“Kemana kita?” tanya Tania saat Wijaya mengajaknya keluar.
“Cek kondisi rahim kamu karena aku ingin kita memiliki anak.” Wijaya menjawab tanpa menatap Tania.
“Aku sehat.” Tania menjawab dengan nada santai “Jadi sudah pasti aku bisa hamil.”
“Kamu bawa semua obat yang dikonsumsi kan?” tanya Wijaya tanpa peduli dengan perkataan Tania yang hanya dijawab anggukan kepala.
Kendaraan yang Wijaya kendarai sampai di salah satu rumah sakit yang sedikit jauh dari tempat tinggal mereka, membuka pintu dan langsung keluar membuat Tania melakukan hal yang sama. Wijaya menunggu Tania dan langsung menggenggam tangannya membuat wajah Tania memerah, melihat itu semua jantung Wijaya berdetak kencang.
“Kamu membuat milikku keras,” bisik Wijaya yang membuat Tania memandang tidak percaya “Ayo kita selesaikan ini semua dan selanjutnya kita akan ke Bali.”
“Buat apa?” tanya
maaf kalau nama dokternya tidak sama dengan sebelumnya
Wijaya sudah mengatur banyak cara agar Yudi mendapatkan hukuman yang setimpalnya, perusahaan yang dibangun oleh orang tua dan juga mertuanya dibuat menderita. Wijaya dan Vita memang menikah karena perjodohan tapi mereka tidak pernah menyakiti wanita lain yang lemah, Helena dan Nina adalah kesalahan yang Wijaya lakukan bahkan Mira juga masuk didalamnya hanya saja tidak pernah dirinya melakukan perbuatan gila dan pengecut seperti Yudi.“Beberapa klien yang kerjasama dengan mereka sudah kami hubungi.” Muklis melaporkan dengan memberikan berkas-berkas pada Wijaya.“Kamu atur semua dengan sebaik mungkin, satu lagi jangan ganggu aku jika tidak penting karena aku mau mengobati Tania sekalian memberikan adik buat anak-anak.” Wijaya memberikan laporan pada Muklis “Kamu tahu apa yang aku mau bukan?” Muklis mengangguk “Bagus dan jangan sampai mereka tahu kalau kita berada di balik ini semua, lalu bagaimana dengan Galih?”&ldq
Tidak menjawab pertanyaan Tania yang memang fokus Wijaya saat ini adalah menahan diri untuk tidak membuat wanita disampingnya mengerang kembali, baru kali ini merasakan miliknya seakan tidak pernah puas dengan hanya sekali bermain. Helena mungkin adalah pengecualian tapi dirinya tidak mencintai Ibu Via itu, mengalihkan pandangan kearah lain agar tidak menatap wanita yang duduk disampingnya.“Apa kamu marah dengan pertanyaanku?” tanya Tania membuka suara dengan mendekatkan diri pada Wijaya.“Bisakah sedikit menjauh, Sayang? Jika kamu bersikap seperti ini aku bisa saja memakan kamu disini.” Wijaya menatap Tania dengan menahan diri membuat Tania mengangkat kedua tangannya tanda menyerah.Mencoba fokus pada hal lain agar tidak memakan wanita disampingnya, celana Wijaya seakan sudah mengetat ingin dikeluarkan dengan mencari kenikmatan satu sama lain. Mengambil ponselnya mencoba fokus pada pekerjaan yang akan dirinya tinggal beberapa hari untuk
Catatan kecil yang harus Wijaya ingat adalah Tania menginginkan memiliki anak dengan dirinya dan itu artinya harus memiliki pesawat pribadi, hal yang tidak pernah dilakukannya selama ini karena pastinya perawatan yang sangat mahal tapi demi Tania akan diwujudkan olehnya.“Aku bercanda nanti kamu benaran beli pesawat pribadi, lagian kalau memang memiliki anak aku nggak mau mereka menjadi manja dengan semua uang kamu.” Tania membuka suara sambil menatap Wijaya dalam.Mereka kembali ke kursi dengan duduk saling berhadapan, Tania kelaparan dan minta dibuatkan makanan yang tersedia di pesawat. Wijaya hanya diam memandang apa yang wanita itu lakukan, setiap gerakan Tania tidak lepas dari pengamatannya.“Kenapa lihat aku seperti itu?” tanya Tania dengan mengangkat alisnya.“Cantik.” Satu kata yang Wijaya katakan dapat membuat pipi Tania memerah dan dirinya semakin menyukainya.“Sejak kapan kamu mencintaiku?”
Sentuhan Tania membuat Wijaya memejamkan matanya, miliknya seakan ingin dipuaskan kembali dan tidak bisa hanya satu kali permainan. Tatapan Tania yang penuh gairah membuat Wijaya semangat melakukannya dengan miliknya keluar masuk dalam milik Tania, desahan-desahan kecil membuat gerakan Wijaya semakin cepat juga kasar.“Lebih cepat lagi...” Tania mengeluarkan suara desahannya membuat Wijaya semakin mempercepat gerakannya didalam milik Tania disertai remasan pada bukit kembarnya.“Kamu suka, Sayang?” Wijaya membelai lembut rambut Tania yang hanya mengangguk sambil memejamkan matanya “Aku mencintaimu dan nggak akan aku biarkan mereka menyakiti kamu lagi.”Gerakan Wijaya semakin cepat sehingga Tania mengangkat tubuhnya tanda mencapai klimaks, membuat Wijaya melumat bibirnya lembut dan gerakan dibawah semakin cepat dan keras tidak memberikan waktu istirahat pada Tania karena Wijaya belum mencapai klimaksnya. Tania mendorong tubuh W
Meremas tangannya saat mendengar laporan yang diberikan Muklis mengenai perkembangan masalah Tania, keinginan Tania yang tidak ingin memperpanjang membuat Wijaya dilema dimana mereka tidak peduli dengan semua yang terjadi pada Tania.“Tuntut malpraktek karena memberikan obat seperti itu.” Wijaya mengatakan dengan menahan emosinya.[Semua nggak bisa kalau yang bersangkutan tidak melakukannya]Menutup pembicaraannya dengan Muklis yang semakin membuat Wijaya kesal, memukul mejanya dengan sangat keras sambil menggenggam tangannya sampai memutih.“SIAL! Bagaimana bisa aku membujuk Tania membuat laporan itu.” Mengusap wajahnya dengan frustasi “Tania nggak akan mau memperpanjang masalah ini dan aku sudah berjanji akan mengikuti permintaannya.”TOK TOKMenatap pintu yang diketuk dari luar membuat Wijaya sadar siapa yang sedang melakukannya, menarik dan menghembuskan nafas panjang sebelum membukanya. Wijaya akan menc
“Obat ini memang benar untuk mencegah kehamilan dan apabila di konsumsi dalam waktu panjang bisa membuat rahim kering sehingga akibatnya tidak memiliki anak.” Dokter kandungan menjelaskan dengan detail “Apa anda tidak tahu? Ini bisa dilaporkan sebagai malpraktek kalau kalian tidak tahu.”Wijaya menatap Tania yang hanya diam dan masih terkejut dengan kenyataan yang ada, perasaan Tania saat ini tidak bisa dibacanya sama sekali. Mencoba membicarakan hal lain termasuk dengan program kehamilan untuk Tania agar mereka segera memiliki anak, mengganti obat yang diberikan oleh dokter sebelumnya yang Wijaya tunjukkan.“Benar ini vitamin untuk menyuburkan meskipun rahimnya tidak ada masalah hanya saja untuk menormalkan kembali dibutuhkan vitamin, satu lagi sering-sering berhubungan intim agar rahimnya bisa kembali semula, untung anda berdua mengetahui lebih cepat jika tidak dampaknya akan sangat luar biasa buat rahimnya karena kemungkinan terburuk ad
Tania, nama wanita yang Wijaya sukai sejak menjemput anak-anaknya sekolah di bangku putih abu-abu. Saat ini berada dihadapannya sedang menungging dengan milik Wijaya keluar masuk didalam miliknya, suara erangan terdengar beberapa jam yang lalu dengan tangan Wijaya di bukit kembar milik Tania.“Kamu suka, Sayang?” tanya Wijaya yang diangguki Tania.Menundukkan wajahnya dengan mencium punggung Tania, jemari Wijaya selain berada di bukit kembarnya juga memainkan milik Tania yang dimasukinnya. Tania bergerak semakin tidak menentu membuat Wijaya sangat yakin jika akan mencapai klimaks tidak lama kemudian, itu membuat gerakan Wijaya semakin cepat agar bisa bersama melakukan pelepasannya.“Kita keluar bersama, Sayang.”Tepat saat Wijaya mengatakan itu mereka berdua mencapai klimaksnya secara bersamaan dengan Wijaya mendorongnya semakin dalam, sambil berdoa dan berharap akan menghasilkan hasil cinta mereka yang lucu. Melepaskan penyatuan m
Suara erangan terdengar dalam kamar mandi dengan posisi Tania berada diatas tubuh Wijaya dalam bathtube, mereka berdua tadi berendam dengan berbicara satu sama lain sampai akhirnya Tania menggoda Wijaya yang pastinya tidak akan menolak dengan apa yang Tania lakukan.“Kamu luar biasa, Sayang.” Wijaya mengatakan dengan melumat salah satu bukit kembar milik Tania dengan tangannya yang lain meremasnya.Gerakan Tania yang berada diatasnya semakin membuat milik Wijaya didalam tidak bisa menahan diri, tidak lama kemudian mereka mencapai klimaks secara bersamaan membuat Tania semakin menurunkan tubuhnya yang langsung dipegang Wijaya agar semakin dalam miliknya masuk dalam rahim agar mereka segera memiliki anak.“Kamu tidak merencanakan sesuatu untuk merusak karir yang dibangun oleh dia kan?” tanya Tania setelah melepaskan penyatuan mereka membuat Wijaya mengerutkan keningnya “Aku bukan memiliki perasaan sama dia tapi aku nggak mau kamu meng