Share

Keping 37a

Sabtu pagi.

Aku duduk di depan cermin. Aku adalah salah satu pengantin paling mandiri sedunia. Tidak ada MUA-MUA dengan gayanya yang gemulai melukis wajahku. Padahal yang kunikahi adalah seorang pemiliki televisi swasta, dengan puluhan MUA di kantornya.

Ya, ini memang pernikahan dadakan. Begitulah Bapak dan idealisme-nya yang selurus tiang listrik yang ada di dusun ini. Seringkali, Bapak mengomentari keponakan-keponakannya kalau-kalau ia menemukan mereka sedang pacaran atau ada apel di rumah.

"Ayo, Paklik akad saja ya?"

"Yuk akad, murmer, halal pula!"

"Akad saja, nanti halal ngapa-ngapain."

Begitulah, terkadang. Sampai aku takut sepupuku tersinggung. Anehnya, mereka tidak tersinggung justru tersipu malu. Benar-benar deh Bapak ini.

Aku tertawa mengingat seluruh kelakuan Bapak, tapi begitulah ia. Jadi, kalau sekarang aku harus menjadi salah satu target akad dadakan ini, aku harusnya tidak takut. Tapi, kenapa aku dari tadi gemetar ya?

Kalau begini mana bisa melukis alis? Bisa mencong san
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status