Share

Bab 17

"Halo, kenapa Mbak? Dewa udah tidur," ucapku pelan.

Nindi malah balik marah dan tak percaya dengan ucapanku. "Kamu pasti bohong. Mana Dewa? Cepetan kasih teleponnya sama dia."

"Kenapa? Udah gak sabar mau tidur sama dia, ya?" ledekku sambil tertawa.

"Kurang ajar kamu. Cepetan kasih sama Dewa," desak Nindi.

"Dewa beneran udah tidur. Kita habis aja---" Aku sengaja menggantung ucapanku begitu saja.

"Habis apa? Pasti kamu mau ngerjain aku lagi, kan?" Nindi langsung menutup telepon suara, lalu mengganti dengan panggilan video.

Wah, dengan senang hati kuterima video call darinya. "Kenapa? Belum percaya, ya?" Kubuka selimut hingga menunjukkan sedikit bagian dadaku. Kemudian, kuarahkan kamera pada Dewa yang sedang tertidur. "Aku gak bohong, kan?"

"Gak! Gak mungkin Dewa ngelakuin hal menjijikkan itu. Aku gak percaya sama kamu." Nindi langsung memutus sambungan telepon.

Setelahnya, aku terbahak-bahak. Namun, spontan kubekap mulutku sendiri karena khawatir Dewa terbangun. Seketika aku tersadar. A
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status