Biantoro turun dari mobilnya begitu sampai di Apartemen, meninggal kan Rumi begitu saja.Rumi pun segera menyusul turun dan berjalan mengikuti Biantoro di belakang, dengan membawa banyak berkas di tangannya.Sampai di depan pintu, Biantoro berhenti sejenak menunggu Rumi, lalu mengambil berkas yang ada di tangan Rumi, setelah itu dia baru membuka pintu dan masuk ke dalam rumah.Biantoro berjalan sambil melihat kanan dan kiri memastikan apakah nenek nya sudah masuk atau belum ke kamar nya."Nich, bawa sendiri!" Ucap Biantoro di tengah jalan saat memastikan dia tidak melihat nenek nya lagi di sekitarnya.Rumi yang terkejut segera mengambil berkas tersebut, sambil mendengus kesal, lalu berjalan cepat mendahului Biantoro menuju kamar.Sampai di kamar Rumi pun langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum tidur, Biantoro sangat tidak suka jika dia langsung tidur setelah pulang kerja.Biantoro yang belum tidur melirik Rumi yang sedang naik ke atas tempat tidurnya, wangi harum
"Tolong! Tolong!" Teriak Siska dengan sekuat tenaga. Namun tidak ada yang menolongnya, karena jalanan itu saat ini begitu sepi.Mobil yang di kendarai Siska terus melaju kencang tanpa arah. Sedangkan Siska berusaha sekuat tenaga untuk bisa mengendalikan nya.Namun karena begitu kencang laju mobilnya, hingga akhirnya Siska pun kehilangan kendali."Tidak...!" Teriak Siska."Brakk!" Suara benturan keras pun terdengar, disusul suara ledakan yang besar."Bumm!"Biantoro yang sedang mengadakan rapat, di luar kantor. Terdiam sesaat saat melihat sebuah postingan vidio seseorang lewat di beranda aplikasi yang sedang dia buka.Kedua mata Biantoro membesar melihat video itu. Biantoro sampai menutup mulutnya, agar tidak berteriak kencang.Biantoro seketika lemas, saat melihat akhir dari vidio itu. Biantoro seketika merasa dunia nya menjadi hitam karena vidio itu."Tidak! Ini tidak mungkin terjadi!" Ucap Biantoro dengan rasa tidak percaya."Dia tidak akan meninggalkan aku dengan cara begini." Lanj
Biantoro memejamkan matanya, sambil memeluk Rumi dengan erat, seakan-akan dia tidak ingin melepaskan Rumi lagi.Saat ini, Biantoro hanya ingin memejamkan matanya, lalu tidur. Beristirahat penuh sambil memeluk Rumi yang sedang tidur di sisi nya dengan erat.Biantoro ingat bagaimana panik nya dia, saat melihat vidio itu, video yang memutar bagaimana mobil Rumi menabrak sebuah batu besar dan akhirnya meledak.Biantoro juga ingat begitu selesai melihat vidio itu, tubuhnya begitu lemas tidak bertenaga, sampai tidak bisa bergerak untuk beberapa saat. Hingga akhirnya dia kebingungan harus melakukan apa, jika tidak ada asistennya saat itu.Saat itu di dalam mobil, Biantoro pun masih tidak sanggup berkata apapun lagi, karena masih tidak percaya dengan semua yang dia lihat dalam vidio itu.Berulang-ulang kali, Biantoro memutar vidio itu, hanya untuk memastikan jika dia memang tidak salah lihat jika dalam vidio itu benar-benar mobil Rumi.Dan setelah berkali-kali di putar dia akhirnya yakin tida
Rumi dan Alex tiba di rumah sakit di mana Siska di rawat. Mereka berdua langsung mencari di kamar berapa Siska berada dan di rawat.Setelah sepuluh menit, akhirnya Rumi dan Alex bisa bertemu Siska. Mereka berdua terkejut melihat kondisi Siska saat ini. Mereka berdua menatap Siska dengan tatapan sedih dan kasihan.Seluruh tubuh Siska kini di balut perban. Karena luka-luka hampir mengenai seluruh bagian tubuh Siska. Rumi dan Alex bisa mengenali jika itu Siska hanya dari wajah Siska sajaKarena hanya wajah Siska yang tidak tertutup perban. Untung saja wajah Siska tidak terluka parah kelihatan seperti bagian lainnya.Rumi menatap sedih ke arah Siska, entah mengapa melihat keadaan Siska saat ini. Timbul rasa iba dalam hatinya.Alex pun menatap Siska dengan sedih, entah mengapa Siska yang kena sialnya, seharusnya yang berbaring di atas tempat tidur rumah sakit, adalah Rumi bukan Siska."Kenapa bisa seperti ini?" Tanya Alex."Tidak tahu, aku pun baru tahu tentang kecelakaan ini, tadi pagi."
Biantoro menatap Rumi yang sedang tertidur nyenyak itu, bagaimana mungkin dia bisa membiarkan semalaman Rumi bersama Alex. Apa yang telah mereka lakukan berdua di sini? Bagaimana bisa mereka berdua ada di sini? Apa mereka janjian? Berbagai pertanyaan ada di kepala Biantoro.Biantoro makin merasa kesal, dengan pikiran-pikiran nya itu. Seharusnya kemarin ia langsung menyusul Rumi ke rumah sakit ini.Apalagi jika dia tahu, ada Alex bersama Rumi. Kenapa juga Rumi tidak memberitahu jika dia bersama Alex? Apa mereka mau balikan lagi? Prasangka-prasangka buruk makin menyerah diri Biantoro."Awas saja, jika dia bangun nanti!" Ancam Biantoro pada Rumi.Perhatian Biantoro benar-benar fokus pada Rumi yang masih tertidur nyenyak itu, hingga kehadiran Alex pun tidak dia hiraukan."Bangunkan saja dia, jika kamu ingin bicara, apa tidak pegal terus seperti itu!" Ucap Alex, merasa jengah dengan sikap Biantoro yang terus menatap ke arah Rumi.Apa istimewanya Rumi, hingga Biantoro terus melihat nya tan
Biantoro menatap tajam, Rumi yang sedang berdandan di depan cermin, dahinya berkerut saat melihat Rumi mengoleskan pewarna bibir dengan warna yang agak cerah dari pewarna bibir yang biasa Rumi pakai sehari-hari."Kenapa dia harus memakai warna yang mencolok seperti itu?" Tanya Biantoro dalam hatinya kesal, karena dia menyangka jika Rumi melakukan itu karena mereka akan bertemu Alex di rumah sakit.Biantoro dengan kesal keluar dari kamar itu, meninggalkan Rumi. Biantoro dengan kesal menunggu Rumi di mobil."Lama sekali! Memangnya harus selama ini?" Omel Biantoro kesal, merasa Rumi sangat lama turun."Rumi! Ayo, nanti aku telat!" Teriak Biantoro karena merasa kesal.Rumi yang mendengar itu, segera bergerak cepat. Rumi berjalan setengah berlari sambil membawa sesuatu di tangannya."Apa itu?" Tanya Biantoro melihat rantang makanan, yang di bawa oleh Rumi."Makanan untuk Alex." Jawab Rumi.Mendengar itu Biantoro seketika menggenggam dengan kuat kemudi di tangannya untuk menahan rasa marahny
Biantoro melirik ke arah Alex yang sedang melihat ke arahnya. Biantoro tersenyum sinis pada Alex, dia merasa menang karena bisa membuat Alex tidak jadi makan, masakan Rumi.Wajah Alex memerah karena marah, melihat tingkah laku Biantoro yang begitu menyebalkan. Namun sepertinya Biantoro tidak perduli.Setelah menghabiskan semua makanan yang Rumi bawa untuk Alex, Biantoro pun pamit keluar dari kamar itu. Dia merasa terjadi hal yang aneh pada dirinya."Kamu ikut aku!" Ajak Biantoro pada Rumi. Biantoro tidak akan membiarkan Alex dan Rumi berduaan. Rumi dengan terpaksa mengikuti langkah Biantoro.Biantoro melirik ke arah Rumi yang berjalan dengan wajah kesal di sampingnya, "Aku tidak akan pernah membiarkan si Alex itu lama-lama berdekatan denganmu." Ucap Biantoro dalam hatinya.Rumi terkejut saat tiba-tiba, Biantoro menghentikan langkahnya, Rumi melihat Biantoro memegang dadanya."Tolong panggilkan dokter!" Ucap Biantoro dengan terbata-bata dengan wajah yang pucat."Kamu kenapa?" Tanya Rumi
Siska menatap sedih ke arah dinding rumah sakit, ia memandang kakinya yang belum bisa ia gerakan. Kata dokter dia mengalami kelumpuhan sementara akibat kakinya mengalami luka dalam akibat benturan keras yang di alaminya."Aaaaa!" Teriak Siska histeris secara tiba-tiba. Siska marah melihat luka-luka yang menyelimuti hampir seluruh tubuhnya."Ini semua gara-gara Rumi!" Ucap nya.Siska masih saja menyalahkan Rumi, penyebab kecelakaan yang menimpa nya, karena Rumi telah memberikan mobil yang rusak padanya."Anda kenapa nona?" Tanya seorang perawat dengan panik."Pergi. Keluar kamu! Aku tidak mau melihat mu!" Usir Siska dengan marah pada perawat itu."Iya, tapi apa yang terjadi?" Tanya perawat itu panik, melihat Siska mengamuk."Bukan urusan mu! Panggil kakak ku bodoh!" Teriak Siska histeris sambil menjambak rambutnya kuat-kuat hingga membuat perawat itu ketakutan.Perawat itu pun langsung keluar dan segera menghubungi Rumi.Rumi terdiam di pintu saat melihat kamar rawat Siska berantakan.