Part 21Pagi ini, aku sudah sibuk memasak. Masakan sederhana tapi sangat disukai ibu. Terong balado dan peyek udang, aku juga masak ayam goreng untuk Arin. Ya, gadis itu paling suka ayam goreng bikinanku. "Masak apa, dek?" tanya mas Aris ingin tahu. "Seperti yang kau lihat mas, ibu pasti akan suka ini kan?" Jawabku sembari tersenyum lebar. Ya, ada rasa bahagia menelusup di hati ini. Kala kami akan pergi menemui ibu, setelah berbulan-bulan aku tak kunjung pulang, hati ini beneran rindu. Rindu pada sosok ibu yang cerewet itu. "Ya, tentu saja. Masakanmu kan enak dek..." sahut Mas Aris. Ya hanya dia yang selalu memuji kalau masakanku enak."Apa ibu akan menerima kita?" tanyaku ragu. Ya sedikit ragu, takutnya seperti waktu itu, kami diusir tanpa ampun."Insyaallah... Gak usah khawatirin hal seperti itu, yang penting kita usaha dulu, minta maaf sama ibu... Soal hasilnya nanti, kita serahkan sama Allah," sahut lelakiku yang manis ini."Hmmm... Terima kasih mas, kau selalu menyemangatiku.
Part 22 Untuk pertama kalinya kami makan bersama, dengan kondisi ibu yang sudah menerima kami. Karena biasanya aku lebih memilih makan sendirian, itupun nanti kalau ibu dan anggota lain sudah makan lebih dulu. Ya, dulu aku terlalu takut menjadi bulan-bulanan ibu."Dengar-dengar sekarang Aris jadi mandor? Dan kamu juga ikut kerja, wi?" tanya ibu. Sebuah senyuman mengembang di wajah tuanya. "Oh iya, Bu. Alhamdulillah, mas Aris ditunjuk sebagai mandor proyek. Dan aku juga kerja di tempat mas Aris, ya walaupun cuma jadi tukang masak..." jawabku sambil tersenyum."Alhamdulillah, ibu ikut senang dengarnya...." lanjut ibu. Kali ini suaranya benar benar lembut. Entah apa yang membuatnya berubah. Tapi aku senang sekali. Akhirnya ibu menyayangi kami dan tak membedakan kami lagi.Aku tersenyum begitu juga mas Aris."Doakan kami Bu, agar kami bisa sukses seperti yang ibu inginkan...""Iya nak, semoga kalian bahagia ya...""Terima kasih, Bu..."Aku bahagia mendengar doa ibu. Doa kebaikan yang ta
Part 23Malam itu Arin pergi menemui pacarnya. Pacar yang dia kenal dari dunia maya, yaitu facebook. Dia sudah berkenalan dengan pacar sosmednya itu dari beberapa bulan terakhir. Pacaran, kirim pesan dan juga video call. Arin merasa sangat cocok berteman dengnnya. Maka dari itu dia mau menerima diajak pacaran secara online. Toh gak ngapa-ngapain, pikirnya. Namun, baru beberapa hari ini Arin mulai setuju menemui lelaki itu. Ya, lelaki itu selalu meminta untuk bertemu."Kalau kamu beneran sayang dan cinta, kita ketemuan ya nanti sore," lelaki itu kirim pesan pada Arin.Degup kencang yang tak beraturan, apalagi menilik perhatiannya selama ini, kata kata romantisnya dan juga suaranya yang merdu membuay Arin terbuai. Akhirnya dia menyetujui idenya tersebut. Bertemu di dunia nyata. Mereka pun janji temu dimana dan akan menggunakan baju apa semuanya dibahas. Kali ini Aron bertekaf pergi keluar menemui pacarnya yang bernama Zaky.Apalagi dipicu oleh pertengkarannya dengan ibu membuat Arin tak
Part 24"Tidak...! Tolooooong...." teriak Arin. Namun tak ada sahutan, sepi. Hanya terdengar suara binatang malam, jangkrik mengerik. Dan selebihnya tak ada siapapu. Hutan dan jalanan ini begitu gelap tanpa penerangan."Percuma saja kau berteriak sayang, tidak akan ada yang mendengarmu. Daerah ini jauh dari permukiman warga, juga tidak akan ada yang lewat sini. Percayalah malam ini kau hanya milikku!" pungkas Zaky. Ia benar benar sudah dikuasai oleh nafsu. Tak tahan melihat kemolekan tubuh Arin. Ya, Arin pacar onlinenya seolah secara sengaja mempertontonkan tubuhnya yang hanya berbalut tanktop dan mini hotpants membuai siapapun yang lihat."Jadi, kau sengaja lakukan ini?" tanya Arin dengan nada parau. matanya sudah basah oleh butiran bening itu. Ia tak pernha menyangka pacarnya justru akan merusaknya. Orang yang dia percaya akan melindunginya, orang yang dia percaya akan selalu menjaga dan mencintainya. Justru ia merusak kepercayaan dengan lakukan hal sebejat dan sepicik ini."Hahahah
Part 25Rambut Arin terlihat acak-acakan, dan bajunya sudah tidak karuan lagi."Arin, kamu keluar dengan baju mini seperti ini?" tanya mbak Ayu lagi dengan nada tinggi. Ia begitu shock melihat penampilan Arin yang begitu terbuka.Sungguh sangat disayangkan, Arin, adik bungsuku memang memakai pakaian yang kurang layak bagi seorang perempuan, tanktop dan mini hotpants, hanya dibagian atas tertutup karena dia memakai jaket mas Aris. Ada apa sebenarnya? Aku yakin pertanyaan kami semua sama."Tunggu mbak, sebentar. Tolong jangan marah-marah. Arin masih syok..." ucap mas Aris menengahi. Sedangkan Arin dia masih terus menangis sesenggukan. Ia menundukkan kepala, tak berani menatap ke arah kami."Mas, ini ada apa? Arin kenapa? Apa yang terjadi dengannya?" tanyaku penasaran."Emmh... begini dek, tadi di tengah jalan Mas lihat Arin mengalami pelecehan seksual...""Apaa...?!" Shock, tentu saja. Kami saling berpandangan dengan mata yang terbuka lebar. Rasa kantuk lenyap seketika seiring berita y
Part 26"Apa maksudnya, Bu?" tanyaku. Tapi ibu masih enggan menjawab."Gadis bodoh! Kenapa kau ulangi kesalahan seperti ibu dulu? Kenapa??" teriak ibu. Air matanya sudah berlinang dan membasahi pipinya yang sudah keriput."Bu, tenang bu. Ini sebenarnya ada apa, bu?" tanya mbak Ayu menengahi. Arin masih menangis.Ibu makin terisak, membuat kami saling berpandangan. "Kalian mau tahu? Kalian mau tahu semuanya? Termasuk kamu, Dewi?" tanya ibu kemudian. Pasti ini ada sangkut pautnya denganku. Tapi ada apa dengan masa lalu ibu?Kami mengangguk, begitu pula denganku. Aku benar benar dibuat penasaran oleh ibu. Sebenarnya apa yang sudah terjadi dulu?"Apa yang akan ibu katakan adalah sebuah fakta yang pahit, apa kau akan menerimanya, Dewi?" tanya ibu lagi.Aku mengangguk ragu. Kenapa ibu terus menyebut namaku? Ada apa ini?"Apa kalian tahu, kenapa ibu selalu membeda-bedakan Dewi? Kenapa ibu selalu memarahinya? Kalian tahu?" Obu kembali bersuara dengan nada gemetar.Aku menggeleng dan semuanya
Part 27Aku berlari ke kamarku, seakan tak menerima semua kenyataan ini. Aku menangis sesenggukan didalam kamar. Dasar bodoh! Harusnya aku meminta maaf sama ibu, tapi kenapa aku malah lari? Harusnya aku bersyukur, ibu dan bapak membesarkanku sampai sekarang ini. Beliau mau menerimaku. Aku yang hanya benih dari seorang pemabuk kenapa tumbuh dan besar di rahim ibu. Pantas saja ibu selalu membedakanku karena ini alasannya.Terlalu pahit, terlalu pahit menerima kenyataan ini. Hatiku hancur, apalagi ibu yang mengalami itu semua? Benar kan? Ibu pasti tidak baik-baik saja. Ibu.... "Dek...." sebuah panggilan suara mengagetkanku. Aku menoleh dan langsung menghambur ke arahnya. Aku memeluknya dengan erat, dan membenamkan wajahku ke dadanya. Mas, biarkan aku menangis dengan puas. Aku ingin menangis sepuasnya. Kenyataan ini terlalu menyakitkan. Jangan paksa aku untuk berhenti. Air mata ini tak bisa kutahan lagi. Terlalu sakit, rasanya terlalu sakit.Mas Aris mengusap kepalaku dengan lembut dan m
Part 28Di rumah hanya ada Dani dan Arin. Gadis itu masih termenung, banyak sekali yang mampir dipikirannya."Kak, menurut kakak, mas Aris gimana?" tanya Arin membuka percakapan.Dani mengerutkan keningnya. "Ada apa kamu nanya-nanya mas Aris?" Dani balik bertanya dengan nada heran."Yaa... Aku mau tahu aja. Mas Aris kan udah nyelametin aku..." sahut Arin dengan nada manja. Ia terbayang akan malam sebelumnya tentang sang kakak ipar yang datang bak pahlawan. Menghajar Zaky sampai dia kabur ketakutan. Lalu sikapnya yang manis dan perhatian membuatnya merasa nyaman.Dani menggeleng-gelengkan kepalanya, tanda heran sekaligus tak mengerti apa isi otak sang adik. "Biarpun udah nyelametin kamu, tapi dia tuh kakak iparmu. Suami mbak Dewi. Gak usah neko-neko deh..."Arin hanya cemberut mendengar pernyataan kakaknya itu. Entah sejak malam itu, ia melihat Mas Aris dengan sosok yang berbeda. Sosok lelaki yang bertaruh nyawa untuk menyelamatkannya."Eh dek, sebenarnya kamu beneran sudah diperkosa?"