Share

12. Rasa Yang Menakutkan

Jakarta, 8 Februari 2018

Setelah menyelesaikan urusannya dengan Bram, Imel meninggalkan ruang procurement. Perempuan itu menyunggingkan senyum sekilas ketika melewati meja Andra.

Gadis itu membalas. Dengan senyum terpaksa. Sementara itu, tangannya mengangkat telepon yang berdering.

“Ra, sudah selesai?” Suara Bram menyapa begitu gagang telepon menempel di telinga Andra.

“Sudah 70%, Pak. Pak Bram perlu sekarang?” Andra menyahut sambil menggeser-geser mouse di tangannya.

“Selesaikan setelah makan siang saja. Kamu kerjakan yang lain dulu. Saya ada meeting di luar siang ini. Sore baru kembali.”

Tenggorokan Andra seperti tercekat. Jantungnya seakan mencelos. Sungguh aneh. Seharusnya dia senang Bram memundurkan tenggat waktu pekerjaannya. Gadis itu malah kecewa.

“Maksudnya, meeting dengan Bu Imel?” tanya Andra pada diri sendiri. Ah, mengingat nama itu seakan mengisap habis semua semangatnya. “Baik, Pak. Oh, iya. Kontrak baru pengadaan kain untuk pabrik Surabaya belum ditandatangani.”

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status