“Apa Abang mau Risa temani abang,” ucap Clarissa saat membantu suaminya memasang dasi.
Fathir tersenyum dan menggelengkan kepalanya dan mencium punggung tangan istrinya. “Nggak usah, Adek jaga saja anak-anak di rumah, Mama sama Papa juga ikut,” ucapnya.
“Apa Abang yakin nggak mau Risa ikut,” tanya Clarissa.
“Iya sayang, do’akan ya semuanya berjalan dengan baik.”
“Risa do’akan agar semuanya berjalan lancar,” ucap Clarissa yang tersenyum lebar dan mencium bibir suaminya sebagai tanda bahwa ia memberi semangat untuk suaminya.
“Sayang Papi, Papi mau pergi dulu, jagain Mimi, ingat jangan nakal,” ucapnya yang mengusap perut istrinya dan menciumnya. “Do’akan urusan Papi semuanya bisa cepat selesai.” Fathir berucap sambil mengusap perut istrinya.
“Aku lihat tadi sepertinya Farah sudah banyak berubah ya Ma,” ucap Fathir yang memandang mamanya ketika ia sudah duduk di dalam mobil.“Jangan pernah merasa kasihan sama orang seperti dia. Dia orang yang sangat pandai berakting. Mama nggak mau kamu memberi kesempatan untuk orang seperti itu. Kamu harus berhati-hati. Bila nanti dia ingin berjumpa dengan Devan dan juga Sheren, biar mama yang menemui dia, kamu nggak usah,” ucap Haryati dengan sangat tegasnya. Haryati sudah begitu sangat memahami bagaimana sifat Farah. Sekarang Farah terlihat begitu sangat menyedihkan, namun dia pasti akan mencari cara untuk bisa dekat kembali kepada putranya, dan Haryati akan berusaha untuk mencegah hal itu. Farah begitu sangat tidak pernah mau mengambil tahu tentang keadaan anak-anaknya, begitu juga dengan kedua orang tuanya. Yang menjadi tujuan utamanya hanyalah kesenangan dan uang. Haryati begitu sangat paham dan tahu betul sif
“Jadi Sheren sekarang sudah jadi mama ya,” ucap Fathir yang duduk di samping istrinya.Clarissa memutar kepalanya dan memandang suaminya. “Sejak kapan sampai,” ucapnya yang sejak tadi tidak menyadari kehadiran suaminya.“Belum lama,” ucap Fathir. Dia tersenyum dan mencium kening istrinya.“Jadi cucu, main jadi Mama sekarang,” ucap Haryati yang mencium rambut cucunya yang tebal dan juga hitam.Sheren menganggukkan kepalanya. "ya, nenek," ucapnya.“Mau Risa buatkan minum,” tanya Clarissa.“Boleh tapi minumnya di kamar saja,” ucap Fathir.“Apa nggak ke kantor,” tanya Clarissa.“Nanti setelah makan siang baru ke kantor lagi,” jawab Fathir yang memang sudah mengatur jadwalnya di kantor.
“Dek bangun,” ucap Sinta yang membangunkan adiknya.“Riski membuka matanya dan memandang Sinta yang sudah duduk disampingnya.“Iya Kak,” jawab Riski yang masih mengusap-usap matanya.“Kakak mandi dulu ya, habis itu adik langsung mandi, kita sholat,” ucapnya.“Iya Kak,” jawab Riski. Sinta beranjak dari kasur yang sudah tipis. Kasur yang dipakainya untuk alas tidurnya bersama dengan adiknya. Sinta berjalan menuju ke kamar mandi. Di jam seperti ini, kondisi rumah masih sangat sepi, karena orang-orang masih tertidur dengan sangat nyenyaknya. Setelah selesai mandi Sinta mengambil wudhu untuk sholat subuh. Sinta selalu keluar dari dalam kamar mandi dengan memakai pakaian, Sinta menggulungkan handuk di rambutnya agar rambutnya yang basah cepat kering.Sinta masuk ke dalam kamar dan memandang adiknya yang kembali tertidu
“Nanti Sinta jadi ke sini ya bang,” tanya Clarissa yang sedang memasangkan dasi suaminya. “Iya, nanti sore Sinta akan datang,” ucap Fathir yang tersenyum mengusap pipi istrinya. Ini untuk yang pertama kalinya istrinya meminta sesuatu kepadanya. Untuk pertama kalinya juga istrinya meminta bertemu dengan temannya. Fathir tahu bahwa istrinya pasti begitu sangat merindukan temannya yang dulu pernah bekerja dengannya. Namun demi menjaga agar tidak ada cerita yang tidak enak tentang dirinya, maka istrinya tidak ingin bertemu dengan temannya tersebut. “Risa nggak sabar menunggu Sinta datang,” ucap Clarissa yang tersenyum. Fathir mencium bibir istrinya. “Nanti Abang kasih waktu untuk melepaskan rindu sama Sinta,” ucapnya.
Sinta mengambil air putih hangat di dispenser, dan kemudian meletakkan gelas yang berisi air putih itu di atas meja, yang berada di ruang pantry. Meja itu biasa mereka pakai untuk makan dan sebagainya. Sinta duduk di kursi dan meminum air hangat tersebut. Sinta merasakan perutnya yang sedikit sakit. Sinta mengambil obat yang ada di dalam loker, dan segera meminum obat tersebut. “Karena waktu itu ketemu sama pak David, sehingga aku punya obat ini. Tapi isinya sudah tinggal sedikit. Nggak apalah obatnya memang bagus, jadi nanti bila gajian aku harus beli satu botol,” ucap Sinta yang tersenyum memandang botol berwarna putih.Setelah peristiwa itu Sinta sudah tidak pernah lagi bertemu dengan David, bahkan Sinta tidak tahu David itu bekerja di bidang apa. “Tapi apa dia kerja di sini atau nggak ya,” ucap Sinta yang tidak tahu karena dia tidak pernah berjumpa dengan pria tersebut.
"Saya permisi dulu pak," ucap Sinta yang beranjak dari tempat duduknya.“Tunggu,” ucap David.“Ada apa pak,” tanya Sinta yang menundukkan wajahnya.“Duduk,” ucap David yang kembali menyuruh Sinta untuk duduk kembali.“Kamu tunggu sebentar,” ucap David yang kemudian keluar dari dalam ruangannya.Walaupun tidak mengerti apa alasan pria itu memintanya untuk duduk kembali, namun Sinta menurutinya.Sinta memandang David yang masuk ke dalam ruangannya, dan kembali duduk di kursi yang ada di depannya.Ingin sekali David bertanya kepada Sinta, apakah gadis itu sudah makan atau belum,
Clarissa berdandan dengan sangat cantik. Sore ini Clarissa akan berjumpa dengan teman yang sangat dirindukannya. “Risa berharap Sinta sangat senang ketika melihat Risa,” ucapnya yang merapikan rambutnya.“Kenapa mau jumpa sama Sinta aja deg-degan seperti ini,” ucap Clarissa.“Gimana nanti tanggapan Sinta, pasti dia akan banyak tanya,” ucap Clarissa yang mengetahui bagaimana sifat sahabatnya tersebut.“Harus jawab apa nanti,” ucap Clarissa merasa sangat tidak tahu harus bagaimana, ketika bertemu dengan sahabatnya. Clarissa tidak ada henti-hentinya bertanya sendiri di depan cermin, sambil memandang dirinya di depan cermin tersebut.Clarissa kemudian tersenyum ketika mengingat Sinta. “Risa beneran rindu,” ucap Clar
David menghentikan mobilnya di depan rumah Sinta.“Saya mau siap-siap sebentar Pak,” ucap Sinta.“Iya,” jawab David yang sedikit menganggukkan kepalanya.“Bapak ingin tunggu di mobil atau di rumah saya,” ucap Sinta menawarkan.“Kamu kirain saya sopir yang nungguin kamu di mobil,” ucap David yang membuka sabuk pengamannya.Sinta tersenyum nyengir ketika mendengar jawaban pria tersebut. "Tinggal bilang aja mau tunggu di rumah,” ucapnya di dalam hati.Sinta turun dari mobil yang diikuti oleh David di belakangnya. Sinta memanggil Tantenya, dengan cepat pintu rumah itu terbuka.“Ba