Share

Bab 46. Asmara Pertama

Mbayang memberanikan diri mendekati Sukesih, dia meletak keranjang bambu, dan duduk di samping Sukesih.

“Pemandangan di sini indah, ya!” Mbayang memberanikan diri membuka percakapan.

Sukesih kembali menoleh ke arah Mbayang, yang tersenyum ke arahnya. Dia kembali memalingkan wajah, tidak menjawab sapaan Mbayang dan tetap diam dengan wajah dingin.

“Aku minta maaf, sikapku selama ini tidak ramah. Hmm, hanya melirikmu saja saat pertama kali masuk padepokan, aku hampir dikeroyok murid laki-laki satu padepokan. Untung saja saat itu, Juraganku membawa empat pengawal yang membela, kalau tidak, mungkin aku sudah tinggal nama. Hanya gara-gara melirikmu ha ha,” Mbayang mencoba mencairkan kebekuan tapi Sukesih masih tetap diam.

Mbayang menggaruk-garuk kepalanya, dia sudah mulai putus asa dengan kediaman Sukesih. Tidak menyerah, Mbayang kembali melontarkan kembali kata-kata agar Sukesih bersuara.

“Hay... seandainya murid-murid padepokan tahu, aku berdua denganmu di sini, mungkin mereka akan menger
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status