"Nah, kau bisa beristirahat di sini dan buka sepatumu. Bersantailah dulu sambil menunggu makananmu dan kalau kau ingin mandi lalu kau ingin beristirahat dan tidur, lakukan apa yang kau mau."
"Papa, kau baik sekali membukakan sepatuku. Aku sangat lelah sekali sampai aku tidak sanggup membukanya."
Reza memang sangat amat memanjakan putri bungsunya ini. Lihatlah sekarang. Dia rela menggerakkan tangannya untuk memegang sepatu kotor putrinya. Dia tidak peduli. Tapi untuk putrinya, memang ini berbeda.
"Iya, kau memang sangat manja. Tidurlah dulu. Atau ada yang mau kau sampaikan padaku?"
Reza baru saja membuka sepatu anaknya juga kaos kakinya dan kini dia berjalan menuju satu meja sambil bertanya.
"Tak ada yang ingin kusampaikan. Papa, kau cari apa?"
"Sudah selesai.""Dengan kau menandatangani, itu artinya kau juga menyetujui semua pasal-pasal yang nanti akan dibuat oleh papamu, Rich. Seperti biasa, no negotiation. Apa kau paham itu?"“Aku mengerti. Dan terima kasih, David. Aku akan melakukan sesuai dengan yang kau katakan tadi."David kini memberikan senyum di bibirnya. Rich yang juga menyerahkan kertas itu padanya terlihat plong."Copy-annya akan kuberikan nanti. Kau tunggulah dulu. Aku juga memesan makanan untukmu.”"Tapi sebenarnya aku sudah makan di restoran masakan Indonesia yang langganan keluarga. Tadi aku kesana sama Arthur."Dan mereka kembali melanjutkan obrolan mereka tanpa beban seperti biasa. Rich tidak masalah dengan yang tadi diminta ole
Fuuuh, syukurlah papaku sudah keluar. Dia tidak lagi marah padaku dan dia membiarkanku beristirahat. Tapi, aku memang tidak mengantuk, sih. Biasanya jam segini kan aku bekerja di tempatnya Tante Rein.Alila berbisik lirih setelah papanya meninggalkan ruang istirahatnya. Kini tangannya juga sudah bergerak mengambil tasnya dan mengeluarkan handphone dari dalam sana.Alila men-scroll layar ponsel dengan jari tangannya dan dia tersenyum membaca pesan yang baru saja masuk. Dia pun segera mungkin menulis pesan untuk orang yang ada di sana supaya dia tidak khawatir pada Alila.[Tenang saja, Shaun. Papaku tidak akan pernah memarahiku. Papaku sangat menyayangiku dan dia bahkan memelukku. Papa bilang, dia rindu padaku. Hehehe. Kau tidak perlu memikirkan keselamatanku. Cuma, tolong bilangkan pada Tante Rein, aku sepertinya tidak mungkin bisa kembali ke sana sekarang. Papa akan semakin marah pada Rich. Aku ingin berusaha untuk membujuk Papa supaya tidak terlalu kasar ke kakakku yang bodoh itu.]S
"Ayah Caca, dia punya utang pada Giyan. Kurasa itu satu-satunya alasan kenapa Caca bisa diambil olehnya.""Utang?" Reza masih sangsi, tapi David sudah meyakinkan lagi dengan anggukan kepalanya."Pertama, Caca yang dikerjai di klub malam milik Walsh oleh putrimu, dia punya utang pada Arthur. Setahuku dari cerita Rich, Caca, dia meminjam uang untuk berobat pada Arthur. Ayahnya sakit dan kesulitan bayar utang. Itulah alasan Caca bekerja di klub malam.""Hm. Lalu apa hubungannya dengan Giyan?" Reza masih belum mengerti."Dia diselamatkan oleh Amar. Aku memang tidak mendapatkan data CCTV-nya karena sudah dihapuskan. Hanya saja,hotel itu sudah dimiliki Amar sahamnya. Jadi aku mengambil kesimpulan kalau Amar menyelamatkan Caca dan mereka terlibat cinta lokasi lalu mereka menikah. Disinilah missed-nya. Giyan kehilangan Caca.""Bagaimana kau yakin?"Reza yang mulai tertarik, dia pun mendengarkan penjelasan David lebih serius. Dari yang tadinya Reza duduk menyandarkan punggungnya di sandaran ku
Reza: Ehm! Ada apa, Sweet J?Reza memang tidak mengubah panggilannya pada Rania kecuali kalau dia memang sedang benar-benar marah. Tapi dia memang lebih suka memanggil Rania dengan nama yang diperkenalkan Rania pertama kali padanya.Dan meski wajahnya menatap kesal pada David, tetap suaranya sangat lembut pada Rania. Suara yang tidak pernah digunakan Reza untuk berkomunikasi dengan Rania selama dia menjadi sekretaris Reza.Rania: Kenapa kau belum pulang? Dan aku sedang mencegah anakmu supaya tidak pergi ke apartemen. Tapi rasanya sulit sekali membuatnya tetap tinggal di sini. Dia sudah mengepak barangnya dan menaruhnya di mobil. Ini aku masih memegang tangannya supaya dia tidak pergi. Aku tidak tahu apa alasannya dia ingin pergi mendadak. Apa ini ada hubungannya denganmu?Reza tahu istrinya
Haduh, aku sudah terlambat pulang. Gimana nih?Sambil berlari kecil setelah meninggalkan ruangan papanya, Alila memang merasa khawatir. Tapi Alila berhasil menutupi semua ekspresinya selama menuruni lift dan melewati lobi. Dia tidak mau papanya sampai melihat ke CCTV bagaimana dirinya panik. Tapi mimik wajahnya memang berubah saat Alila sudah masuk ke dalam taxi yang disiapkan Reza.Habislah aku ini!Kecemasan Alila mulai tampak. Alila mencoba menanggulanginya dengan berpikir positif kalau dirinya tidak bersalah. Dia memang diminta papanya untuk datang karena permasalahan dengan Rich. Bukankah dia bisa menjelaskan ini pada Arthur?Alila tidak melakukan kecurangan apa pun. Ini yang coba ditekankan olehnya dalam hatinya untuk menekan pressurekengeriannya dengan kemar
(Beberapa menit sebelumnya)Aku tahu kau tidak menutup pintumu. Sengaja aku bicara begitu supaya kau tahu kalau aku tidak punya perasaan padamu. Jangan kau berharap karena aku melakukan itu denganmu, maka aku sudah memberikan hatiku padamu. Cih! Setelah mengurus Caca, aku pasti akan membuat perhitungan denganmu! bisik di dalam hati Arthur ketika dia baru saja selesai diajak bicara oleh Caca.Pelan, tapi Arthur mendengar pintu tertutup. Dia yakin sekali kalau tadi Alila pasti menguping sedikit banyak. Cuma,Caca sepertinya dia tidak sadar soal ini dan membuat Arthur lega."Makananmu sudah habis. Ayo aku antarkan dulu ke dalam kamar dan nanti perawat akan menemanimu.""Oh
"Kau masih bertanya apa salahmu?"PLAAAK!Tadi Rich baru saja menampar pipinya. Dan papanya baru saja mengobati pipinya sampai Alila merasa lebih baik karena pipinya sudah tidak terasa bengkak dan sakit. Tapi kini, di tempat yang sama kakaknya memukul, Alila kembali mendapatkan pukulan di sana. Sungguh membuat hatinya merasa sesak. Memang apa salah dirinya?"Arthur, sakit."Belum sempat Alila memberikan pertanyaan, tapi rambutnya sudah kembali dijambak dan pria itu tidak memberikan toleransi sudah menarik tubuh Alila."Arthur, lepaskan, sakit!"Dia menjambak sangat kencang sekali. Jelas saja ujung-ujung akar rambut Alila merasakan perih. Alila juga merasakan beberapa helai rambutnya seakan-akan lepas dari akarnya. Membuat kepalanya bena
Cih. Kurasa aku tidak harus mengangkat teleponnya.Arthur malas, dia lagi-lagi membiarkan telepon itu berbunyi sampai mati. Setelah itu dirinya menuang lagi minuman di dalam gelas. Tapi sayangnya sebelum dia berhasil meneguknya teleponnya kembali berdering.Arthur: Kau mau apa Rich?Rich: Hey. Kau sedang mabuk kah? Kau sedang ada acara di klub sekarang?Arthur: Jangan basa-basi. Walau mabuk, aku tetap masih sadar. Bicara saja, kenapa kau menghubungiku?Malas-malasan Arthur mendengarnya. Tapi dia memang memiliki toleransi minum yang cukup tinggi. Sa