Share

Bab 84

Semua orang terperanjat, termasuk Alfred.

Alfred langsung menoleh pada Intan. Intan balas menatap Alfred dengan matanya yang merah dan mengangguk.

Teddi, Rizki dan mantan bawahan Marko yang lain terkesiap saat mendengar kabar buruk tersebut. "Kenapa bisa begitu?"

Intan bercerita dengan suara pelan, "Delapan bulan lalu, pengintai Biromo yang bersembunyi di ibu kota mengambil tindakan. Keluargaku ... selain mereka yang kubawa ke Kediaman Jenderal saat menikah, semua sudah mati."

"Astaga!"

Semua orang tidak berani memercayai hal itu. Panglima Marko gugur di medan perang bersama enam putranya, keluarganya pun dibantai. Itu sungguh adalah kemalangan besar.

Namun, apakah pengintai Biromo sudah gila? Mengapa mereka berbuat demikian?

"Intan, kenapa kamu rahasiakan hal ini? Apa tujuanmu?" provokasi Linda.

"Cukup!" bentak Alfred. "Berapa banyak pasukan kalian? Katakan dengan jujur."

Rudi menggosok pipinya, lalu menjawab, "Panglima, kami membawa seratus ribu tentara ibu kota, sepuluh ribu tentara
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status