saja datang bersama Anaya di sampingnya.Anaya menatap lurus pada pemandangan di hadapannya. Gempa yang bertelanjang dada dan Angelin yang hanya memakai daleman saja."Bunda. Anaya." Kaget Gempa. Dia langsung menjauhkan tangannya dari dada Angelin."Kalian kesini itu untuk mengecek proyek! Bukan untuk berbuat hal tercela seperti ini!" Bentak Santi.Sedangkan Anaya, dia hanya diam dan menyender pada pinggiran pintu dengan tangan yang di lipat di dada."Nay, ini gak seperti yang lo liat,". Ucap Gempa. Dia langsung berlari kearah Anaya dan memegang kedua tangannya."Stttt, diem,". Perintah Anaya santai."Jangan marah, gu-gue beneran gak macem macem,". Jelas Gempa dengan mata yang
Flashback on"Ayo kita susul mereka,". Ajak Santi pada Anaya saat mobil Gempa sudah berjalan keluar Gerbang."Hah?" Tanya Anaya, dia masih belum paham dengan apa yang di maksud oleh bunda mertuanya."Kita susul Gempa, emangnya kamu yakin si Angelin gatel itu gak bakal godain Gempa." Jawab Santi.Anaya berfikir sejenak. "Iya juga yaa, mana tadi hampir mau nyoblos lagi, gimana kalo Gempa malah nyoblos Angelin duluan?" Batin Anaya."Anaya cepetan naik,". Teriak Santi yang sudah berada di dalam mobil."Ehh iya, bun." Anaya segera naik kedalam mobil. Santi mengendarai mobil dengan cepat agar mereka bisa memantau Gempa dan Angelin."Coba kamu buka laptopnya itu sudah terhubung sama kamera yang ada di mobil bunda,". Ucap Santi. Anaya pun segera membuka laptopnya dan benar saja, laptop itu sudah terhubung dengan kamera yang ada di dalam mobil yang Gempa dan Angelin pakai."Kamu pantau terus mereka, kalo udah kelewat bat
Anaya sedikit terusik oleh tangan kekar yang mengelus pipinya dengan lembut. "Sayang bangun," ucap Gempa sangat lembut."Hmmm," jawab Anaya masih dengan mata terpejam.CupGempa mengecup bibir Anaya cukup lama, "Bangun sayang udah pagi," ucapnya lagi.Perlahan Anaya pun membuka matanya dan menyesuaikan dengan pencahayaan di sekitarnya, "Enghhhh," Anaya meregangkan otot otot tubuhnya."Nay," panggil Gempa.Anaya sedikit mendongak menatap wajah suaminya itu, "Apa?" tanya Anaya singkat."Enggak," jawabnya sambil tercengir lalu menarik Anaya kedalam pelukannya."Aneh," ucap Anaya dan semakin mengeratkan pelukannya."Kenapa lo gak marah waktu lo liat gue sama dia hampir gituan?" tanya Gempa tiba tiba.Anaya diam sejenak, "Baru hampir kan? Belum masuk beneran. Bagi gue rumah tangga kita lebih penting daripada masalah kaya gini. Gue gak mau cuma gara gara masalah, yaa gak sepele ju