Siska menatap sedih ke arah dinding rumah sakit, ia memandang kakinya yang belum bisa ia gerakan. Kata dokter dia mengalami kelumpuhan sementara akibat kakinya mengalami luka dalam akibat benturan keras yang di alaminya."Aaaaa!" Teriak Siska histeris secara tiba-tiba. Siska marah melihat luka-luka yang menyelimuti hampir seluruh tubuhnya."Ini semua gara-gara Rumi!" Ucap nya.Siska masih saja menyalahkan Rumi, penyebab kecelakaan yang menimpa nya, karena Rumi telah memberikan mobil yang rusak padanya."Anda kenapa nona?" Tanya seorang perawat dengan panik."Pergi. Keluar kamu! Aku tidak mau melihat mu!" Usir Siska dengan marah pada perawat itu."Iya, tapi apa yang terjadi?" Tanya perawat itu panik, melihat Siska mengamuk."Bukan urusan mu! Panggil kakak ku bodoh!" Teriak Siska histeris sambil menjambak rambutnya kuat-kuat hingga membuat perawat itu ketakutan.Perawat itu pun langsung keluar dan segera menghubungi Rumi.Rumi terdiam di pintu saat melihat kamar rawat Siska berantakan.
Malam pun kian larut, Biantoro masih bertahan tetap berada di ruang kerjanya., untuk menghindari bertemu Rumi di kamar tidur.Biantoro menyesali kejadian tadi, mengapa bisa terjadi padanya dan Rumi, walaupun terus terang pemandangan yang dia lihat tadi benar-benar indah, sampai-sampai dia harus menelan ludahnya sendiri, saat menatap nya."Apa dia sudah tidur?" Tanya Biantoro memikirkan Rumi.Biantoro perlahan membuka pintu kamarnya, Biantoro mengintip sedikit untuk melihat keberadaan Rumi.Biantoro menarik nafas, saat melihat Rumi sudah berbaring menghadap tembok. Dengan langkah perlahan, Biantoro pun masuk ke dalam kamar, lalu dengan gerakan cepat segera berbaring di atas tempat tidur.Rumi membuka matanya, saat merasakan ada pergerakan di sebelahnya. Rumi tahu jika gerakan itu, berasal dari Biantoro yang baru saja naik ke atas tempat tidur.Rumi tidak berani membalikkan badan, dia masih ingat kejadian tadi. Kenapa juga kejadian itu harus terjadi padanya? Batin Rumi membodohi diriny
Biantoro pulang malam itu dalam keadaan begitu lelah, karena seharian ini di kantor begitu banyak pekerjaan yang harus dia kerjakan.Hingga begitu masuk ke dalam kamar, Biantoro langsung membaringkan diri di atas tempat tidur, lalu tertidur begitu saja dengan cepat.Rumi yang baru keluar dari kamar mandi, terkejut melihat Biantoro yang tertidur pulas di atas tempat tidur. Rumi jadi memperhatikan Biantoro yang tertidur, untuk beberapa saat lamanya. Rumi menangkap ada raut kelelahan di wajah Biantoro, hingga timbul rasa iba di hati Rumi.Rumi pun segera mendekati Biantoro, dia mengambil tas yang masih dalam genggaman Biantoro dengan perlahan, lalu menyimpannya."Untuk apa, dia bekerja keras seperti ini?" Tanya Rumi pelan."Tentu nya, bukan untuk kamu." Jawab Biantoro sambil menatap tajam Rumi.Rumi langsung terbangun dan menjauh dari Biantoro, melihat biantoro membuka kedua matanya."Aku ke bawah, dulu. Akan ku siapkan makan malam." Pamit Rumi.Biantoro tersenyum kecut, melihat Rumi k
Siska merasa situasi nya, tidak nyaman untuk nya. Memilih untuk pamit pergi dari tempat itu, lalu masuk ke dalam kamarnya."Dia sangat pandai bersandiwara." Ucap Biantoro.Rumi menoleh ke arah Biantoro, dia pun jadi bingung menghadapi soal ini. Rumi pun sebenarnya tidak ingin lagi berhubungan dengan Siska, karena pengkhianatanSiska, namun rasanya terlalu kejam jika dia membiarkan Siska hidup sendirian dalam kondisi seperti itu.Rumi tidak menanggapi ucapan Biantoro barusan, dia memilih naik menuju kamarnya untuk bersiap pergi ke kantor.Biantoro memperhatikan Rumi yang sedang kebingungan karena mesin mobilnya yang tidak mau menyala.Biantoro menghampiri Rumi, "Ada apa?" Tanya Biantoro."Enggak tahu, tiba-tiba mobilku tidak bisaa menyala," jawab Rumi."Aku hubungi bengkel, kamu biar aku antar." Ucap Biantoro.Rumi menatap Biantoro sesaat, "tidak usah, aku naik kendaraan online saja, aku takut kamu terlambat." Tolak Rumi."Aku bos nya, jika aku terlambat juga tidak akan ada yang memara
Siska sedang bersiap karena hari ini jadwalnya dia harus pergi ke dokter, untuk melakukan terapi.Tanpa terasa satu bulan pun telah berlalu sejak kecelakaan itu. Luka-luka di kaki pun telah mengering dan menghilang. Bisa di katakan Siska sudah hampir 80 persen sembuh.Siska kini hanya tinggal menunggu bisa berjalan. Siska pergi ke rumah sakit di temani oleh perawat nya.Selesai terapi, Siska pun langsung pulang. Hal ini tentu membosankan untuk Siska, namun Siska mencoba menerima keadaan ini.Dia tidak mau Biantoro makin tidak menyukai nya. Namun kali ini di dalam perjalanan pulang Siska bertemu dengan Alex, dan akhirnya mengobrol.Siska tersenyum melihat Alex yang sedang berjalan ke arahnya, dalam hatinya ada juga sedikit rasa rindu pada Alex"Bagaimana kabar mu?" Tanya Alex langsung saat mereka bertemu."Seperti yang kamu lihat aku belum baik-baik saja." Jawab Siska.Alex membisu, dia ingat apa yang terjadi pada Siska akibat ulahnya, ada sedikit rasa bersalah pada diri Alex, entah b
Rumi hari itu jalan dengan kaki agak pincang,karena terjatuh tadi pagi. Biantoro melihat itu dengan kesal.Biantoro yang saat itu berada di belakang Rumi, segara berjalan cepat lalu mengangkat Rumi ala bridal style menaiki anak tangga.Rumi segera mengalungkan tangannya ke leher Biantoro dengan erat, karena takut jatuh.Rumi menatap Biantoro dengan tajam, Biantoro membuatnya terkejut dengan tingkahnya ini."Bikin kaget aja!" Omel Rumi."Lebih baik kamu, jangan kerja dulu, jika masih sakit!" Bentak Biantoro."Iya," jawab Rumi, matanya terus melihat ke arah wajah Biantoro, sepanjang jalan itu.Walaupun Biantoro terlihat selalu kasar, entah mengapa Rumi merasa Biantoro sebenarnya selalu melindunginya."Menyusahkan!" Umpat Biantoro saat melepaskan gendongan nya.Rumi tersenyum mendengar itu, Biantoro memang kasar di mulut tapi sikapnya sangat manis walau kadang-kadang aneh."Apa kamu jatuh cinta padaku?" Tanya Rumi tiba-tiba.Biantoro menghentikan langkahnya mendengar itu. Dia menelan lu
Rumi baru saja selesai menemui klien nya, dan memperoleh kesepakatan, dengan gembira Rumi berjalan keluar dari tempat itu. Namun ditengah jalan, Rumi terkejut saat tubuhnya di tabrak seseorang, hingga dia hampir terjatuh, jika saja pria itu tidak cepat menangkapnya."Maaf, aku tidak sengaja." Ucap pria itu sambil memeluk Rumi.Rumi yang tersadar dengan posisinya, yang berada dalam pelukan pria itu. Segera melepaskan diri dari pelukan pria itu. "Iya, bukan masalah." Jawab Rumi sambil mengambil tasnya yang terjatuh di lantai, lalu pergi meninggalkan tempat dan pria itu, begitu saja.Rumi, menjelang magrib baru pulang kembali ke penginapan, Rumi yang baru saja hendak masuk ke dalam penginapan nya, terkejut saat tiba-tiba ada yang menyapanya."Kamu menginap di sini juga?" Tanya seorang pria.Rumi mengerutkan keningnya, mengingat apa dia mengenal pria itu."Aku yang tadi siang menabrak mu," ucap pria itu membantu Rumi mengingat."Kamu menginap di sini juga?" Tanya Rumi."Iya, seperti nya
Biantoro, menatap Rumi yang masuk ke dalam kamar mandi. Biantoro lalu melihat tangannya yang tadi digibaskan oleh Rumi."Apa dia begitu tidak suka, jika aku memeluknya." Ucap Biantoro, hatinya sedikit sedih menyadari hal ini.Biantoro duduk di tepi tempat tidur, lalu berbaring menatap langit-langit kamarnya. Biantoro merasa bingung pada dirinya sendiri saat ini. Perasaan-perasaan aneh yang selama ini tidak pernah dia rasakan pada seseorang, dia rasakan pada Rumi.Seperti rasa cemas, rasa takut dan juga rasa senang di perhatikan bergantian muncul di benaknya, hanya karena Rumi.Ting!Suara pesan masuk ke dalam handphone, Biantoro segera mengambil handphone nya lalu membukanya.Sederetan foto muncul di handphone, tanpa dia tahu siapa pengirimnya. Wajah Biantoro seketika menegang, melihat foto-foto tersebut."Dia, bersama siapa?" Tanya Biantoro pelan.Klek!Suara pintu kamar mandi terbuka, Rumi keluar dari sana. Biantoro langsung menyimpan handphonenya.Dia memperhatikan Rumi, dahinya se