Rudi meraih tangan Linda dan berkata, "Panglima, mohon maaf. Jenderal Linda hanya gegabah, tidak bermaksud untuk menantang Panglima."Alfred menyeletuk dengan dingin, "Kalau tidak bisa mematuhi perintah, cepat pergi dari Manuel. Aku butuh jenderal yang patuh sepenuhnya."Sekalipun enggan, Linda tidak berani berbicara lagi. Dia melemparkan tatapan dingin pada Intan. Putri dari adipati pasti disanjung oleh orang-orang.Bagaimana bisa putri dari jenderal kecil sepertinya dibandingkan dengan kemakmuran Intan? Namun, Linda bangga karena apa yang dia peroleh sekarang adalah hasil perjuangannya.Tidak seperti Intan yang bisa mendapat prestasi perang tanpa usaha.Linda dengan enggan pergi bersama Rudi. Sebelum keluar, dia berkata, "Aku tidak punya jabatan tinggi dan tidak berasal dari keluarga bangsawan, tidak berhak untuk memprotes. Aku tentu akan mematuhi perintah Panglima."Linda secara tidak langsung menyindir Intan.Linda bahkan berharap Intan akan berdebat dengannya. Namun, Intan berdiri
Tidak heran Intan tahu orang Biromo menyamar menjadi orang Lonis untuk maju ke medang perang Manuel, lalu menempuh perjalanan jauh sendirian ke Manuel untuk melapor padanya."Ceritakan padaku setelah kamu sudah tenang." Alfred duduk di sebelah Intan. Tubuhnya yang jangkung bagaikan sebuah perisai.Intan sudah jauh lebih tenang. "Apa lagi yang ingin Panglima ketahui?"Berbagai perasaan berkecamuk di mata Alfred. "Semuanya. Kenapa kamu tiba-tiba menikah, apa yang terjadi setelah kamu menikah, dan seluk-beluk pengintai Biromo membantai Keluarga Bangsawan Belima."Intan tidak tahu mengapa Alfred menanyakan tentang pernikahannya. Intan berterus terang, berusaha menceritakannya secara singkat dan tenang. "Begitu pulang dari Taliani Gunung Pir, aku baru tahu tentang kematian ayah dan kakakku. Aku katakan pada ibu aku mau ke medan perang Manuel, tapi ibu melarangku. Ibu sangat terpukul oleh kematian ayah dan kakakku, hampir menangis setiap hari .... Ibu memaksaku berjanji untuk tinggal di ibu
Intan berujar, "Ini belum keterlaluan, masih ada lagi."Intan menceritakan bahwa Keluarga Wijaya ingin mengambil harta bawaannya, serta memfitnahnya dengan tuduhan durhaka dan dengki untuk menceraikannya. Intan berkata, "Ini baru keterlaluan. Tapi di luar dugaan, Kaisar menurunkan dekret untuk menobatkan ayahku sebagai adipati, lalu mengizinkanku cerai dengan Rudi dan membawa pergi seluruh harta bawaanku."Kemarahan membara di mata Alfred. "Beraninya mereka menindas dan merundungmu?""Aku tidak merasa dirundung." Intan meletakkan kedua tangan di atas lutut dan menoleh pada Alfred. Bintik di bawah matanya merah menyala. "Aku akan merasa dirundung kalau aku mencintainya, tapi aku tidak. Bagiku, dapat meninggalkan Kediaman Jenderal adalah suatu pembebasan. Siasat mereka gagal, jadi Panglima bisa melihat betapa marah Linda padaku tadi. Dia marah karena aku cuek terhadap pria yang dia cintai."Linda ingin mempermalukan Intan, tetapi Intan bersikap tenang dan tidak meneteskan air mata setete
Tiga puluh ribu Pasukan Baja ibu kota telah dibina oleh Alfred untuk menjaga ketertiban ibu kota. Mereka semua adalah tentara elite yang mengantisipasi invasi raja atau tentara pemberontak ke ibu kota.Pada umumnya, Pasukan Baja tidak akan turun ke medan perang, kecuali dalam situasi terdesak.Sekarang adalah saat genting dalam menaklukkan Manuel. Jika memindahkan tentara dari Venzor, itu akan menimbulkan ambisi Negara Yanon. Oleh karena itu, pasukan tentara di balai Venzor tidak boleh diganggu gugat.Pasukan Baja tidak turun ke medan perang, tetapi tidak berarti mereka tidak pernah turun ke medan perang. Sebaliknya, tiga puluh ribu Pasukan Baja dipilih dari tentara-tentara yang berperang di medan perang dan dilatih lagi.Pasukan Baja terdiri dari sepuluh ribu Perwira Baja yang bertugas untuk melindungi keselamatan Kaisar dan menjaga ketertiban ibu kota.Sepuluh ribu yang lain bertugas untuk menegakkan hukum. Mereka dapat langsung menangkap tersangka, termasuk keluarga kekaisaran. Mere
Rudi mengejar Linda. "Kamu tidak pernah mau beri tahu aku sebelumnya. Di Kota Wena waktu itu, aku diperintahkan memimpin pasukan untuk membakar gudang makanan. Bagaimana kamu bisa membuat Panglima Biromo, Sanji, setuju untuk menandatangani perjanjian perdamaian denganmu?"Linda menjadi kesal sekaligus berwaspada. "Sudah kubilang, 'kan? Di Kota Wena, aku menyebarkan informasi bahwa Raja Aldiso telah memenangkan pertempuran di Manuel dan akan segera datang ke medan perang Kota Uldi. Ditambah gudang makanan dibakar, mereka panik sehingga memutuskan untuk menyerah."Ya, Linda telah memberi penjelasan yang sama beberapa kali.Sebelumnya, Rudi tidak merasa ada yang aneh.Sampai ketika menikah dengan Linda, Linda mengajak seratusan tentara. Setelah itu, Jenderal Rizki menegur Linda. Ternyata, Linda memindahkan seratus tentara dari kamp militer tanpa melapor pada Jenderal Rizki terlebih dahulu.Namun, Linda memberitahunya dia sudah melapor dan disetujui oleh Jenderal Rizki. Linda dapat berboho
Tidak sampai tiga hari, dua belas ribu pasukan tambahan ramai memperbincangkan suatu hal.Intan diangkat menjadi jenderal bintang lima tanpa prestasi perang, hanya mengandalkan ketenaran ayah dan kakaknya.Tentara pimpinan Linda terus menghasut, "Kalau dia mau memanfaatkan prestasi perang ayah dan kakaknya, menjadi putri bangsawan di ibu kota dan menikmati kemakmuran, terserah dia. Kenapa dia merebut prestasi perang dengan kita di medan perang? Kita mempertaruhkan nyawa untuk membela tanah air untuk mendapatkan prestasi perang, 'kan? Dia tidak berbuat apa-apa, tapi malah jadi jenderal. Sungguh tidak adil!""Dengar-dengar, Raja Aldiso sangat ketat dan tegas. Tak disangka Raja Aldiso juga nepotisme dan memberikan kontribusi besar pada Intan. Buat apa kita berjuang keras? Mungkin musuh-musuh yang kita bunuh di medan perang akan menjadi kontribusi Intan pada akhirnya.""Kita menempuh perjalanan di tengah badai salju karena situasi perang yang sengit di Manuel. Banyak tentara yang jatuh sak
Intan mengerutkan kening setelah mendengar ucapan ini.Dia sama sekali tidak peduli dengan gosip, tetapi dengan sengaja menciptakan pertikaian di pasukan, menciptakan ketidakadilan dan mengganggu moral tentara adalah hal yang tabu sebelum pertempuran.Linda pernah berada di medan perang, mana mungkin dia tidak mengetahui hal ini? Mungkin dia ingin menggunakan opini publik untuk memojokkan Raja Aldiso, sehingga Raja Aldiso akan membiarkannya untuk menstabilkan pasukan."Sekarang cuma menyebar di antara bala bantuan, 'kan?" Intan bertanya.Amarah Marsila masih belum mereda dan wajahnya yang penuh kerutan terlihat semakin memerah, "Benar, bala bantuan tinggal di kamp dan terpisah dari Pasukan Aldiso yang dulu, jadi Pasukan Aldiso tidak tahu. Kemungkinan besar seseorang pasti pergi ke sana dan berdebat dengan mereka."Kerutan di dahi Intan semakin jelas. Setelah beberapa pertempuran, banyak prajurit yang menghormatinya. Kalau sampai tahu dia ditugaskan dengan cara ini, takutnya itu tidak h
Intan menancapkan Tombak Bunga Persik ke tanah dan mengikat rambutnya. Angin utara yang dingin membuat pakaiannya berdesir.Dia mengangkat dagunya dan tatapannya sedingin salju, "Cukup mengalahkanmu saja?""Benar!" Samuel berkata dengan lantang, "Selama kamu mengalahkanku, aku akan mengikutimu sampai mati dan tidak pernah mengingkari janjiku.""Kapten Samuel hebat!""Kalahkan dia. Siapa suruh dia memanfaatkan prestasi militer ayah dan kakaknya, serta menginjak pasukan kita untuk naik pangkat.""Tidak peduli seberapa sulitnya prestasi, beraninya dia seorang wanita menggunakan prestasi militer palsu untuk memimpin kami. Kapten Samuel, kami tidak terima. Kalahkan dia!"Samuel berkata dengan dingin, "Jenderal Intan sudah mendengarnya?"Intan melirik ke arah Pasukan Baja yang berteriak, lalu memegang Tombak Bunga Persik, "Oke, ayo serang!"Tatapan Samuel terlihat sinis, "Jangan bilang aku menindas wanita, Jenderal Intan. Aku akan membiarkanmu maju dulu!""Terima kasih!" Intan tersenyum, tah