Penelope semakin tidak percaya. Anggara menariknya dengan paksa. Sang istri berteriak. Spontan Anggara segera mencium Penelope. Membungkam mulutnya. Terus melakukan hal itu, tidak peduli Penelope menggigitnya.Anggara tetap melakukannya hingga akhirnya sang istri menyerah, karena sangat merindukan suaminya. Bahkan Penelope meneteskan air mata sambil menikmati pagutan sang suami yang cukup panas itu.Anggaran mengusap air mata itu dengan jemarinya. Namun masih saja tidak melepaskan bibirnya. Dia menggendong sang istri dan merebahkan di atas ranjang yang cukup kecil itu. Mulai melakukan aksinya. Anggara juga tidak tahan karena Penelope sangat cantik sekali.Apa yang bisa dilakukan Penelope ketika jemari itu sudah membuka kebayanya. Dia menikmati sentuhan itu yang sudah membuat nafsunya di ubun-ubun. Tanpa sadar Penelope menikmatinya. Dia memejamkan kedua matanya dengan sedikit merintih. Merasakan kenikmatan yang sangat luar biasa.Anggara tersenyum melihat hal itu. Raden mulai membuka k
Ana bersama Brian masih saja saling berpandangan. Mereka sangat bahagia bisa bersama. Walaupun dalam hati mereka masih ada ketakutan ketika kembali ke Jogjakarta. Pasti mereka akan dipisahkan lagi dan harus menjalani peraturan yang berada di sana. Namun, untuk saat ini mereka akan menikmati semuanya terlebih dahulu."Kenapa kau seperti ini, Brian? Kau kan bisa bersama dengan Amel. Dia itu seperti boneka hidup. Sangat cantik, putih, sangat sempurna. Untuk apa kau memilihku?" Ana masih saja tidak mengerti. Dia menatap Brian sambil bersedekap. Dia itu gadis tomboy, kulitnya juga tidak seperti Amel wanita yang sangat sempurna dan diidamkan oleh semua pria."Aku tidak suka cewek cantik. Aku suka cewek jelek seperti kamu. Lihatlah, tidak pernah sisiran, makan celemotan, galak, nggak pernah pakai rok. Kau itu tidak jelas," balas Brian dengan kedua alis yang mengerut sangat dalam."Hah?" Ana melotot saat mendengarnya. Dia memukul Brian, namun pemuda itu menahan tangan Ana dan malah menariknya
Kepala pengawal masih saja menunduk. Dia cemas. Bagaimana mungkin dia akan melawan Raden yang sangat dihormatinya itu sangat berjasa bagi dia dan keluarganya. Yang selalu sangat baik kepadanya. Namun, ini adalah perintah yang harus dilakukan. Bagaimanapun juga, dia adalah seorang pegawai yang hanya menjalankan perintah. Apa yang sudah diucapkan Romo adalah hal yang harus dilakukannya."Raden, maafkan saya. Saya sangat menghormati Anda. Sekali lagi saya meminta agar Anda menyerahkan diri dengan sangat baik. Saya akan membawa Anda dan Nona Ana pergi dari sini. Saya mohon. Saya tidak ingin ada kekerasan sama sekali," ucap kepala pengawal sekali lagi. Namun, Anggara malah memukulnya dengan sangat keras, buk! Membuat dia tersungkur.Kepala pengawal segera berdiri kembali, kemudian mengangkat tangannya. Menunjukkan jika mereka semua yang berada di belakangnya harus menangkap Anggara.Pen dan Ana saling berpelukan. Mereka menangis melihat Anggara dan Brian terus berusaha melindungi mereka. N
Pen tidak habis pikir. Masalah baru datang menderunya lagi. Dia tidak boleh egois. Nyawa Nyai sangat berharga sekali. Dia ingin wanita tua itu ketika terbangun melihat Ana dan Anggara berada di sana. Tentunya tanpa dirinya. Dia akan mengalah dan tidak akan pernah muncul untuk saat ini."Kau tahu di mana rumah sakit itu? Kita akan pergi ke sana. Aku akan menyerahkan dirimu, Ana.""Apa!" Ana berteriak keras. Dia menggelengkan kepala, kemudian menatap sang ibu dengan tajam. Aku tidak akan pernah meninggalkan Ibu sendirian. Wanita itu .... maksud aku Nenek. Pasti akan sembuh. Ibu, mereka sangat kaya. Dokter terbaik pasti akan menanganinya. Sudahlah, Ibu. Kita akan pergi sesuai dengan rencana awal."Penelope terus menggelengkan kepala. Dia tidak akan pernah membiarkan Ana seperti itu. Bagaimanapun juga ... jika dia berada di posisi Nyai, pasti dia akan melakukan hal yang sama. Ini adalah tuntutan keluarga. Dia tidak boleh egois seperti itu."Ana, nyawa nenekmu sangat berharga. Kita tidak b
Di luar rumah sakit Pen menangis tanpa henti. Dia duduk di bawah pohon sambil meringkuk. Bahkan tidak peduli beberapa orang melihatnya."Pen! Kenapa kau seperti itu? Ayo bangun!" Pen terkejut Mawar tiba-tiba datang bersama Joko, kini berada di hadapannya. Dia segera memeluk sang sahabat yang ikut menangis dan tahu penderitaannya."Aku sudah menyerahkan dia. Aku tidak bisa lagi bertemu dengannya. Tapi aku harus menyerahkan dia, Mawar. Aku tidak bisa hidup tanpanya. Tapi aku harus. Itu adalah kewajibanku. Aku sudah berdosa dan ini adalah hukuman untukku," balas Pen masih menangis. Mawar segera menarik sang sahabat dan mengajaknya masuk ke dalam mobil Joko. Lelaki itu masih terdiam mengamati semuanya."Sekarang tenangkan dirimu. Joko saat itu dibantu semua pengacara yang sudah dikirimkan Anggara, lalu kembar, juga membantumu. Semua kekayaan mu kini sudah kembali. Amara juga masih saja menerima hukumannya. Kau akan hidup dengan lebih baik." Mawar masih saja berusaha menyenangkan Pen denga
Ana masih saja menundukkan kepala. Awalnya dia tidak peduli dengan perkataan Gracia. Namun, ketika menyebut nama ibunya. Anak berdiri mendekati wanita itu dan menatapnya tajam. Mendadak mendorong Gracia hingga terjatuh ke belakang. Untung saja di belakang tubuh wanita itu adalah ranjang."Walaupun aku anak kecil tinggiku sama seperti denganmu. Jangan pernah membuat aku marah. Sekali lagi kau akan membuat ibuku menderita ... aku akan membunuhmu. Apa kau lupa dari mana aku berasal? Aku berasal dari jalanan. Bahkan aku sudah dua kali masuk penjara. Aku ... tidak takut apa pun," ucapnya pelan, namun dengan kedua mata yang tajam. Gracia segera berdiri merapikan kebayanya yang sangat berantakan. Dia menata rambutnya. Kemudian dia mengepalkan kedua tangannya. Tidak percaya Ana berani memperlakukannya seperti itu.Plak!Gracia menampar Ana dengan sangat keras. Gadis itu melotot tajam ke arahnya. Ingin sekali membalas tapi Ana tahan. Dia tidak mungkin melakukan itu dengan orang yang sudah tua
Ana masuk ke dalam kamarnya berteriak sangat keras. "ARGH!" Semua barang yang berada di hadapannya, dia singkirkan. Prang! Semuanya pecah berserakan di lantai. Para pelayan datang dan berusaha menenangkan gadis itu."Nona, tenanglah!"Mereka semua memegangi Ana. Gracia segera datang, setelah dia menghubungi seorang dokter. Gracia meminta dokter itu untuk menyuntikkan sesuatu kepada Ana agar tenang. Kebetulan dokter itu adalah teman dekatnya. Gracia memberikan uang yang sangat banyak, membuat Dokter wanita itu bisa melakukan apa pun yang Gracia minta."Bagus. Paling tidak dia tenang. Jika ada yang buka mulut, aku akan menghabisi kalian semua," ucapnya pelan dengan tersenyum puas. Kini dia menatap dokter itu. "Bayarannya sudah aku kirim ke rekening mu. Aku akan menghubungi mu kalau perlu.""Baiklah, aku pergi," balas dokter itu meninggalkan kediaman. "Pastikan dia tenang," ucap Gracia sebelum meninggalkan kamar Ana. Semua pelayan hanya bisa menundukkan kepala dan menuruti semua yang di
Benar-benar di luar dugaannya. Anggara mengatakan hal itu? Ada apa ini? Apakah ini sebuah lelucon? Tidak ada angin, tidak ada perasaan, tidak ada hal apa pun yang Gracia rasakan. Hingga detik ini ... sampai tiba-tiba dia harus mendengarkan sang suami mengatakan hal yang sangat mengejutkan. Dan tentu saja ini membuat dia semakin besar kepala. Gracia tersenyum puas dengan semuanya. Keyakinannya untuk menang sudah di depan mata dan ini adalah semua yang dia rencanakan. Anggara pasti akan menyerah. Membuat dirinya menjadi istri sah satu-satunya yang akan melahirkan ahli waris, yang disetujui oleh dua pihak keluarga. Bukan Penelope, wanita yang sangat bencinya itu."Apakah kau mengatakan yang sebenarnya? Suamiku, ini tidak mungkin. Kau sudah membuatku sangat bahagia. Apalagi mengumumkan ini di depan semua orang. Tolonglah, jangan pernah menganggap ini lelucon. Karena aku tidak akan pernah memaafkan kamu." Gracia menatap sang suami dengan tajam. Dia ingin kepastian. Anggara tersenyum lalu