Share

Pipi Merah Seperti Badut

"Kapan kalian menikah?"

Tiga kata yang tak pernah kusangka akan secepat ini keluar dari mulut Om Bram. Ini seperti mimpi. Ya Allah,terima kasih.

Akan ada pelangi setelah hujan. Kata-kata bijak itu memang benar, setelah ujian bertubi-tubi akhirnya Allah memberikan kebahagian padaku. Menghapuskan setiap lara menggantinya dengan tawa bahagia.

"Aisyah..." panggilan Om Bram menyentakku dari lamunan.

"I-iya Om." jawabku tergagap.

"Jangan panggil Om, biasakan panggil papa, karena sebentar lagi kamu akan menjadi bagian keluarga Dewantara." ucapannya bagai angin surga untukku.

"Iya Om, eh Pa."

Mereka tertawa melihat lidahku yang kaku saat memanggil kata papa.

"Nah gitu dong sayang, sekarang panggil mama ya bukan tante lagi." mama Daniel datang membawaku dalam pelukannya.

Begitu hangat pelukan tante Maria, mengingatkanku kepada bunda dan Umi. Dua wanita yang telah berpulang. Semoga Allah menempatkan tempat terindah untuk mereka. Tanpa terasa bulir bening mengalir membasahi pipiku.

"Kenapa menan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status