Biantoro menatap Rumi yang sedang tertidur nyenyak itu, bagaimana mungkin dia bisa membiarkan semalaman Rumi bersama Alex. Apa yang telah mereka lakukan berdua di sini? Bagaimana bisa mereka berdua ada di sini? Apa mereka janjian? Berbagai pertanyaan ada di kepala Biantoro.Biantoro makin merasa kesal, dengan pikiran-pikiran nya itu. Seharusnya kemarin ia langsung menyusul Rumi ke rumah sakit ini.Apalagi jika dia tahu, ada Alex bersama Rumi. Kenapa juga Rumi tidak memberitahu jika dia bersama Alex? Apa mereka mau balikan lagi? Prasangka-prasangka buruk makin menyerah diri Biantoro."Awas saja, jika dia bangun nanti!" Ancam Biantoro pada Rumi.Perhatian Biantoro benar-benar fokus pada Rumi yang masih tertidur nyenyak itu, hingga kehadiran Alex pun tidak dia hiraukan."Bangunkan saja dia, jika kamu ingin bicara, apa tidak pegal terus seperti itu!" Ucap Alex, merasa jengah dengan sikap Biantoro yang terus menatap ke arah Rumi.Apa istimewanya Rumi, hingga Biantoro terus melihat nya tan
Biantoro menatap tajam, Rumi yang sedang berdandan di depan cermin, dahinya berkerut saat melihat Rumi mengoleskan pewarna bibir dengan warna yang agak cerah dari pewarna bibir yang biasa Rumi pakai sehari-hari."Kenapa dia harus memakai warna yang mencolok seperti itu?" Tanya Biantoro dalam hatinya kesal, karena dia menyangka jika Rumi melakukan itu karena mereka akan bertemu Alex di rumah sakit.Biantoro dengan kesal keluar dari kamar itu, meninggalkan Rumi. Biantoro dengan kesal menunggu Rumi di mobil."Lama sekali! Memangnya harus selama ini?" Omel Biantoro kesal, merasa Rumi sangat lama turun."Rumi! Ayo, nanti aku telat!" Teriak Biantoro karena merasa kesal.Rumi yang mendengar itu, segera bergerak cepat. Rumi berjalan setengah berlari sambil membawa sesuatu di tangannya."Apa itu?" Tanya Biantoro melihat rantang makanan, yang di bawa oleh Rumi."Makanan untuk Alex." Jawab Rumi.Mendengar itu Biantoro seketika menggenggam dengan kuat kemudi di tangannya untuk menahan rasa marahny
Biantoro melirik ke arah Alex yang sedang melihat ke arahnya. Biantoro tersenyum sinis pada Alex, dia merasa menang karena bisa membuat Alex tidak jadi makan, masakan Rumi.Wajah Alex memerah karena marah, melihat tingkah laku Biantoro yang begitu menyebalkan. Namun sepertinya Biantoro tidak perduli.Setelah menghabiskan semua makanan yang Rumi bawa untuk Alex, Biantoro pun pamit keluar dari kamar itu. Dia merasa terjadi hal yang aneh pada dirinya."Kamu ikut aku!" Ajak Biantoro pada Rumi. Biantoro tidak akan membiarkan Alex dan Rumi berduaan. Rumi dengan terpaksa mengikuti langkah Biantoro.Biantoro melirik ke arah Rumi yang berjalan dengan wajah kesal di sampingnya, "Aku tidak akan pernah membiarkan si Alex itu lama-lama berdekatan denganmu." Ucap Biantoro dalam hatinya.Rumi terkejut saat tiba-tiba, Biantoro menghentikan langkahnya, Rumi melihat Biantoro memegang dadanya."Tolong panggilkan dokter!" Ucap Biantoro dengan terbata-bata dengan wajah yang pucat."Kamu kenapa?" Tanya Rumi
Siska menatap sedih ke arah dinding rumah sakit, ia memandang kakinya yang belum bisa ia gerakan. Kata dokter dia mengalami kelumpuhan sementara akibat kakinya mengalami luka dalam akibat benturan keras yang di alaminya."Aaaaa!" Teriak Siska histeris secara tiba-tiba. Siska marah melihat luka-luka yang menyelimuti hampir seluruh tubuhnya."Ini semua gara-gara Rumi!" Ucap nya.Siska masih saja menyalahkan Rumi, penyebab kecelakaan yang menimpa nya, karena Rumi telah memberikan mobil yang rusak padanya."Anda kenapa nona?" Tanya seorang perawat dengan panik."Pergi. Keluar kamu! Aku tidak mau melihat mu!" Usir Siska dengan marah pada perawat itu."Iya, tapi apa yang terjadi?" Tanya perawat itu panik, melihat Siska mengamuk."Bukan urusan mu! Panggil kakak ku bodoh!" Teriak Siska histeris sambil menjambak rambutnya kuat-kuat hingga membuat perawat itu ketakutan.Perawat itu pun langsung keluar dan segera menghubungi Rumi.Rumi terdiam di pintu saat melihat kamar rawat Siska berantakan.
Malam pun kian larut, Biantoro masih bertahan tetap berada di ruang kerjanya., untuk menghindari bertemu Rumi di kamar tidur.Biantoro menyesali kejadian tadi, mengapa bisa terjadi padanya dan Rumi, walaupun terus terang pemandangan yang dia lihat tadi benar-benar indah, sampai-sampai dia harus menelan ludahnya sendiri, saat menatap nya."Apa dia sudah tidur?" Tanya Biantoro memikirkan Rumi.Biantoro perlahan membuka pintu kamarnya, Biantoro mengintip sedikit untuk melihat keberadaan Rumi.Biantoro menarik nafas, saat melihat Rumi sudah berbaring menghadap tembok. Dengan langkah perlahan, Biantoro pun masuk ke dalam kamar, lalu dengan gerakan cepat segera berbaring di atas tempat tidur.Rumi membuka matanya, saat merasakan ada pergerakan di sebelahnya. Rumi tahu jika gerakan itu, berasal dari Biantoro yang baru saja naik ke atas tempat tidur.Rumi tidak berani membalikkan badan, dia masih ingat kejadian tadi. Kenapa juga kejadian itu harus terjadi padanya? Batin Rumi membodohi diriny
Biantoro pulang malam itu dalam keadaan begitu lelah, karena seharian ini di kantor begitu banyak pekerjaan yang harus dia kerjakan.Hingga begitu masuk ke dalam kamar, Biantoro langsung membaringkan diri di atas tempat tidur, lalu tertidur begitu saja dengan cepat.Rumi yang baru keluar dari kamar mandi, terkejut melihat Biantoro yang tertidur pulas di atas tempat tidur. Rumi jadi memperhatikan Biantoro yang tertidur, untuk beberapa saat lamanya. Rumi menangkap ada raut kelelahan di wajah Biantoro, hingga timbul rasa iba di hati Rumi.Rumi pun segera mendekati Biantoro, dia mengambil tas yang masih dalam genggaman Biantoro dengan perlahan, lalu menyimpannya."Untuk apa, dia bekerja keras seperti ini?" Tanya Rumi pelan."Tentu nya, bukan untuk kamu." Jawab Biantoro sambil menatap tajam Rumi.Rumi langsung terbangun dan menjauh dari Biantoro, melihat biantoro membuka kedua matanya."Aku ke bawah, dulu. Akan ku siapkan makan malam." Pamit Rumi.Biantoro tersenyum kecut, melihat Rumi k
Siska merasa situasi nya, tidak nyaman untuk nya. Memilih untuk pamit pergi dari tempat itu, lalu masuk ke dalam kamarnya."Dia sangat pandai bersandiwara." Ucap Biantoro.Rumi menoleh ke arah Biantoro, dia pun jadi bingung menghadapi soal ini. Rumi pun sebenarnya tidak ingin lagi berhubungan dengan Siska, karena pengkhianatanSiska, namun rasanya terlalu kejam jika dia membiarkan Siska hidup sendirian dalam kondisi seperti itu.Rumi tidak menanggapi ucapan Biantoro barusan, dia memilih naik menuju kamarnya untuk bersiap pergi ke kantor.Biantoro memperhatikan Rumi yang sedang kebingungan karena mesin mobilnya yang tidak mau menyala.Biantoro menghampiri Rumi, "Ada apa?" Tanya Biantoro."Enggak tahu, tiba-tiba mobilku tidak bisaa menyala," jawab Rumi."Aku hubungi bengkel, kamu biar aku antar." Ucap Biantoro.Rumi menatap Biantoro sesaat, "tidak usah, aku naik kendaraan online saja, aku takut kamu terlambat." Tolak Rumi."Aku bos nya, jika aku terlambat juga tidak akan ada yang memara
Siska sedang bersiap karena hari ini jadwalnya dia harus pergi ke dokter, untuk melakukan terapi.Tanpa terasa satu bulan pun telah berlalu sejak kecelakaan itu. Luka-luka di kaki pun telah mengering dan menghilang. Bisa di katakan Siska sudah hampir 80 persen sembuh.Siska kini hanya tinggal menunggu bisa berjalan. Siska pergi ke rumah sakit di temani oleh perawat nya.Selesai terapi, Siska pun langsung pulang. Hal ini tentu membosankan untuk Siska, namun Siska mencoba menerima keadaan ini.Dia tidak mau Biantoro makin tidak menyukai nya. Namun kali ini di dalam perjalanan pulang Siska bertemu dengan Alex, dan akhirnya mengobrol.Siska tersenyum melihat Alex yang sedang berjalan ke arahnya, dalam hatinya ada juga sedikit rasa rindu pada Alex"Bagaimana kabar mu?" Tanya Alex langsung saat mereka bertemu."Seperti yang kamu lihat aku belum baik-baik saja." Jawab Siska.Alex membisu, dia ingat apa yang terjadi pada Siska akibat ulahnya, ada sedikit rasa bersalah pada diri Alex, entah b