Siska merasa situasi nya, tidak nyaman untuk nya. Memilih untuk pamit pergi dari tempat itu, lalu masuk ke dalam kamarnya."Dia sangat pandai bersandiwara." Ucap Biantoro.Rumi menoleh ke arah Biantoro, dia pun jadi bingung menghadapi soal ini. Rumi pun sebenarnya tidak ingin lagi berhubungan dengan Siska, karena pengkhianatanSiska, namun rasanya terlalu kejam jika dia membiarkan Siska hidup sendirian dalam kondisi seperti itu.Rumi tidak menanggapi ucapan Biantoro barusan, dia memilih naik menuju kamarnya untuk bersiap pergi ke kantor.Biantoro memperhatikan Rumi yang sedang kebingungan karena mesin mobilnya yang tidak mau menyala.Biantoro menghampiri Rumi, "Ada apa?" Tanya Biantoro."Enggak tahu, tiba-tiba mobilku tidak bisaa menyala," jawab Rumi."Aku hubungi bengkel, kamu biar aku antar." Ucap Biantoro.Rumi menatap Biantoro sesaat, "tidak usah, aku naik kendaraan online saja, aku takut kamu terlambat." Tolak Rumi."Aku bos nya, jika aku terlambat juga tidak akan ada yang memara
Siska sedang bersiap karena hari ini jadwalnya dia harus pergi ke dokter, untuk melakukan terapi.Tanpa terasa satu bulan pun telah berlalu sejak kecelakaan itu. Luka-luka di kaki pun telah mengering dan menghilang. Bisa di katakan Siska sudah hampir 80 persen sembuh.Siska kini hanya tinggal menunggu bisa berjalan. Siska pergi ke rumah sakit di temani oleh perawat nya.Selesai terapi, Siska pun langsung pulang. Hal ini tentu membosankan untuk Siska, namun Siska mencoba menerima keadaan ini.Dia tidak mau Biantoro makin tidak menyukai nya. Namun kali ini di dalam perjalanan pulang Siska bertemu dengan Alex, dan akhirnya mengobrol.Siska tersenyum melihat Alex yang sedang berjalan ke arahnya, dalam hatinya ada juga sedikit rasa rindu pada Alex"Bagaimana kabar mu?" Tanya Alex langsung saat mereka bertemu."Seperti yang kamu lihat aku belum baik-baik saja." Jawab Siska.Alex membisu, dia ingat apa yang terjadi pada Siska akibat ulahnya, ada sedikit rasa bersalah pada diri Alex, entah b
Rumi hari itu jalan dengan kaki agak pincang,karena terjatuh tadi pagi. Biantoro melihat itu dengan kesal.Biantoro yang saat itu berada di belakang Rumi, segara berjalan cepat lalu mengangkat Rumi ala bridal style menaiki anak tangga.Rumi segera mengalungkan tangannya ke leher Biantoro dengan erat, karena takut jatuh.Rumi menatap Biantoro dengan tajam, Biantoro membuatnya terkejut dengan tingkahnya ini."Bikin kaget aja!" Omel Rumi."Lebih baik kamu, jangan kerja dulu, jika masih sakit!" Bentak Biantoro."Iya," jawab Rumi, matanya terus melihat ke arah wajah Biantoro, sepanjang jalan itu.Walaupun Biantoro terlihat selalu kasar, entah mengapa Rumi merasa Biantoro sebenarnya selalu melindunginya."Menyusahkan!" Umpat Biantoro saat melepaskan gendongan nya.Rumi tersenyum mendengar itu, Biantoro memang kasar di mulut tapi sikapnya sangat manis walau kadang-kadang aneh."Apa kamu jatuh cinta padaku?" Tanya Rumi tiba-tiba.Biantoro menghentikan langkahnya mendengar itu. Dia menelan lu
Rumi baru saja selesai menemui klien nya, dan memperoleh kesepakatan, dengan gembira Rumi berjalan keluar dari tempat itu. Namun ditengah jalan, Rumi terkejut saat tubuhnya di tabrak seseorang, hingga dia hampir terjatuh, jika saja pria itu tidak cepat menangkapnya."Maaf, aku tidak sengaja." Ucap pria itu sambil memeluk Rumi.Rumi yang tersadar dengan posisinya, yang berada dalam pelukan pria itu. Segera melepaskan diri dari pelukan pria itu. "Iya, bukan masalah." Jawab Rumi sambil mengambil tasnya yang terjatuh di lantai, lalu pergi meninggalkan tempat dan pria itu, begitu saja.Rumi, menjelang magrib baru pulang kembali ke penginapan, Rumi yang baru saja hendak masuk ke dalam penginapan nya, terkejut saat tiba-tiba ada yang menyapanya."Kamu menginap di sini juga?" Tanya seorang pria.Rumi mengerutkan keningnya, mengingat apa dia mengenal pria itu."Aku yang tadi siang menabrak mu," ucap pria itu membantu Rumi mengingat."Kamu menginap di sini juga?" Tanya Rumi."Iya, seperti nya
Biantoro, menatap Rumi yang masuk ke dalam kamar mandi. Biantoro lalu melihat tangannya yang tadi digibaskan oleh Rumi."Apa dia begitu tidak suka, jika aku memeluknya." Ucap Biantoro, hatinya sedikit sedih menyadari hal ini.Biantoro duduk di tepi tempat tidur, lalu berbaring menatap langit-langit kamarnya. Biantoro merasa bingung pada dirinya sendiri saat ini. Perasaan-perasaan aneh yang selama ini tidak pernah dia rasakan pada seseorang, dia rasakan pada Rumi.Seperti rasa cemas, rasa takut dan juga rasa senang di perhatikan bergantian muncul di benaknya, hanya karena Rumi.Ting!Suara pesan masuk ke dalam handphone, Biantoro segera mengambil handphone nya lalu membukanya.Sederetan foto muncul di handphone, tanpa dia tahu siapa pengirimnya. Wajah Biantoro seketika menegang, melihat foto-foto tersebut."Dia, bersama siapa?" Tanya Biantoro pelan.Klek!Suara pintu kamar mandi terbuka, Rumi keluar dari sana. Biantoro langsung menyimpan handphonenya.Dia memperhatikan Rumi, dahinya se
Apa Alex yang melakukan ini? Tapi untuk apa? Bukankah Alex sudah melupakan dirinya dengan memilih Siska, lagi pula Rumi merasa Alex tidak akan berani berhadapan dengan Biantoro yang di atas segala nya dari dirinya."Siapa yang mengirim foto-foto itu padamu?" "Tidak tahu, nomernya tidak aku kenal," jawab Biantoro dengan santai.Rumi menatap Biantoro dengan bingung, sekaligus sedih. Karena hal ini dia tahu, Biantoro memang tidak pernah mencintainya. Karena Biantoro terlihat santai melihat foto-foto mesranya dengan Danu.Di wajah Biantoro, Rumi tidak sedikitpun melihat ekspresi cemburu."Dia memang tidak mencintaiku," batin Rumi.Di saat yang tegang ini, bunyi handphone Biantoro terdengar. Biantoro langsung mengangkat nya, tidak lama dia memutuskannya tanpa bicara apapun, dia hanya mendengarkan apa yang di ucapkan oleh orang yang bersuara di balik telepon."Masalah ini, sudah menyebar kemana-mana, bersiap-sialah kamu menerima akibat kebodohan mu!" Ucap Biantoro kesal pada Rumi.Menden
Siska di dalam kamar,merasa kesal sendiri. Dia kesal melihat tingkah Biantoro yang begitu angkuh padanya.Siska menatap diri di cermin, wajahnya terlihat mengeras menahan emosi karena Biantoro, Siska berjanji dia pasti akan bisa membuat Biantoro bertekuk lutut di kakinya.Siska menelepon seseorang, lalu tersenyum lebar, membayangkan apa yang nanti akan terjadi"Kakak. Maaf tapi kamu akan tahu jika aku tidak main-main dalam hal ini, aku hanya ingin tahu sejauh mana suami kamu yang sombong itu bisa melindungi mu."Biantoro naik ke atas, untuk melihat keadaan Rumi di kamar. Biantoro membuka pintu kamar perlahan-lahan, untuk sedikit mengintip apa yang sedang di lakukan Rumi saat ini.Biantoro menatap Rumi, yang ternyata sedang melamun. Biantoro jadi merasa sedikit sedih, Biantoro dengan sengaja menutup pintu kamar dengan sedikit kuat, hingga menimbulkan suara agak keras, untuk menarik perhatian Rumi ke arahnya."Aku bosan! Apa kamu bisa temani aku keluar?" Seru Biantoro."Siapa suruh,
Rumi menanti jawaban dari Biantoro untuk menjelaskan, tentang apa yang terjadi."Di bawah apartemen tadi, banyak wartawan, yang ingin mewawancarai kamu," jawab Biantoro.Rumi terdiam, ternyata masalah ini berbuntut panjang. Entah bagaimana dia harus meluruskan hal ini, pikir Rumi.Melihat Rumi melamun, Biantoro pun berkata. "Biarkan aku yang mengurusnya. Kamu tenang saja, nanti di rumah besar. Akan ku buat mereka lupa akan masalah ini." Ucap Biantoro.Rumi menoleh dan menatap Biantoro dengan tajam, apa maksudnya dia harus meninggalkan apartemen dan tinggal di rumah besar, sementara ini."Maksud kamu, kita akan tinggal di rumah besar?" Tanya Rumi."Bukan kita, tapi hanya kamu. Aku akan tetap tinggal di apartemen dan menyelesaikan masalah ini." Rumi kembali menatap Biantoro. Berarti beberapa hari ini, mereka berdua akan berpisah. Rumi merasa tidak ingin melakukan hal ini, jika dia tinggal di rumah besar, Siska dan Biantoro akan berduaan saja di apartemen.Ingatan Rumi langsung teringat