Share

Bab 16

Dewa tampak bingung. Akhirnya, dia ikut melihat ke tempat tidur. Seketika dia menepuk jidatnya. "Astaga. Itu punya Furi. Kayaknya dia lupa taruh di keranjang. Sumpah, aku gak ngelakuin apa-apa, Sayang." Dia langsung menjulurkan jarinya menyerupai huruf V.

Tangis Nindi perlahan reda. "Kamu beneran gak bohong, kan?"

"Iya, Sayang. Aku gak bohong." Dewa seketika memangkas jarak dan langsung memeluk Nindi.

"Kamu yang sabar. Semua ini cuma masalah waktu aja." Dewa makin mendekap wanita itu.

Melihat pemandangan menyakitkan itu, aku hanya diam seraya mencebik. Namun, dalam hati berpikir keras cara untuk menyingkirkan Nindi dan menaklukkan hati Dewa.

"Ya udah kalau gitu aku balik dulu." Nindi melerai pelukan Dewa.

"Oke, tunggu aku malam ini. Kita habiskan malam dan bersenang-senang."

Hatiku kembali bergetar mendengar penuturan Dewa barusan. Apakah mereka akan bertemu malam ini? Jika benar, tak akan kubiarkan hal itu terjadi.

"Bener, ya. Jangan bohong lagi."

Dewa mengangkat jari jempolnya. Kemu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status