Keputusan apa yang akan diberikan oleh Kirani? Yok tulis di kolom komentar. Terima kasih.
"Ibu kenapa seperti itu? Apa Ibu ada kerjaan mendadak di kantor?" Tanya Kevin di seberang telepon.Kirani merasa lega karena Kevin memiliki berbagai pemikiran kalau dirinya saat ini sedang ada pekerjaan mendadak di kantor. Ia pun akan menggunakan alasan itu untuk Kevin agar mengizinkannya pulang malam seperti kemarin."Iya nih, sayang. Ibu sebenarnya nggak enak mau ngasih tahu Kevin. Takut Kevin kecewa," sahut Kirani. Perempuan itu menarik napas dalam-dalam karena merasa bersalah sudah membohongi putra kesayangannya.Kevin yang sedang berbaring di sofa depan televisi hanya tersenyum mendengar ucapan ibunya. Ia tahu ibunya bekerja keras untuk membiayai pengobatannya dan memberikan kebahagiaan kepadanya."Ibu tenang saja. Kevin nggak kecewa kok. Kevin tahu kalau orang-orang bekerja di kantor itu tidak bisa pulang seperti keinginannya." Sahut Kevin di seberang telepon seakan memberikan angin surga bagi Kirani.Ia merasa lega karena putranya itu sudah mulai memahami pekerjaan ibunya yang
"Ciuman.""Bos.""Aku berani jamin kalau aku akan langsung sembuh jika menciummu sepanjang." Theo tersenyum sambil meyakinkan Kirani.Kirani menggeleng perlahan. Ia tidak bisa membiarkan dirinya berciuman dengan Bosnya itu sepanjang malam. Selain karena tidak bisa menahan gairah jika Theo sudah mulai memperdalam ciumannya, dia juga harus segera pulang karena tidak mau keluarganya khawatir."Kirani.""Bos. Aku mau pulang."Theo menarik napas berat melihat Kirani yang teguh pada pendiriannya. Ia tidak bisa memaksa Kirani untuk menuruti keinginannya. "Oke." Theo akhirnya kembali berbaring di atas ranjang. Ia menarik, lalu memejamkan mata. Sementara itu, Kirani merasa bersalah karena tidak bisa menuruti permintaan Theo kali ini. Ia tidak ingin kebablasan seperti tadi.Kirani mengambil tas jinjingnya di atas meja rias. Matanya terbelalak sempurna ketika melihat bekas tanda kepemilikan di lehernya. "Bos." Kirani duduk di tepian ranjang, lalu menepuk-nepuk bahu Theo dengan kuat."Ada apa?
"Bella," desis Kirani. Ia mengurungkan niatnya untuk membuka pintu tersebut karena harus memberitahu Theo terlebih dahulu.Kirani berjalan menuju dapur dan menemui Theo. "Bos, ada Bella," ujar Kirani.Theo yang hendak minum air mineral menoleh ke arah Kirani. Ia mengerutkan kening dan berdiri dari tempat duduknya."Dengan siapa?" "Sendiri.""Biarkan saja!" Theo duduk di samping Kirani dan bersandar di bahu perempuan itu. Ia memain-mainkan punggung tangan Kirani dengan jari telunjuk dan jari tengahnya. Jari-jari itu dia bentuk seperti kaki yang tengah berjalan. Berjalan dari punggung tangan Kirani menuju leher jenjang perempuan itu."Aku kasih tanda lagi, ya." Theo berbisik ketika jari-jarinya sudah sampai di leher jenjang Kirani.Kirani terlonjak kaget dan hendak berdiri dari kursi tersebut. Namun Theo menahan tubuhnya, sehingga ia kembali duduk dan tidak bisa menghindari gerakan Theo yang mengunci tubuhnya dengan kedua kakinya."Bos. Turunkan kakimu!" Kirani menunjuk ke arah kedua k
"Oke. Aku akan bicarakan masalah ini dengan Kirani. Tapi aku tidak bisa mengizinkan Kirani menemui Pak Aditomo hari ini," sahut Theo. "Kamu hubungi Pak Aditomo dan katakan kalau saat ini aku sedang sakit dan Kirani juga tidak bisa datang ke kantor kalau aku tidak masuk," tambah Theo lagi.Theo mematikan sambungan telepon dan menunggu Wira menghubungi Aditomo. Wajahnya terus menegang karena masih tidak mengerti dengan jalan pikiran Aditomo yang menginginkan Kirani yang menangani proyek tersebut."Bos." Kirani berdiri di belakang Theo yang masih menunggu sambungan telepon dari Wira.Theo terkejut ketika melihat Kirani. Ia pun berpura-pura tidak memiliki masalah dan mendudukkan Kirani di tepian ranjang. Ia menyempatkan mencium pipi Kirani dengan mesra.Ponsel Theo kembali berdering. Tertera nama Wira di layar ponsel yang membuat Theo hendak menjauh dari Kirani untuk menerima panggilan telepon tersebut.
Bugh"Brengsek, Kamu!" Theo memukul Tomo dengan membabi buta. Lelaki itu memukul wajah Tomo dan memintir tangan lelaki yang hendak menyentuh Kirani dengan kuat sehingga Tomo berteriak kesakitan."Dengar, Pak Tomo. Aku tidak akan pernah sudi bekerja sama dengan lelaki brengsek seperti kamu!" Theo mendorong Tomo, sehingga lelaki itu tersungkur di atas meja yang berisikan banyak makanan.Orang-orang yang berada di tempat tersebut berteriak ketakutan karena Theo tidak berhenti memukuli Tomo yang tidak sempat melawan.Sedangkan Kirani masih memeluk dirinya dan bersembunyi di bawah meja. Air mata mengalir membanjiri wajahnya yang cantik. Ia terus berteriak meminta tolong sambil menutup dadanya dengan kedua tangan."Bos. Sebaiknya bawa saja Nona Kirani pergi dari sini. Biar urusan Pak Tomo saya yang menangani," ujar sopir Theo seraya menunjuk ke arah Kirani yang menangis tersedu-sedu di bawah meja.Theo mengalihkan pandangannya ke arah kolong meja dan terkejut ketika melihat Kirani yang meme
Theo terdiam sejenak. Ia menghela napas dalam-dalam sebelum menceritakan kepada Kirani tentang perilaku Kirani selama beberapa hari terakhir.Theo mulai menceritakan tentang Kirani yang mengalami trauma ketika pertama kali kancing bajunya dibuka, hingga menceritakan saat tiba-tiba ia melihat Kirani yang bersembunyi di bawah meja."Jadi luka di dada Bos ini karena gigitanku?" Tanya Kirani. Ia menatap luka-luka yang berada di dada Theo dengan perasaan iba.Theo membelai wajah Kirani dengan lembut. Ia tersenyum dan mengecup pipi Kirani dengan mesra. "Aku sudah bilang kalau luka ini tidak seberapa sakitnya jika dibandingkan dengan luka hatiku melihat kamu menderita," ujar Theo sambil mencium buku-buku tangan Kirani.Kirani meraba data Theo yang terluka. Dengan perlahan dia membuka kemeja yang Theo kenakan. "Aku akan mengobati luka ini karena ini adalah perbuatanku," ujar Kirani seraya hendak mengambil kotak P3K.Theo awalnya hendak melarang Kirani untuk membersihkan luka bekas gigitan per
"Siapa kamu?" Tomo melirik pada perempuan yang berada di hadapannya. Dia menatap perempuan itu dari ujung kaki sampai ke ujung kepala. Dia sangat yakin tidak pernah mengenal perempuan itu sebelumnya."Perkenalkan. Aku Bella, mantan istri Elvano Theo Mahendra," sahut Bella seraya mengulurkan tangannya. Perempuan itu mengulum senyum penuh makna pada Tomo.Tomo menatap tangan Bella yang terulur dihadapannya. Tak setidikit pun tergerak di hatinya untuk menyambut uluran tangan itu. Ia merasa ragu untuk berbicara dengan Bella karena tidak yakin, jika perempuan itu benar-benar seorang perempuan yang bisa dipercaya untuk bekerjasama.Bella mengerutkan kening melihat Tomo yang tak kunjung menyambut tangannya. "Aku sangat yakin kalau sebenarnya Theo memiliki hubungan khusus dengan Kirani. Sayangnya aku tidak memiliki bukti itu," ujar Bella sambil melipat kedua tangan di dada dan menatap mobil Theo yang sudah menghilang di balik tikungan jalan.Perempuan itu memutar-mutar kunci mobilnya dan men
"Sabtu ini kita jadi ke pantai kan, Bu?" Kevin bertanya kepada Kirani ketika perempuan itu sedang membuat perkedel kentang kesukaannya.Kirani menoleh dan tersenyum pada Kevin. Betapa ia merasa bahagia melihat Kevin yang sekarang terlihat begitu ceria. Berbeda dengan Kevin yang dulu belum menjalani kemoterapi."Jadi dong, Sayang" sahut Kirani dengan senyum mengembang."Horeeee! Kevin bersorak kegirangan. Bocah berwajah imut itu menghampiri Kirani dan segera mencium pipi ibunya dengan penuh cinta."Apa aku boleh mengajak Daddy?" Kevin bertanya dengan memasang wajah penuh harap.Kirani mengerutkan kening mendengar sebutan Daddy. Sejak kemarin ia memang ingin bertemu dengan sosok lelaki yang disebut Kevin sebagai sahabatnya itu."Tentu saja boleh. Tapi ada syaratnya," sahut Kirani seraya menjawil ujung hidung Kevin dengan gemas."Memang syaratnya apa?" Tanya Kevin penasaran."Kamu tidak boleh menjodohkan Ibu dengannya. Kamu juga tidak boleh mendekat-dekatkan Ibu dengannya." Kirani mengac