Beberapa malam ini Diana merasa gelisah dan tidak tenang, selalu terbayang wajah kedua orang tua dan anaknya. Ada apakah gerangan, pikir Diana dalam hati sehingga selalu teringat mereka, adakah dirinya sedang rindu kepada mereka semua atau orang tua yang rindu sehingga selalu melamnkan dirinya dan kontak batin sehingga terbayang-bayang selalu di pelupuk mata.
Diana pun tidak dapat tidur dengan tenang sebab bayangan ayah dan ibunya serta anaknya selalu bermain di ingatannya. Terbayang bagaimana wajah sedih kedua orang tua dan Maya, anaknya yang terlihat memanggil namanya. Tak sadar halusinasi tentang orang tua dan anaknya terbawa mimpi di dalam tidur sehingga dia menggigau memanggil, Ayah! Ibu! Maya!.
“Diana, bangun kamu mimpi yah!” tegur Mbak Suti menggoyangkan badannya agar ter
Mbak Lisa memanggil Diana ke ruangannya, mungkin ada hal penting yang akan dibicarakan. Ketika sudah siap, Diana segera menemuinya di ruang kerja Mbak Lisa. “Selamat Pagi, Mbak!” ucap Diana ketika telah berada di depan ruangan Mbak Lisa. “Iya, Pagi! Silakan masuk!” kata Mbak Lisa menjawab salamnya. Diana merasa canggung ketika memasuki ruang Mbak Lisa. Ruangan yang bersih bercat orange polos yang banyak tergantung foto-foto TKW yang mendapatkan penghargaan di luar negeri, baik dari majikan maupun dari lembaga yang berkepentingan dengan dunia kerja wanita sebagai penghasil devisa Negara.
Diana diberitahu oleh Mbak Lisa bahwa nanti siang jadwal keberangkatan dari Bandara Soekarno Hatta. Diana sangat senang mendapatkan tiket yang sudah tergenggam di tangannya, impiannya untuk bekerja ke luar negeri terkabulkan sudah. Sebentar lagi dia akan landing meninggalkan negara Indonesia tercinta untuk menjadi Tenaga Kerja Wanita dengan kontrak kerja tiga tahun ke depan. “Jam sepuluh nanti, kamu akan diantar menuju bandara!” ucap Mbak Lisa kepada Diana. ”Sekarang kamu bersiap-siap, jangan sampai ada dokumen dan barang kamu yang tertinggal di sini.” “Baik, Mbak. Insya Allah semua dokumen dan barang sudah saya packing dengan baik dan lengkap!” tutur Diana menyatakan kalau dia sudah menyimpan semua dokumen yang diperlukannya.&nb
Perjalanan udara yang mencapai tujuh jam membuat letih Diana sekaligus memberikan pengalaman pertama yang sangat berkesan bisa naik kuda besi terbang. Hanya saat landing dan take off saja terasa getaran yang sangat hebat, selebihnya ketika sudah di udara tidak terasa getaran keras lagi kecuali saat melintas di atas awan seperti naik mobil ketika melewati polisi tidur getarannya. Deg-deg perasaan hati Diana begitu pesawat sudah mendarat di Bandara tujuannya, kemudian dicarinyalah tulisan atas namanya di karton oleh penjemputnya. Kata Mbak Lisa majikannya akan didampingi oleh agen penyalur perwakilan biro jasanya di sana yang tentu saja orang Indonesia dan telah lama tinggal di sana sehingga sudah mahir berbahasa negara tersebut. Begitu amazing Bandara ini, begitu menuruni anak tangg
Sepulangnya Pak Sambodo dari rumah majikan Diana, sang majikan memang menyuruh Diana untuk istirahat di kamarnya memberikan kesempatan untuk menyegarkan diri setelah menempuh perjalanan udara yang panjang. Diana memanfaatkan waktu istirahatnya dengan baik agar tenaganya kembali pulih dan fit sehingga siap untuk bekerja. Diana mulai harus beradaptasi dengan bahasa yang digunakan majikannya, olehkarena sambil tiduran dia membuka kamus yang sengaja dibelikannya ketika masih berada di penampungan karena menurut Mbak Lisa akan sangat berguna menterjemahkan kata yang ingin kita sampaikan kepada majikan jika ditanya atau sebaliknya jika menjawab pertanyaan majikan. Tata bahasa umum yang biasa digunakan dalam percakapan dipahami benar-benar oleh Diana sebab sekaranglah waktunya untuk menggunakan bahasa tersebut.&nbs
Capek! Tentu saja begitu terasa di hari pertama bekerja walaupun di rumah tapi pekerjaan membereskan rumah itu tiada hentinya, jika dibandingkan dengan pekerjaan kantoran masih enaklah bekerja kantoran yang mempunyai SOP kerja yang jelas berbeda di rumah tangga yang harus dua puluh empat jam non stop siap sedia melayani kebutuhan dan keperluan majikannya. Hampir tidak ada waktu yang dapat digunakan untuk beristirahat sebab semua waktu seperti terplot begitu saja, selesai pekerjaan yang satunya, masih ada lagi pekerjaan lain yang sudah harus diselesaikan. Sepanjang pagi mulai dari Subuh selesai salat, Diana sudah berada di dapur memasak menu santap pagi majikannya dan membuat minuman hangat yang siap disajikan untuk penghuni rumah. Beruntunglah penghuni rumah tidak terlalu banyak sehingga tidak terlalu banyak pesanan minuman berlainan yang harus dibuatkan olehnya.&nbs
Diana terus bekerja dan bekejaran dengan pandangan aneh Tuan Mudanya yang selalu mencari kesempatan untuk bisa berduaan dengan Diana. Dalam hati Diana senang bisa berduaan dengan Farel, kapan lagi bisa mengobrol bebas sambil memandang wajah ganteng, tubuh atletis tinggi besar, perawakan kebanyakan pria timur tengah yang digilai oleh setiap wanita. Diana selalu mabuk kepayang jika bisa berdekatan dengan Farel, ada nuansa nakal yang selalu keluar dari dalam dirinya memunculkan gairah tinggi yang mendekam dirinya sehingga membuatnya semakin tersiksa saja. Diana selalu berusaha untuk menghidari kontak dengan Farel, tapi Tuan Muda seprtinya mengetahui watak Diana sehingga dia mencari waktu yang tepat untuk menjalankan aksi nakalnya. “Diana, kamu mau saya ajak jalan-jalan menginap di hotel?
Kita tinggalkan Diana dengan kisahnya sebagai pembantu rumah tangga Nyonya Aminah di negeri jazirah Arab, kini kita tinjau keadaan orang tua Diana yang memulai kehidupan yang baru sebagai pekebun paruhan yang tersembunyi di atas bukit hutan kawasan Gunung Ujan Mas, menjalani kehidupan prihatin agar tidak diketahui oleh orang banyak jika mereka adalah buronan pihak berwajib. “Bapak/Ibu bisa memaruh kebun saya, saya masih mempunyai kebun lainnya di pematang sebelah,” begitu kata pria yang pondoknya ditumpangi menginap oleh mereka ketika tiba di gunung ini pada malam hari. “Masih ada stok permakan untuk seminggu di dalam pondok, minggu depan saya bawakan lagi!” ucap pria tadi menyatakan jika dalam pondok masih terdapat jatah permakan berupa beras tentu dengan garam dan yang lainnya ala kadarnya.&n
Setelah kematian Rojali, kaum batin muda mengalami masa transisi kepemimpinan dari yang tadi penuh keberanian mendobrak petuah tetua adat menjadi agak penurut dan manut dengan tetua adat kampung sebab ketua batin muda terpilih saat ini sudah berpikir lebih realitas menyeimbangkan antara keberadaan dan kemajuan zaman modern saat ini. Beberapa kekakuan yang dulu ditanamkan semasa Rojali menjabat ketua sekarang ditiadakan, saatnya kaum batin muda lebih humanis dalam bertindak dan bersikap menyeimbangkan ajaran agama dan hukum yang tegak di Negara Kesatuan Republik Indonesia tercinta ini. “Ah, kurang seru Ketua batin muda sekarang, lebih penurut kepada aturan adat dan Negara sehingga tidak bisa leluasa lagi bertindak semena-mena kepada istri kita apalagi untuk beristri lagi harus mendapatkan izin istri tua. Kalau tidak diizinkan tidak boleh menikah, menikah untuk kedua kalinya a