Share

7. Andrea telah mati!

Langkah Andrea tergesa-gesa. Ia hampir terlambat, satu menit sebelum waktu bekerja ia baru menempelkan sidik jarinya hingga akhirnya gajinya terselamatkan karena siapapun karyawan yang terlambat maka gaji akan dipotong.

Baru saja ia merasa lega, salah satu staf yang bekerja satu divisi dengannya langsung memintanya menemui manager divisi. Ada hal penting yang harus mereka bicarakan, Andrea menebak ini masalah wawancara Elov Graff.

Pintu diketuk Andrea dengan perlahan, sebenarnya sangat malas dan berharap hari ini ia pingsan mendadak hingga ada yang menggantikan tugasnya. Namun sayang, ia tidak pernah pingsan sekalipun sehingga akan sangat sulit mewujudkan harapannya.

"Duduk Rea," ucap William.

Andrea duduk di hadapan lelaki bermata minimalis dengan kulitnya yang putih itu. Wajahnya cukup tampan hanya saja sikapnya membekukan siapa saja yang berada di dekatnya saking dinginnya lelaki ini.

"Kamu sudah tahu apa tugasmu hari ini, bukan?"

Andrea mengangguk lemas, biasanya ia sangat antusias memburu berita dan menulisnya sendiri.

"Aku tidak ingin kamu membuat perusahaan kita kecewa, Rea. Aku mengharapkanmu semaksimal mungkin hari ini. Aku mendengar kabar bahwa ini adalah film terakhir Elov Graff. Digadang-gadangkan akan menjadi film dengan jumlah penonton yang sangat meledak. Aktor itu akan pensiun dini dan kamu harus mendapatkan alasannya sedikit saja atau apapun itu. Kamu mengerti bukan jika kamu harus bisa mewawancarainya secara langsung."

Tutur kata William yang penuh dengan penegasan itu sama sekali tidak terdengar di telinga Andrea yang sedang sibuk dengan dunianya sendiri.

William memperhatikan Andrea yang tidak fokus pada arahnya. Dahi lelaki itu mengeriput melihat ekspresi wajah Andrea yang berubah-ubah.

"Kamu mendengar saja, Andrea?"

Andrea tersentak mendengar suara lantang William. Ia gelapanan lantas mengangguk sebagai jawaban tetapi William jelas tidak percaya. Lelaki itu menggertakkan giginya menahan kekesalan.

"Aku tidak mau tahu kamu memiliki masalah apa tetapi profesional lah dalam bekerja. Aku tidak ingin hasil yang buruk. Aku ingin kamu mendapatkan semua yang terbaik untuk perusahaan kita," tandas William, ia menggerakkan tangannya sebagai isyarat ia meminta Andrea untuk keluar.

Wajah Andrea memerah, ia malu karena kedapatan tidak fokus. Memang benar, ia harus profesional tetapi masalahnya itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Lelaki itu adalah sosok yang membuatnya pergi sejauh mungkin meninggalkan negaranya. Membuat semua orang terdekatnya mengira jika ia telah lama tiada.

***

Finn mengernyitkan dahinya, sejak pulang dari mall sikap Elov jelas berubah. Lelaki tampan di usianya yang menginjak tiga puluh dua tahun itu biasanya banyak bertanya berbagai hal di tempat baru.

Beberapa kali Finn hendak membuka suara tetapi ia urungkan melihat kerutan di dahi Elov yang menandakan ia sedang berpikir keras.

"Ada yang aneh, Finn."

Akhirnya Elov membuka suara. Sejauh ini ia paling tahu jika lelaki di sampingnya yang selalu bersamanya mengurus segala hal adalah sosok yang paling tepat membeberkan segala rahasia hatinya.

"Aneh? Anda memang sedang aneh, Tuan," celetuk Finn yang membuatnya mendapat tatapan tajam dari Elov.

"Aku sedang serius. Aku kemarin bertemu dengan dua anak kecil yang wajahnya cukup mirip denganku. Bukan hanya itu, bocah lelaki itu memiliki warna bola mata yang sama persis denganku," ucap Elov kemudian ia berdecak kesal karena kesulitan menemukan jawaban dari ribuan tanda tanya yang bersarang di benaknya.

Wajah Finn terlihat tegang. Kebingungan dan keanehan Elov seakan berpindah padanya. Jika benar apa yang dikatakan Elov maka akan ada masalah besar jika ada yang mengetahui dan menyama-nyamakan mereka. Bukankah itu akan berpengaruh dengan karier Elov yang sebentar lagi akan ia akhiri.

Finn tidak ingin di penghujung karier Elov justru menuai kontroversi. Siapa saja pasti akan membuat berita sesuka hati mereka apabila mendapati sosok anak yang dimaksud Elov secara tidak sengaja.

"Wanita itu ... dia telah meninggal bersama dengan semua penumpang pesawat enam tahun yang lalu. Andrea Ammann ... aku bahkan masih mengingat namanya. Mustahil dia selamat sedangkan namanya tercatat dalam penumpang pesawat tersebut," ucap Elov sambil menerawang bagaimana dulu ia berhasil mendapatkan identitas Andrea setelah seminggu mencarinya.

Saat mengetahui dari CCTV pemilik kelab malam di mana wartawan yang dicuri identitasnya oleh Andrea itu, orang-orang Elov akhirnya mengetahui jika Andrea adalah seorang mahasiswi magang. Mereka bahkan mendatangi perusahaan tempat Andrea bekerja. Mendatangi sahabatnya, memeriksa di kampus, bahkan keluarga Andrea pun tak luput dari pemeriksaan.

"Andrea telah mati. Dia mengalami kecelakaan pesawat. Jika tidak percaya maka periksalah di bandara atau cari di berita," ucap Lusiana kala itu.

Elov bahkan memeriksanya sendiri setelah mendapat kabar dari keluarga Ammann. Saat itu hingga kemarin ia merasa lega karena dosanya telah ditutupi oleh Tuhan, tetapi tidak dengan saat ini.

"Cari tahu orang itu, Finn. Aku mencurigainya," ucap Elov dengan suara yang terdengar lirih.

Finn memeluk dahinya keras. "Mencari tahu seseorang di negara ini tanpa informasi sedikit saja itu sama saja Anda menyuruh saya mencari jarum dalam segudang tumpukan jerami. Setidaknya Anda kemarin menanyakan namanya, Tuan. Saya harus mulai dari mana?" keluh Finn.

Elov mendengus. "Kamu bisa memulainya dari mana saja. Cari di mall kemarin. Mungkin saja dia kembali lagi. Atau periksa CCTV di mall tempat aku bertemu dengan mereka, kamu bisa terus mengikuti ke mana dia pergi, bukan?"

Ini gila! Mereka baru mendarat tiga hari di negara orang lantas langsung membuat kehebohan. Finn rasanya tidak sanggup tetapi reputasi Elov pun sedang terancam.

"Jika aku menemukan mereka, Anda ingin melakukan apa?" tanya Finn.

Elov terdiam.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status