Perkataan Ann membuat Julia sedikit terbuka pikirannya.Tangannya menutup jendela dan merapatkan gorden. Kakinya melangkah mengarah ke meja dekat sofa, lalu meminum teh dan menyantap soup yang tersaji. Baru saja hendak menyendok soup kedua kalinya tiba-tiba Nancy masuk. "Ny-nyonya...." ucapnya terbata-bata dan agak terpengap-pengap.
Brak!
Pintu dibuka dengan kasar oleh seorang yang tingginya hampir dekat dengan palang pintu. "Anda di dalam ruangan ini melakukan apa saja hingga anakku bisa keluar bebas? Bukankah aku mempercayakan pada yayasan ini berbayar?" bentaknya sambil menajamkan sorot matanya ke arah Julia.
"Bang... janganlah seperti itu!!" sela Adrian yang langsung masuk ke dalam ruangan.
Iya, ternyata lelaki itu Bernand. Dia, Berriel dan Adrian setelah dari kantor polisi langsung ke asrama. Mereka pun menyuruh secara paksa penjaga untuk membuka pintu gerbang, dan itu membuat wartawan sibuk memfoto dan mencoba mewawancarainya. <
Ann dan Belle sudah ada di dalam ruangan Julia.Melihat kedatangan Belle,mata Bernand menyorot tajam dan cepat sekali beranjak dari tempat duduknya. Dia meraih lengan Belle sangat kasar hingga hampir terjatuh dan membuat Ann yang ada di sampingnya pun tersungkur sehingga tubuhnya membentur meja kerja Julia."Bang, jangan kasar begitu!" ucap Adrian sambil membantu Ann bangun.Sedangkan tangan Bernard hampir melayang ke arah wajah Belle. Namun, dilerai oleh Adrian yang memang dekat diantara mereka."Bang...sabar...." ucap Adrian sangat lirih.Bernard menahan emosi dan napasnya turun naik. Matanya sejenak menoleh pada Belle dan Julia, kemudian dia pun bergegas pergi meninggalkan ruangan dan ke luar dari asrama.***Mobil Carine memasuki halaman rumah dan diparkirkan di dalam garasi. Sedangkan bibir sensualnya seketika tersenyum merekah sambil mematikan mobilnya. Kemudian dia pun langsung masuk ke dalam
Mendengar perkataan dari Natalie, Carine tergesa-gesa menuruni tangga lalu ke luar, begitu sampai teras matanya menyorot ke mata lelaki yang pernah menyentuhnya selama hampir 4 tahun belakangan. Dia adalah Imanuel.Carine pun berjalan ke arah Imanuel lalu menarik lengannya sangat kasar dan menuntunnya hingga ke luar pintu gerbang."Kamu ini mau apa? Tahu rumahku dari siapa?" cecar Carine sangat marah.Imanuel menyimpulkan senyum sinis, sedangkan matanya memandang seluruh tubuh Carine bersaksi merendahkan."Kamu 'kan yang menggunggah video itu?" ucapnya tidak ragu.Carine tertawa kecil sambil berdesis tepat di wajah Imanuel, "Aku menyesal telah mau tidur dan mencintaimu! Dan aku peringatkan kalau kamu tidak akan pernah berbahagia, apalagi dari hasil jerih payahku!"Carine memundurkan langkah dan memalingkan wajahnya ketika tangan Imanuel hendak menamparnya.Di belakang gerbang Zean memanggil-ma
"Carine adalah teman SMA aku dulu!" lirihnya agak kaget, dan suaranya hampir terdengar oleh semua orang yang berada di dalam ruangan, tanpa terkecuali oleh Imanuel.Padahal sebenarnya Bernard ini pernah menaksir Carine ketika dia ditugaskan mengurus software yang ada di kampus di mana Carine mengajar. Bernard percaya akan kekuatan Carine ini, dia memang disegani oleh semua rekan-rekan dosen atau pun dari kedinasan.'Jadi, pria ini pernah menjadi kekasih Carine?' hati Bernard berbisik, sedangkan matanya menatap Imanuel yang ada di hadapannya.Sedangkan para penyidik segera melanjutkan menginvestigasi Imanuel dan menahannya hingga penyelidikan selanjutnya. Sementara polisi tidak bisa menangkap Carine karena walikota serta petinggi negara melindunginya. Di sini Carine aman.***Carine dan Natalie sedang belanja di pusat perbelanjaan terkenal di kota, mereka sangat akrab.Tiba-tiba Carine menarik lengan Natalie, "Nat, kita
Mendengar ucapan dari orang yang sudah menjadi pendukung mental gadis kecil ini, bibirnya tersenyum merekah. Lalu dia pun berjalan ke depan tempat ibadah, tangannya ditumpukkan dan beberapa saat dirinya sedang bersama Tuhannya.Dari luar gedung Ronald sudah menunggu sambil memandangi photo Marsha, air matanya tak sadar berlinang.Tiba-tiba Ann sudah berdiri persis di sampingnya memperhatikan wajah Ronald, kemudian ke photo yang dipegangnya, mulut mungilnya berbicara, "Marsha sungguh beruntung memiliki ayah seperti Bapak, dan Ann malu mengambil posisinya.""Hey, Ann ... justru Marsha akan sangat bangga jika posisi itu kamu yang menempatinya." Ungkap Ronald sambil membukakan pintu mobilnya, "Ayo, masuk, Kevin sudah menunggu!"Nancy dan Julia baru saja melangkahkan kaki hendak masuk ke dalam mobil. Tiba-tiba Maria berlari menghampiri, "Aku ikut... please!" rengeknya seperti anak kecil.Ann cekikikan, lalu menarik tangan g
Di dalam ruang sidang, pengesahan adopsi telah usai. Kevin yang berdiri di antara Ronald dan Ann memberikan selamat atasnya. "Bro, setidaknya kamu bisa memperbaiki penyesalan pada Marsha." Tuturnya seraya menuntun mereka ke luar dari ruangan.Sidang adopsi memang tidak serumit sidang kriminal lainnya. Hanya membutuhkan beberapa saksi dan dokumentasi saja.Hati Ann sangat puas dibuatnya seolah dirinya sudah terlepas dari sosok ayah yang dibencinya dari semenjak kecil.Mata Julia memperhatikan wajah anak asuhnya ini, nampak dia seperti sedang memikirkan sesuatu, "Pikiran lagi ke mana, Ann?" sapanya sambil merengkuh bahu mungilnya.Ann membalikkan badannya, "Ann, puas dengan ini! Madam Julia!" jawabnya sambil menatap wajah keriput wanita yang telah membimbingnya dalam segala hal.Mendengar perkataan dari Ann, Julia hanya menghela napas pendek. Dia semakin yakin kalau jiwa Ann sudah dirasuki kebencian.
Degup jantung Natalie berdebar kencang, dia kini merasakan kebimbangan, sementara tangannya mengelus perutnya tanpa membuat kesimpulan. Tiba-tiba Carine menghampiri dari belakang, "Nat, kamu masih muda untuk menyia-nyiakan usiamu!Percayalah perkataanku," Carine meyakinkan."...ayo kita pulang...aku kasih kamu waktu semalam untuk berpikir!" ajak Carine menambahkan.Tidak ada pilihan kendati masih dalam keadaan bingung, tidak seimbang dan resah. Natalie melangkah mengikuti Carine yang sudah berjalan terlebih dahulu ke mobilnya. Tiba-tiba Sabela mendekat ke arah Natalie, "Kamu harus ikuti kata hati,atau kamu akan menyesal!" bisiknya. Natalie hanya menoleh disertai anggukan.Tidak begitu lama, Natalie dan Carine sudah berada di depan parkiran rumahnya. Natalie langsung masuk ke dalam kamar begitu saja, sedangkan Carine mengerti apa yang dirasakannya. Namun dirinya seolah sedang menikmati kegalauannya itu, dia hanya mengulas senyuman sinis sambil melangkah ke anak ta
Setelah itu Juan kembali ke rumah dengan senyuman penuh kepuasan. Ya, Juan hanya tersenyum di saat pikirannya pada sosok Ann yang dia temui pertama kali di ladang milik pamannya beberapa tahun lalu.Sosok Juan yang dingin dan serius, disebabkan oleh ajaran disiplin dari semenjak dia bayi. Erick Monterra dan Catherine adalah sosok keluarga yang sangat sempurna. Mereka benar-benar merencanakan dari pertama kali hendak memiliki anak, bukan hanya itu saja penerapan pola pikir pun disesuaikan oleh keinginan mereka berdua. Hingga akhirnya terbentuknya jati diri Juan Derriel seperti sekarang, dia tidak banyak berbicara. Apalagi melakukan sesuatu harus dengan waktu yang tepat, terlebih lagi dia tidak ke luar dari rumah untuk hal yang tidak penting. Ditambah Erick selalu memantau gerak-gerik anaknya dengan memasang mindset dalam dirinya, 'Selama kamu membuang-buang waktu percuma, kamu tidak akan menjadi apa-apa!'***Di dalam apartemen lantai lima belas ini Ann sedang me
Sore hari pukul 17: 37 Ann sudah berada di airport diantar oleh orang-orang yang menyayanginya termasuk Julia, Nancy dan tidak ketinggalan Maria kendati dia pernah membuat Ann tersiksa oleh perbuatannya.Melihat gadis belia ini akan pergi meninggalkan Selandia Baru untuk mencapai cita-citanya, Maria tiba-tiba datang menghampiri lalu meraih jemari Ann. "Ann, tidak ada kata-kata lain selain kamu pasti menjadi anak sukses. Maafkan aku, maafkan ayahmu dan kakakmu Natalie!" ucapnya membuat Ann sedikit agak terkejut.Maria berbicara kembali, "Suster pernah berbuat jahat padamu, Ann! Tapi, kamu sabar menghadapinya! Maka perlakuanlah hal serupa untuk mereka!"Ann tidak bereaksi apa pun, selain mengelus halus punggung gemuk tangan Maria. Lalu melangkah ke arah Antonio selaku pendamping dari sekolah The Youth sampai Ann ke Jerman.Ronald memeluk tubuh Ann untuk yang kesekian kalinya. "Jaga diri di sana!" bisiknya.Ann mengangguk lalu